{15: Pantai}

38 5 0
                                    

Peringatan🚨!!
Tolong jangan jadi reader yang cuma baca ceritanya doang. Hargai juga karyanya dengan vote.

Cerita ini dibuat oleh imajinasi aku sendiri, jadi tidak ada maksud untuk menjiplak karya orang lain. Bila ada, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Happy Reading ya

~•«o0o»•~

.

.

.

.

.

Hari Minggu tiba,

Hari ini seluruh kelas X dan XI akan ibadah di pantai bersama. Ibadah sebelum ujian tapi hanya untuk yang beragama Kristen. Yang Islam mereka beribadah di Masjid yang sudah ditentukan oleh guru-guru.





















Ibadah sudah selesai, sekarang semuanya sedang bersantai dengan kegiatan masing-masing. Ada yang menari, ada yang makan, ada yang berenang.

"Devi". Panggil Viola menghampiri Devi yang sedang duduk di pasir sambil menatap laut.
"Kenapa?". Tanyanya.

"Lo sama dia gimana?". Tanya Viola.
Devi langsung mengerti maksud Viola.

"Entahlah, gue nyerah". Jawab Devi.
"Hah?". Viola terkejut mendengar perkataan Devi.

"Lo gak mau dengar penjelasan dia dulu gitu?". Tanya Viola.
"Buat apa? Semuanya udah jelas, La. Nyatanya dia lebih milih si mantannya itukan". Jawab Devi.

"Lo salah, Vi?". Ucap Viola.
"Maksud Lo?". Tanya Devi tidak mengerti.

"Lo lihat deh siapa yang ada disana?". Ujar Viola menunjuk ke arah dua orang pasangan itu.

"Kak Megan dan kak Jevan". Jawab Devi.
"Lo ngerti kan sekarang?". Ucap Viola.

"Maksudnya?". Tanya Devi masih tidak mengerti. Viola menghela nafasnya.

"Kak Megan tunangannya kak Jevan". Jawab Viola.

"Apa? Kok bisa? Terus kak Alex gimana?". Tanya Devi. Devi tau kalo kak Jevan itu adalah sepupu kak Alex. Tentu dia tau itu dari Ziva.

"Mereka dijodohin saat kak Alex masih jadi pacar kak Megan". Jawab Viola.

"Kak Alex tentu aja marah, dia kecewa karena kak Megan mutusin hubungannya dan memilih kak Jevan, tapi dia juga gak bisa berbuat apa-apa, ini semua permintaan dari kakeknya". Lanjutnya.

"Ya ampun, kasihan". Ujar Devi.
"Jadi gimana?". Tanya Viola pada Devi.

"Gimana apanya?". Tanya Devi balik.

"Aduh Lo tuh begonya kenapa kelawatan banget sih? Ya itu loh, gimana Lo gak mau gitu dengarin penjelasan langsung dari dia, biar lebih jelas lagi, kasihan tau, Vi, dianya murung terus sejak tadi". Jawab Viola kesal.

"Ouh, itu.. gak tau, gue takut". Jawab Devi.
"Ish, dia gak makan Lo kali, ngapain takut". Ucap Viola.

"Iya sih, nanti deh gue coba ngobrol sama dia". Jawab Devi.
"Jangan nanti, sekarang aja". Ujar Viola.

"Tapi dianya dimana?". Tanya Devi, karena sejak tadi ia tidak melihat laki-laki itu.
"Di bus, coba Lo kesana". Jawab Viola.

"Emang dia disana?". Tanya Devi tak percaya.
"Ya siapa tau". Jawab Viola.

Devi akhirnya berdiri dari duduknya dan berjalan menuju bus sekolah.

Viola yang melihat itu tersenyum dan langsung mengirim pesan pada seseorang.


*****


Di dalam bus Alex tersenyum setelah mendapat pesan dari seseorang. Lantas ia melihat ke arah jendela bus dan benar saja gadis itu berjalan ke arah bus.

Pintu bus terbuka menampilkan gadis itu. Alex dengan cepat berakting tidur.

Dari aktingnya Alex bisa mendengar langkah kakinya mendekat.

"Kak". Panggilnya.



"Kak Alex". Panggil Devi lagi.



"Kak Alex tidur ya?". Tanya Devi.



"Padahal baru aja aku mau minta maaf soal kemarin, tapi kayaknya kakak tidur, gak jadi deh kalo gitu". Gumam Devi ia berjalan menuju pintu bus lagi.





Tapi..





Tiba-tiba saja terdengar suara orang seperti baru bangun tidur.

"Eh, udah bangun ya, kak?". Ucap Devi.

"Kamu ngapain disini?". Tanya Alex pada Devi. Hal itu membuat Devi jadi bingung sendiri.

'aduh gimana nih? Jawab apa? Gak mungkinkan gue jawab yang sebenarnya'.

"C-cuma mau ambil barang doang, iya ambil barang ada yang ketinggalan tadi". Jawab Devi gugup. E-ehem. Batuk ya.

"Barang kamu kan gak ada disini, ini bus kelas sebelas kalo kamu gak lupa". Ucap Alex.

Skakmat.
Devi bodoh banget sih.

"Eh.. ya, um.. aduh, saya salah bus ternyata". Ucap Devi segera pergi turun dari bus tapi ternyata..

"Yah! Kok ke kunci sih". Gumam gadis itu.

"Kenapa?". Tanya Alex dia melihat gadis itu seperti mengatakan sesuatu.

"I-ini kak ke kunci pintu busnya". Jawab Devi.

"Oh". Balas Alex membuat Devi bingung.

"Kok oh sih kak, saya gak bisa keluar dari bus nih jadinya". Ujar Devi sedikit kesal dengan respon kakak kelasnya itu.

Alex menghela nafasnya "Emang kamu mau kemana?".

"Ya mau ke teman-teman saya lah kak, emang mau kemana lagi?". Jawabnya.

"Disini aja dulu, ada yang mau saya omongin sama kamu soalnya". Ujar Alex.

"Omongin? Soal apa kak?". Tanya Devi pada kak Alex.

"Soal.. yang itu". Jawab Alex. Devi paham arah pembicaraannya kemana.

"Oh itu..". Balas Devi menggantung.

"Kamu gak benar-benar mau nyerah kan?". Tanya Alex pada Devi dengan hati-hati. Seketika Devi menunduk terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut kakak kelasnya itu. Dia sedang bimbang saat ini.

"Pleasee jangan nyerah ya". Ujar Alex memohon membuat Devi mengerutkan keningnya. Ia mencoba memberanikan diri untuk melihat kakak kelas yang berada di hadapannya saat ini.

"Kenapa saya gak boleh nyerah?". Tanya Devi yang kini sepenuhnya menatap kak Alex.

"Bukankah itu terserah saya ya mau nyerah atau enggaknya". Lanjutnya. Membuat Alex yang terdiam sekarang. Gak ada salahnya sih yang dibilang Devi tapi salah. Eh??

"Jawab kak! Kasih alasan yang jelas kenapa saya gak boleh nyerah sama perasaan saya". Pinta Devi karena sedari tadi tak ada satu pun jawaban yang keluar dari mulut kak Alex.

"Ka..".

"Apa?". Tanya Devi. Tidak sabaran.

"Kar..".

"Apa kak? Jawab yang-".

"-Karena saya suka sama kamu". Ucap Alex tiba-tiba membuat Devi terdiam saking terkejutnya.


.

.

.

.

.

~•«o0o»•~

Hai para readersku:)
Gimana nih sama bab ini?
Suka gak?

Btw aku tiba-tiba kepikiran untuk revisi bab ini.
Makanya gak jadi ending.
Sedih ya:(

Tenang aja tetap bakal ending kok.
Tapi gak tau ya endingnya bakal happy atau sad
Hehehe..

Jangan lupa vote ya.
Dan selamat menunggu untuk ending
~Iffah

[✓] ᴡᴀᴋᴇᴛᴏꜱ | ᴋɪᴍ ᴍɪɴᴋʏᴜ - ɴɪɴɢɴɪɴɢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang