IL 01 - First time entered high school

97 85 35
                                    

welcome to mine's 5th story

welcome to mine's 5th story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari baru saja terbit di balik gedung-gedung tinggi, menyemburatkan warna jingga yang hangat ke jendela kamar Aline. Ia menatap bayangan dirinya di cermin-rambut tergerai rapi, seragam baru, dan wajah yang penuh tekad. Ini adalah hari pertamanya di sekolah baru, SMA Cakrawala Mandiri. Sekolah yang, konon, punya standar tinggi dan siswa-siswi dengan reputasi mengagumkan.

Jantungnya berasa berdebar lebih cepat dari biasanya, Aline mengambil napas dalam-dalam. "Kamu pasti bisa, sekolah kamu yang kemaren harusnya lebih unggul daripada ini," gumamnya, seolah meyakinkan dirinya sendiri. Tas ranselnya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena buku pelajaran, tapi karena harapan dan kekhawatiran yang membebani pikirannya.

Ketika menuruni tangga, aroma roti panggang dari dapur menguar lembut. Ibunya tersenyum hangat, menyorongkan sarapan. "Semangat, ya, Sayang, Ibu yakin kamu bisa cepet adaptasi," kata ibunya sambil merapikan kerah seragam Aline.

Di depan gerbang SMA Cakrawala Mandiri, Aline berhenti sejenak. Gedung sekolah yang menjulang tinggi tampak megah, seakan menguji nyali siapa pun yang hendak masuk. Dengan tekad baru, Aline melangkah melewati gerbang itu. Hari ini, segalanya dimulai dari sini.

Tatapan yang ia dapatkan dari murid SMA Cakrawala Mandiri lebih baik dibanding dengan perkiraannya. Semuanya terlihat menyambut baik Aline, mulai menyapa, melemparnya senyuman dan lainnya.

Semuanya berjalan dengan baik, sekolahnya sekarang tidak seburuk sekolahnya sebelumnya. Memandang kasta dan tingkat, orang yang kurang dalam akademik dicaci maki oleh mereka yang merasa diatas. Aline tidak termasuk salah satunya, hanya Aline tetap merasa tidak nyaman dengan situasi di sekolah lamanya.

Selain suasana sekolah lamanya yang membuat Aline tidak nyaman. Liora sebagai sahabatnya sewaktu SMP memberi solusi dan mengajaknya agar pindah ke tempatnya sekolah.


Langkah Aline mantap saat memasuki kelas barunya, XI-2, kelas unggulan kedua di sekolah ini. Matanya berkeliling, mencoba mengenali wajah-wajah baru di sekitarnya. Beberapa siswa melirik dengan penasaran, sementara lainnya asyik berbincang dengan teman sebangku mereka. Tak ada tatapan merendahkan seperti yang dulu ia rasakan di sekolah lama. Meski begitu, rasa gugup masih menyelinap di dadanya.

"Morning, Aline, kan?" Suara ceria itu datang dari seorang siswa yang duduk di depan. "Aku Haura, kebetulan duduk di kelas ini juga," katanya sambil tersenyum ramah.

Aline merasa lega menemukan sambutan hangat dari teman sekelasnya. Ia mengangguk dan membalas sapaan itu dengan senyum.

Saat bel pertama berbunyi, Pak Rahman, wali kelas mereka, masuk sambil membawa setumpuk kertas. "Selamat pagi, anak-anak," sapanya, yang disambut oleh seruan penuh semangat dari para siswa.

Impossible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang