#13-Gadis hamparan mawar

76 20 6
                                    

Hallow all!!
Balik lagi dengan kuh disini

Happy reading all 🤍

***

Sesampainya di kerajaan, Rui menatap keempat saudaranya secara bergantian, khususnya pada Eugene yang terlihat agak menyesal karena sudah membentaknya.

"Ayo masuk, saatnya makan," suruh sang ibu dengan nada dingin, berjalan secara anggun menuju ruang makan ditemani dengan dayang setianya, Berta.

Semuanya memangguk lalu menurut, kecuali Rui, anak itu berlari secepat kilat menuju kamar mandi, sesampainya di sana, ia memuntahkan semua cairan berwarna merah itu dari mulutnya, sangat banyak, banyak sekali. Rui menutup mulutnya, berharap darah itu berhenti, rambutnya memutih dengan bola mata abu-abu, di saat darah yang keluar sudah mulai sedikit, dibuka lah lagi telapak tangan nya, di situ Rui bisa melihat, tangan berkulit putihnya tertutup oleh darah yang sangat banyak.

Tangan yang berbalut darah itu bergetar bersamaan badan Rui yang melemas, merosot kebawah, terduduk dengan kepala tertunduk dan telapak tangan yang masih setia menutupi mulutnya, keadaan kamar mandi kamarnya sudah sangat menakutkan karena darahnya. Jantungnya terasa sakit, seperti di tusuk.

"Ahhk! Kumohon berhenti!!" rintih anak itu meremas kuat dadanya, menahan hujaman hebat yang ia rasakan.

"Hiks.. k-kumohon! Hiks..." Rui mendongak, melihat ke arah kaca, betapa kacaunya keadaan dia saat ini rambutnya memutih, bola matanya berubah menjadi abu-abu, kulitnya pucat lalu darah yang tak kunjung berhenti keluar dari mulutnya.

Di saat keluarganya tengah makan enak, dia malah terkapar di kamar mandi, mengenaskan tanpa sepengetahuan siapapun. Merasakan rasa sakit itu sendiri, baik Eugene ataupun saudaranya yang lain, mereka hanya tau mengenai kristal itu dan imun lemah Rui, tapi tak ada seorangpun yang tau keadaannya yang seperti ini, kecuali Ian rest.

Air mata yang berjatuhan itu, lama-lama memutih, layaknya cat putih yang terjatuh dari kalengnya. Ini baru pertama kali Rui alami.

.
.
.

"Kenapa Rui tak kunjung kemari?" gumam Eugene bertanya-tanya.

"Apa aku sudah keterlaluan?" pikir Eugene lagi, merasa bersalah akibat ulahnya tadi, sejujurnya Eugene tak tega membentak adiknya itu, Rui tak salah, wajar kalau dia berbohong, mungkin Rui tak mau membuat keempatnya khawatir, tapi Eugene tak suka dengan cara Rui yang selalu menyimpan semuanya sendiri, lalu tertawa menggunakan topeng sampahnya.

"Selesaikan dulu makan mu, Eugene!"

Eugene langsung makan makanannya kembali, hatinya merasa gelisah.

"Ayah di mana, Bu?" tanya Kai penasaran.

Suasana yang tadinya hening tiba-tiba terasa begitu mencekam, Lerrie membuang nafas kasar, menatap sang anak bungsu dengan tatapan tajam, "ayahmu sedang mencari tau siapa orang yang sudah mencelakai putranya, puas!?" jawab sang ibu angkuh.

"Dengan cara mengasingkan diri?" celetuk Sho dengan alis mengkerut tak suka.

"Bu, aku pun sedang melakukan pencarian, tapi sikap ayah kini seolah membenci kami! Dia bahkan tak menjenguk Rui disaat Rui sadar kemarin!"

Brakh!

Semua yang ada di sana diam seketika, lilin yang menyala seakan ketakutan dan berakhir mati redup, menyisakan asap kecil yang berterbangan.

"Jangan membuat selera makan ku hancur, kalaupun ayah kalian sekarang membenci kalian, tindakannya tidak salah! Karena kalian sudah kurang ajar kepadanya!"

The Drama Chapter : 2 KINGDOM [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang