Sudah satu minggu semenjak wawancaranya dengan Kieran. Akhirnya Aline diterima sebagai OSIS sesuai dengan minat bakatnya. Selain memiliki minat di sastra, Aline juga memiliki minat di bidang kesenian. Bakat itulah yang berhasil membawanya ke OSIS.Hari ini sesuai perintah Amara, OSIS akan melakukan rapat perdana dengan anggota-anggota yang baru di OSIS.
Sejak Aline resmi dinyatakan sebagai anggota OSIS ia merasa dirinya lebih sibuk dibandingkan dengan biasanya. Padahal Aline belum sempat melakukan tugas apapun dari OSIS. Aline hanya memegang nama sebagai OSIS.
Aline melangkah tenang di koridor yang sepi, pandangannya fokus ke depan, menuju ruang OSIS. Suara langkah lain terdengar mendekat, tapi ia tak menghiraukannya. Tanpa disangka, sosok yang tinggi berhenti di hadapannya, menutupi jalannya. Aline mengangkat pandangan, bertemu dengan tatapan tajam Kieran, sang wakil ketua OSIS.
"Lo, Aline, kan?" suaranya tenang dan tegas, seolah tak memberi ruang untuk basa-basi.
Aline mengangguk, terkejut. Namun, tetap menjaga ekspresinya. Kieran tersenyum tipis, tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Mau bareng ke ruang OSIS?" ucapnya, mengisyaratkan agar Aline mengikuti langkahnya.
"Duluan aja, gue jalan di belakang lo," jawab Aline.
Kieran mengikuti keinginan Aline untuk berjalan terlebih dahulu. Aline selalu bingung dengan sikap Kieran. Semenjak masuk OSIS, Kieran tidak cuek dan bahkan ia selalu menyapa Aline jika bertemu.
"Kier, kenapa tiba-tiba banget mau bareng sama gue?" tanya Aline bingung. Aline memberanikan diri untuk bertanya daripada kepalanya penuh dengan kebingungan tentang Kieran.
"Pas aja ketemu sama lo, emang salah, ya?"
Semuanya di luar dugaan, Aline justru bingung bagaimana menjawab pertanyaan Kieran. Perkara bertanya membuat Aline dihantui rasa bersalah. Entahlah, Aline mudah sekali merasa bersalah pada orang di sekitarnya.
"Nggak, cuma nanya aja."
Kini mereka sudah sampai tepat di depan ruang OSIS. Suasananya cukup ramai karena sebentar lagi rapat OSIS akan dimulai.
Aline dan Kieran memasuki ruangan OSIS yang sudah dipenuhi oleh anggota lainnya. Suara percakapan terdengar di sana-sini, sebagian besar di antara anggota baru yang tampak masih canggung satu sama lain. Aline mengambil tempat duduk di sisi ruangan, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
Tak lama kemudian, Amara, ketua OSIS, mengetuk meja untuk menarik perhatian semua orang. Suara berisik segera mereda, dan semua mata tertuju padanya.
"Selamat datang di rapat perdana kita di periode ini," Amara membuka dengan senyum lebar. "Pertama-tama, gue mau ucapin selamat buat kalian yang udah resmi jadi bagian dari OSIS. Ini awal perjalanan panjang, jadi gue harap kalian semua siap buat berkontribusi."
Aline melihat sekeliling, sesekali matanya bertemu dengan tatapan anggota lain. Kieran duduk di dekat Amara, dengan pandangan yang tetap tenang, memberikan kesan otoritas yang kuat. Aline merasa Kieran memang sosok yang pas sebagai wakil ketua, tenang tapi tegas.
"Baik, sebelum masuk ke program kerja, kita mulai dengan perkenalan singkat dulu, ya. Setiap orang bisa cerita sedikit soal minat dan bakat masing-masing," ujar Amara, mengedarkan pandangan ke seluruh anggota.
Satu per satu anggota memperkenalkan diri. Ketika giliran Aline tiba, dia berdiri perlahan, menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara.
"Nama gue Aline. Gue punya minat di bidang sastra dan seni. Semoga bisa ikut bantu OSIS dengan kemampuan yang gue punya," ucapnya dengan suara yang lebih tenang dari yang dia kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible Love
Teen Fiction[‼️BUDAYAKAN FOLLOW BEFORE READING‼️] (Based On True Story) Mencintai sendirian sampai akhir perasaannya hilang. Selama tiga tahun menyimpan perasaan untuk Kieran. Aline tidak merasakan respon bahkan kepekaan dari Kieran. Hanya sebatas teman, itulah...