⚠️ Peringatan ⚠️
Chapter ini memiliki adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Harap bijak dalam membaca.🍃🍃🍃
"Heh, kalian memang suka pemberontak, ya?" Tiba-tiba Marissa berbicara. "Akan kuberitahu pemberontak yang asli itu seperti apa!!"
Whuuus!!
Di saat yang bersamaan, si adik berdiri dan melempar bumerang kearah salah satu anggota bandit dan pingsan seketika. Sang kakak juga bergerak maju melawan bandit lainnya dengan sepasang belati di tangan.
Sedangkan telapak tangan Marissa muncul lingkaran sihir ungu muda. Beberapa kerikil melayang disekitarnya kemudian kerikil itu melesat ke arah bandit-bandit seperti tembakan peluru.
"Dasar kalian..." bos bandit itu bersiap menyergap Marissa, tetapi aku serang lebih dulu dengan elemen anginku hingga dia tersungkur dan terlempar beberapa meter.
"Habisi mereka!"
Sembilan bawahannya langsung bersiap dan menyerang kami secara bersamaan dengan parang, pisau, dan kapak. "Orias, sembunyi," bisikku dan Orias melompat dariku dan bersembunyi dibawah gerobak.
Aku cepat membantu pedagang berdiri sambil melindungi kami berdua. Aku bisa membuat senjata mereka yang mengarah pada kami meleset, tapi kekuatan elemen seperti ini memang tidak terlalu bisa digunakan untuk pertarungan melawan orang bersenjata.
Marissa juga kewalahan bertarung sendirian. Dia hanya bisa melempar kerikil-kerikil didekatnya secara acak. Sedangkan kakak adik itu memang lebih unggul karena mereka memiliki senjata sendiri, tapi mereka kelihatan sudah kelelahan setelah bertarung sebentar.
"Pak, berlindunglah dengan pemuda bersaudara itu," kataku lalu maju ke tengah. Si pedagang pelan-pelan berjalan ke arah kakak-adik itu.
Aku menggunakan elemen belati anginku dan mendekati Marissa untuk membantunya. "Heh, apa kau mau menolongku?"
"Kita gak punya pilihan selain kerja sama."
"Ya, dua itu lebih baik daripada satu," ujar Marissa setuju.
Punggung kami saling berhadapan dan masing-masing menyerang dan melindungi. Marissa merebut salah satu parang bandit dan dengan mudah mengayunkan parang itu. Dia menjatuhkan lawan hingga pingsan dengan bagian tumpul parang dan memastikan tidak ada pertumpahan darah.
Aku sendiri menahan serangan dari kanan dan kiri dengan belati angin. Aku mengulur waktu sampai mereka menyerangku di waktu bersamaan dan aku melompat dengan elemen anginku. Mereka pun pingsan setelah terkena senjata rekan sendiri.
Kesunyian malam menyadarkanku bahwa sebagian bawahan bandit sudah kami kalahkan. Hanya tinggal Marissa membantu kakak-adik itu melawan 2-3 orang lagi. Tapi aku tidak melihat bos-
"Kim, belakangmu!!"
Aku refleks berbalik berkat peringatan itu dan menahan parang yang ditujukan kearahku. Aku menepis parang milik bos bandit dan melangkah mundur, tapi dia justru terus maju dan mengayunkan parangnya ke arahku. Pria ini sama sekali tidak memberiku celah untuk menyerang balik. Untuk beberapa alasan, kemampuannya dalam bertarung terlihat bagus, seperti orang yang terlatih.
Di saat aku memikirkan cara untuk mengalihkan pikirannya, kulihat Orias mendekatiku dan menggigit ujung celana bos bandit.
"Dasar kucing nakal!"
Miaw!!
Pria itu menendang Orias jauh ke hutan hingga tidak terlihat karena gelap. "Orias!!"
"Kim, awas!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 3: The Last Hope
FantasíaDianjurkan membaca 'Kimberly Academy' dan 'Kimberly Academy Series: Lost and Found' sebelum membaca ini. 🍃🍃🍃 Menghilangnya Kim menjadi berita mengejutkan bagi teman-temannya. Namun, ditengah masa berkabung, Kimberly Academy justru kedatangan peny...