2. Kailish

19.4K 1.4K 48
                                    

Arkanna keluar dari walk in closet dengan pakaian lengkap. Dia mengenakan piyama motif beruang kutub, dengan sebuah syal bulu-bulu.

"Udah selesai." Arkanna tersenyum riang menatap Arkansa yang sedang duduk di ujung ranjang.

Arkansa ikut tersenyum tipis, lama-lama dia bisa diabetes kalau terus melihat senyum manis kembarannya.

Arkansa berjalan menghampiri Arkanna, dia mengelus puncak kepalanya, "Ayok turun ke bawah, yang lain pasti udah nunggu."

Arkanna menganggukkan kepalanya. Keduanya berjalan bersama menuju ruang makan.

Saat sampai di lift, Arkanna menoleh dia mendongak melihat Arkansa yang lebih tinggi darinya.

Tinggi Arkansa 184, sementara tinggi Arkanna hanya 168.

"Kamu kok tinggi bangetsih." Arkanna berceletuk polos.

Arkansa menoleh dan tersenyum miring, "Aku rajin olahraga, minum makanan sehat, makanya tinggi, ada faktor gen jugasih."

Arkanna mempoutkan bibirnya, dia memainkan jari jemarinya, "Aku juga makan makanan sehat terus, tapi masih nggak tinggituh."

Arkansa mencubit pelan pipi Arkanna dengan gemas, "Mungkin protein makanannya pindah ke pipi bukan ke tinggi badan." Arkansa terkekeh setelah mengatakan itu.

Arkanna sontak menatap kesal kembarannya itu, dia memukul pelan bahu Arkansa, "Heh! Kamu ngatain aku gendut gitu?"

Arkansa terkekeh gemas, reaksi Arkanna benar-benar menghibur dirinya. Sungguh, mengapa dulu orangtuanya malah memberikan Arkanna kepada orang lain...

Pintu liftpun terbuka, keduanya lalu keluar dari lift. Arkansa menggenggam tangan kanan Arkanna dengan tangan kirinya, Arkannapun membalas genggaman tangan itu.

Begitu sampai di ruang makan, semua anggota keluarga sudah menunggu di sana. Arkanna sedikit gugup melihat 4 orang yang belum dikenalnya.

"Kakakkk, duduk di sini." Archi menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Arkanna hendak duduk disebelah Archi, tapi Arkansa lebih dulu menariknya untuk duduk di sebelahnya.

"Ishhh Ansaaa." Archi berdecak kesal.

"Nah, sekarang kita makan dulu ya, nanti kita mengobrol bareng di ruang keluarga." Nyonya keluarga Kailish menatap Arkanna sambil tersenyum ramah.

Arkanna membalas senyuman itu dengan senyuman lebarnya, hal itu membuat orang-orang yang berada di sana merasa silau.

"Ekhem." Kepala keluarga Kailish berdehem sebagai tanda untuk mereka memulai makan malam.

Keluarga itupun makan malam dengan tenang, tapi mereka dibuat salfok dengan Arkanna yang lebih banyak mengambil sayuran daripada daging-dagingan.

"Hmmm... Kanna tidak suka daging?" Fiona bertanya dengan lembut.

Arkanna menggelengkan kepalanya masih dengan senyuman lebarnya, "Suka kok, tapi aku lebih suka sayur. Kadang kalau kebanyakan makan daging malah jadi eneg."

Ucapan Arkanna membuat semua orang diam-diam menghela napas lega.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali melanjutkan makan dengan khidmat.

~~~

Arkanna menatap gugup pemuda yang sedang memangkunya. Pemuda ini sepertinya sudah berusia awal 20an, dia memiliki mata berwarna biru yang dingin. Pemuda itu memangkunya dengan posisi Arkanna menyamping.

Seperti yang diucapkan nyonya Kailish, sehabis makan mereka berkumpul di ruang keluarga. Tapi begitu sampai di ruang keluarga, Arkanna tiba-tiba ditarik untuk duduk dipangkuan pemuda yang sepertinya kakaknya ini.

Arkanna : Family (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang