• Month 1 •
"Ji, aku kepikiran deh. Kalau nanti kita ke Jepang aku bawa Hanbin, kamu ga apa-apa kan ya?"Jiwoong menghentikan gerak jari-jarinya di atas keyboard laptopnyaㅡ nge-freeze.
Apa katanya? Tunggu tunggu. Jiwoong kesulitan mencerna kata-kata yang keluar dari mulut orang disampingnya itu. Salahkan tuntutan pekerjaanㅡ di tengah malam hampir dini hari pukul satu itu Jiwoong masih harus me-review laporan bulanan untuk rapat direksi nanti pagi.
Zhang Hao yang baru pulang dari rumah Hanbin, langsung mendudukkan dirinya di samping Jiwoong dan berkata tanpa basa-basi. Jiwoong mengerjapㅡ tak tahu harus menjawab apa.
"Ya Ji? Boleh kan?" Ucapnya setelah tidak mendapatkan jawaban dari lawan bicaranya.
"Engga." Jawab Jiwoong singkat sambil melanjutkan aktivitasnya.
"Kok engga sih? Kan nanti pisah kamar, ga akan satu kamar bertiga dong. Kan kami juga punya privasi." Ujarnya ringan tanpa rasa bersalah.
Jiwoong menghela napas, "Tetep engga."
Sungguh, atensi Jiwoong sudah teralihkan meskipun tatapannya masih lekat pada layar laptopnya. Apa-apaan sih, batinnya.
"Ayolah, yang. Kamu boleh kok ajak siapapun."
Tetap tidak. Jiwoong tidak akan bisa dirayu meskipun Zhang Hao memanggilnya dengan pet-name manis sekalipun. Mereka sepakat akan memanggil satu sama lain seperti itu agar terbiasa. Tapi tetap saja rasanya Jiwoong masih belum terbiasaㅡ somehow cringey.
"Orang gila mana sih yang bawa oranglain di acara honeymoonnya? Gimana kalau Ayah, Ibu atau Mama tuh nyuruh orang buat ngikutin kita? Gimana kalau ada yang liat terus ngadu?"
Zhang Hao merengut tak setuju.
"Orang gila mana sih yang nyuruh oranglain buat ngikutin anaknya yg lagi pergi honeymoon? Ga mungkin lah." Zhang Hao tak habis pikir, apa sih isi kepala Jiwoong ini?
"Kamu kaya ga kenal mereka ajadeh. Mereka bisa ngelakuin apapun."
Zhang Hao menggeleng, "Engga engga. Gini deh kalau itu yang kamu takutin, kita tetep jalan bareng. Malemnya baru deh aku sama Hanbin. Kita bisa main aman."
Jiwoong menghela napas kasarㅡ kesal. Zhang Hao ngerti ga sih inti dari apa yang dikhawatirkan Jiwoong ini?
"Bukan gitu, Hao. Pokonya aku ga setuju." Ucap Jiwoong tegas.
"Ayolah, Ji. Kapan lagi kan kita bisa pergi barengan gini. Kalau ada yang curiga juga ya bilang aja urusan kerjaan. Dia kan sekretaris aku."
Udah gilaㅡ pikir Jiwoong.
"Terserah deh." Final. Jiwoong melepas kacamatanya dan menutup laptopnya dengan kasar.
"Kalau sampe ada apa-apa nanti, kamu yang tanggung jawab. Aku ga ikut-ikutan."
Zhang Hao hanya melihat Jiwoong naik ke kamarnya dengan langkah tergesa. Jiwoong kenapa sih? Apa kerjaannya bikin dia mumet ya? Sensitif banget deh.
Selama mengenal Jiwoong, Zhang Hao tahu kalau sahabatnya itu terkadang keras kepalaㅡ sama dengan dirinya. Tapi kali ini berbeda, meskipun kalau dipikir-pikir Jiwoong juga tidak salah sih. Zhang Hao jadi meragu pada dirinya sendiri. Sepertinya ia butuh mandi air hangat untuk menenangkan pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent (neuljyung)
FanfictionZhang Hao yang terpaksa harus menikahi Jiwoong karena tuntutan Ayahnya disaat dia sudah memiliki tambatan hati, Hanbin.