Zhang Hao berjalan cepat di lorong Rumah Sakit. Baru beberapa jam yang lalu ia berada disini, dan kini harus kembali lagi ke tempat yang sama. Kepalanya pusing karena semalaman ia tidak bisa memejamkan mata. Rasa kantuk tidak juga kunjung datang padahal badannya meronta meminta istirahat.
Bagaimana ia bisa memejamkan mata? Percakapan terakhirnya dengan Jiwoong adalah di pukul sembilan malam, dan selama sepuluh jam setelahnya ia tidak mendengar kabar apapun dari suaminya. And fuckㅡ untuk ponselnya yang kehabisan baterai.
Sekembalinya ia dan Hanbin dari Rumah Sakit, kekasihnya itu sama sekali tidak membiarkannya beranjak kemana-manaㅡ yang berakhir ia harus mengalah.
Ia baru bisa kembali ke kamarnya setelah Hanbin terlelap dan bisa melepaskan pelukannya. Dalam hati ia berharap Jiwoong berada di kamar mereka, sedang tertidur pulas mengarungi mimpinya. Namun nihilㅡ tak ada jejak Jiwoong di kamar. Tempat tidur mereka masih rapi, tidak ada tanda-tanda Jiwoong berada disana sebelumnya. Dengan terburu-buru ia mengisi daya ponselnya dan melakukan panggilan. Tersambung, namun tidak ada jawaban. Ia kalut, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Jiwoong? Satu hal yang terlintas di kepalanya adalah wajah marah sang Mama yang berkata ia tak bisa menjaga Jiwoong dengan baik.
Ia gigit jempolnyaㅡ kebiasaan saat merasa panik. Senyumnya terpatri saat mendengar suara nada sambung yang terhubung di panggilan kelima. Alih-alih Jiwoong, ia terkejut saat suara seorang perempuan yang menyapanya, memberitahukan bahwa pemilik ponsel saat ini sedang ditangani oleh Dokter di Emergency Room.
Blank.
Ia beberapa kali bertanya dan memastikan apakah orang yang dimaksud adalah benar suaminya. Kepalanya hanya bisa mengangguk dan menjawab 'iya' secara singkat saat diberikan petunjuk. Setelah panggilannya berakhir, tubuhnya bergerak dalam mode auto-pilot sesuai informasi dari sang lawan bicara tadi. Ia dengan cepat membuka koper Jiwoong, mengacak-acak isinyaㅡ mencari botol obat disana.
Zhang Hao tak pernah tahu mengenai obat yang Jiwoong konsumsi, hanya beberapa kali melihat botol obat yang sama di kamar mereka. Jadi saat nurse yang menghubunginya tadi meminta bantuan untuk membawakan obat yang rutin Jiwoong konsumsi, hanya botol itulah yang ada di pikirannya.
Disanaㅡ di antara tumpukan baju Jiwoongㅡ terdapat pouch berwarna hitam yang di dalamnya berisi lima botol obat berwarna putih dengan label warna berbeda.
Maka disinilah ia saat ini, terduduk di depan ruang Emergency Roomㅡ mengutuk diri sendiri karena gagal melindungi orang yang seharusnya ia jaga. Pandangannya tertuju pada layar ponsel Jiwoong yang berada di tangannya, mengamati satu persatu notifikasi yang muncul di lockscreen. Ada satu notifikasi reminder bertuliskan "Take Your Pills" yang menarik matanya. Ia bertanya-tanya, obat apa yang selama ini Jiwoong konsumsi sampai harus dipasang pengingat? Karena dilanda panik, ia tidak sempat mengingat nama obat yang tadi ia bawa. Hanya warna labelnyaㅡ ungu, kuning, merah, dan sisanya ia tidak ingat.
Sayangnya ia juga tidak bisa melihat lebih jauh isi reminder maupun ponsel Jiwoong mengingat dalam keadaan terkunci dan ia tidak mengetahui password-nya.
Sebuah panggilan mengalihkan perhatiannya. Ia dipersilahkan masuk dan diarahkan ke ranjang tempat Jiwoong berada. Saat ia masuk, Jiwoong menatap ke arahnyaㅡ tangan kanannya yang terpasang infus berada di atas perutnya.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?"
"Untuk saat ini kondisinya sudah cukup stabil. Saya sudah memberikan penghilang nyeri yang bisa bertahan sampai obat selanjutnya. Seharusnya tidak ada masalah apabila hendak melakukan perjalanan selama 3-4 jam. Selain itu saya sudah menyiapkan beberapa catatan untuk Dokter yang biasa menanganinya. Saya harap bisa segera melakukan konsultasi selanjutnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent (neuljyung)
ФанфикZhang Hao yang terpaksa harus menikahi Jiwoong karena tuntutan Ayahnya disaat dia sudah memiliki tambatan hati, Hanbin.