11. Batas Kesabaran

59 13 11
                                    

Happy reading ❣

Semoga suka



Deruman motor saling sahut menyahut membuat Kalandra yang mengendari dengan kecepatan sedang tertantang untuk menacap gas, karena postur tubuh di depannya begitu familiar dengan seragam yang sama terjatuh dari motornya dan dikerumuni oleh sekolah tetangga. Ia tahu karena dari seragam sekolahnya pun berbeda.  Padahal gerbang sekolah tinggal beberapa meter lagi, namun orang-orang tersebut sangat berani mencari masalah di kandang lawan.

Hingga jarak tersisa beberapa meter Kalandra menyalip dan memutar motornya di hadapan kerumunan itu.

Cowok itu berdecak kesal, "ck. Berani keroyokan. Banci!" Dia membuka helmnya, mengguyar rambutnya asal.

Cowok jangkung itu turun dari motornya menatap tajam kearah Leo dan kedu temanya. Entah kenpa Leo selalu memancing amarah Kalandra, sepertinya akan kurang jika berpapasan tidak mengganggu Kalandra.

Kalandra menatap Alfarez yang berada di tengah kerumunan tersebut. Melangkah medekat membantu Alfarez untuk berdiri dan mengangkat motornya, Kalandra memegang bahu sahabatnya kemudian memindai tubuhnya takut ada sedikit goresan yang Leo sebabkan.

Leo terkekeh mentap kedua orang didepannya. "Takut banget, pacar lo gue sakitin." Dibalas kekehan oleh teman-temanya.

"Uhhh, lecet dikit langsung baku hantam ya cuy." Sahut Dani.

"Curiga bentar lagi ke Jerman." Timpal Rio mengejek.

"Mami papinya udah disana, pasti nyusul lah." Tambah Dani sambil mengupas kuacinya.

Kalandra masih bergeming mendengarkan ocehan Leo dan teman-temannya. Yang ia fokuskan saat ini adalah Alfarez, Kalandra takut jika terjadi apa-apa terhadap Alfarez.

"Santai bro, masih utuh gue." Jawab Alfarez sambil mentap tubuhnya.

Kalandra berdehem pelan, "cabut. Udah bel." Ucapnya kemudian dia melangkah menuju motornya.

Bukan Leo namanya jika meloloskan Kalandra begitu saja. Apalagi Kalandra yang memberikan respon acuh bahkan belum terpancing sampai baku hantam. Gila memang, Leo malah meginginkan tinju dari Kalandra. Cowok itu menghalangi Kalandra yang hendak menaiki motornya. Dan memberikan kode kepada temanya untuk bersiap memukul Alfarez

"Tumben respon lo biasa aja?"

Kalandra dengan pembawaan tenangnya mengabaikan Leo kembali melangkah menuju motornya, hingga sebuah tinju terdengar membuat darahnya mendidih Kalandra membalikan badanya.

Alfarez dengan posisi yang tidak sepenuhnya berdiri tegak tersungkur akibat mendapatkan tinju secara tiba-tiba. Sudut bibirnya mengeluarkan darah. Tidak hanya sekali teman-teman Leo memberikan beberapa pukulan diperut. Membuat Alfarez terkulai lemas.

"Bangsat! Gue biarin lo pergi. Malah cari mati lo anjing!" Pembawaannya masih tenang namun di balik itu emosinya sudah meluap-luap.

Bugh

Tinju mendarat sempurna di pipi Leo hingga cowok itu tersungkur, Kalandra menarik kerah seragam Leo. "Balik lo anjing. Gak usah caper! Sana-sini!!"

Kalandra sangat heran dengan Leo, mantan tetangganya sepuluh tahun lalu. Sikap Kalandra yang tak mudah bergaul, pendiam dan selalu sendiri membuat Leo yang tak suka Kaladra sering kali mengganggu, memgejek dan membuat Kalandra kecil menagis. Dan sekarang pun Leo sepertinya tidak suka melihat Kalandra tenang, dia selalu mengajak Kalandra baku hantam, ntah apa permasalahannya Kalandra tidak tahu.

HE'S KALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang