"Kondisi perusahaan saat ini juga sedang tidak stabil. Kita harus memiliki strategi baru untuk mengembalikan keadaanㅡ for our employees's sake."
Zhang Hao hanya terdiam setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Papanya.
"Nak, your father is sickㅡ ini saatnya kamu mengambil alih perusahaan."
Mamanya turut berdiri dan menggenggam tangan kanannya yang dingin.
"Papa pikir dengan memperkuat hubungan kita dengan keluarga Kim akan membantu kondisi kita."
Sungguh, Zhang Hao tidak tahu kemana arah pembicaraan ini. Bukankah Papa dan Mamanya telah setuju kalau dirinya akan menggantikan Papanya sebagai CEO disaat semuanya sudah siap?ㅡ Ya walaupun kenyataannya dia sudah capable dalam segala aspek untuk menduduki jabatan pewaris utama dari bisnis yang saat ini keluarganya jalani.
"Dengan itu, Papa dan Mama berpikir mungkin pernikahan kamu dengan Jiwoong akan sangat membantu"
Tunggu. Kenapa Jiwoong jadi muncul disini? Kim Jiwoong, anak sulung keluarga Kimㅡ sahabatnya sedari kecil.
"Hah? Maksud Mama?" Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya setelah sepuluh menit berada di ruangan itu.
"Iya, Nak. Kita butuh memperkuat aliansi. Dan bekerja sama dengan keluarga Kim mungkin akan membantu perusahaan untuk menarik stakeholder juga media. Kita butuh menaikkan citra perusahaan di mata publik dengan mengumumkan pernikahan kalian."
Ucap penuh harap dari Mamanya. Hao mengernyitㅡmencoba mencerna keadaan ini.
"Kesuksesan keluarga Kim sedang berada di puncak, reputasi mereka juga sangat baik. Coba pikirkan lagi Hao, ini akan berimbas baik pada keluarga kita."
"Dengan cara kotor seperti ini?"
Zhang Hao tidak bisa lagi menahan amarahnya. Apa-apaan orangtuanya ini, apa mereka menganggap sebuah pernikahan itu sebuah candaan?
"Cara kotor? Jaga bicaramu anak muda! Tahu apa kamu tentang bisnis ini? Asal kamu tahu, Papa akan melakukan segala cara agar perusahaan yang Papa bangun tetap bertahan dalam situasi ekonomi saat ini." jawab Papanya tak kalah emosi.
"Tapi pernikahan bukan untuk dipermainkan, Pa. Kaㅡ"
"Nak, bukankah kalian saling mencintai? Tidak ada salahnya bukan kalau kalian menikah? Mama dan Ibu Kim sudah membicarakan hal ini, termasuk pada Jiwoong."
Ucapannya terpotong oleh sang Mama yang ikut menimpali. Mencintai? Apa katanya? Sepertinya otaknya kekurangan oksigen sehingga setiap kata yang keluar dari mulut Mamanya sulit ia cerna.
"Dan Jiwoong setuju?" Mamanya hanya tersenyum dan mengangguk.
Demi Tuhan, siapapun tolong pukul kepalanya. Sebenarnya siapa sih yang gila disini? Dia berharap ini semua hanya lelucon, penyambutan kecil agar ia bisa tertawa setelah pulang dari perjalanan bisnis yang cukup melelahkan.
"Kita akan membicarakan ini dengan keluarga Kim nanti malam. Bersiaplah"
Ujar Papanya sambil keluar dari ruang kerja tersebut. Mamanya merangkul bahunya dan memberikan usapan lembut disana.
"Jangan membantah atau membuat Papamu emosi seperti tadi, Nak. Kamu ingat kan kalau kondisi kesehatannya akhir-akhir ini menurun? Mama takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi Mama mohon sama kamu, ikuti saja kemauan Papa ya Nak. Mama akan siapkan pakaianmu oke?"
Dan ia hanya bisa mengangguk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.