⚠️ Peringatan ⚠️
Chapter ini memiliki adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Harap bijak dalam membaca.🍃🍃🍃
Di hari Kim meninggalkan akademi ...
Kim's pov
Setelah mendapatkan tumpangan ke Carmine, aku mengikuti pria pedagang ke kandang kuda. Sembari menunggu dia menyiapkan gerobak kuda, aku melepas Orias bermain sebentar. Orias tampak senang setelah terus-menerus kugendong sejak turun dari bus. Kemudian, ada dua orang pemuda datang menghampiri kami. Tampaknya mereka kakak-adik.
"Kalian sudah sampai, baru saja aku mau mencari kalian," sapa si pedagang. Dia mengenal kakak adik ini.
"Kami sudah menunggu dari fajar. Kapan kita mau berangkat ke Carmine?" Tanya si kakak.
"Apa kau tidak lihat aku sedang siap-siap? Kalian berdua laki-laki harusnya bantu si tua ini, bukannya diam menonton."
"Ck, padahal dia yang bersikeras menolak dipanggil tua." Si adik berdecih jengkel. Tapi akhirnya mereka tetap membantu pedagang mengangkut sisa barang jualan dan barang lainnya.
"Ayo, Orias. Sudah cukup mainnya." Aku menggendong Orias kembali. Lalu kami bertiga pun menyusul naik dan siap berangkat.
"Tungguuu!"
Terdengar teriakan seorang wanita mendekat kearah kami. Si pedagang terpaksa menarik berhenti gerobak yang nyaris melaju.
"Haaah... haaah... a,a,apa aku masih bisa dapat tumpangan?" Tanya si wanita. Dia berambut ungu dan memakai kacamata hitam. Pakaiannya tampak berkelas terlepas dari keinginannya ingin naik gerobak biasa.
"Bisa jika kau punya harga yang menjanjikan," jawab si pedagang.
Bukannya menjawab pria itu, wanita berambut ungu ini justru menatap kearahku. "Maaf, tapi apa aku boleh pinjam uangmu?"
"Hah?"
"A,a,aku ditipu oleh kereta gerobak sebelumnya, dan semua uangku dibawa kabur. Bahkan, koperku juga dibawa lari. A,a,aku janji akan membayarnya begitu sampai di Carmine. Rumahku ada disana," jelas wanita itu.
"Sudah cukup. Aku tidak punya waktu untuk penipu," ujar si pedagang mendengar omongan wanita itu.
"Tolong, sekali ini aja!! Du,dua kali lipat! Aku akan ganti dua kali lipat!! Tapi aku sekarang benar-benar tidak punya uang!!" Wanita itu memohon.
"Aaah... aku bukan tidak mau, tapi tabunganku juga pas-pasan untuk bayar ini," jawabku menghindari kontak mata dengan wanita itu.
Kulihat kakak-adik di depanku melempar tatapan antara aku dan wanita itu. Kemudian mereka saling menatap dan mengangguk. "Bagaimana jika kita bayar setengah-setengah? Kami membayar setengah dan kau juga," usul si kakak padaku.
Tampaknya kakak-adik ini bersikeras ingin membantu. Aku tidak punya pilihan jika mereka menawariku seperti itu. "Okelah."
Wanita itu tersenyum lega dan naik duduk disampingku. "Terima kasih, terima kasih."
"Apa bisa kita berangkat sekarang? Kami akan bayar milik wanita ini saat kita tiba di pemberhentian pertama." Si kakak tidak sabar. Tampaknya mereka sedang terdesak oleh waktu karena kelihatan sekali mereka terburu-buru.
Si pedagang tidak merespons apapun. Tahu-tahu saja gerobak sudah melaju menuju Carmine.
🍃🍃🍃
Setelah beberapa jam di perjalanan, gerobak kami tidak menunjukkan tanda-tanda kapan akan berhenti. Penumpang lain tampaknya sudah familiar dengan jalur ini jadi mereka tidak ada yang bertanya pada si pedagang. Aku pun tidak mau bertanya karena akan terlihat jelas kalau aku seorang pendatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 3: The Last Hope
FantasiDianjurkan membaca 'Kimberly Academy' dan 'Kimberly Academy Series: Lost and Found' sebelum membaca ini. 🍃🍃🍃 Menghilangnya Kim menjadi berita mengejutkan bagi teman-temannya. Namun, ditengah masa berkabung, Kimberly Academy justru kedatangan peny...