Ch. 4.1 - Kabar Tak Terduga (1)

41 2 0
                                    

Hari ini Ann update double yaa, karena kemarin Ann gak sempat update huhu 😭
Selamat membaca, teman-teman 📖

🍃🍃🍃

Ketika waktu makan malam selesai, Dyego bergegas kembali ke UKS. Dilihatnya Dylan masih terbaring belum sadarkan diri sejak pagi. Menurut perawat, Dylan pingsan akibat sihirnya yang tidak stabil.

"Haahh... apa ini efek dari perburuan? Apa yang kau lakukan di sana, sih?" Dyego menggerutu di samping Dylan yang tak sadar.

Dyego duduk termenung di samping ranjang Dylan. Dia sengaja tidak mengajak Sanha karena dia ingin Sanha menenangkan diri setelah pertengkarannya pagi tadi.

"Kau tenang saja, Sanha. Dylan bakal baik-baik aja," ucap Dyego pada Sanha setelah makan malam.

Dyego tidak menghitung waktu berapa lama dia sudah duduk di sana. Ketika Dyego mulai cemas Dylan takkan bangun besok, Dylan mulai mengerjapkan mata dan tersadar.

"Haha... siapa sangka aku bakal tidur di sini..." hal yang pertama Dylan lakukan saat bangun adalah membuat lelucon. Meskipun terdengar lucu, Dyego sama sekali tidak tertawa. "Ah, ga asik. Padahal udah sengaja ngelucu," ujar Dylan menatap Dyego dengan suara parau.

"Kalo kau punya tenaga untuk meracau, lebih baik jelaskan padaku apa yang terjadi selama perburuan." Dyego menyilangkan tangan di dada, menuntut penjelasan.

"Peka dikit, dong... suara serak gini... ambilkan air gitu..."

Dyego menurut dan mengambilkan Dylan segelas air. Dia membantu Dylan duduk di ranjang dan Dylan meminum airnya.

Lalu Dylan memulai ceritanya. "Aku bertemu ikan harapan."

Mata Dyego membelalak setelah mendengar pengakuan Dylan. "Dimana kau menemukannya? Jangan bilang kau bertemu saat perburuan."

"...." Dylan hanya diam.

Dyego paham arti diam itu dan merasa semakin jengkel. "Kenapa kau merahasiakannya? Bukannya kau melapor kau gak menemukan apapun saat perburuan? Kenapa baru sekarang... haaah..." akhirnya Dyego hanya menarik napas dalam.

"Jadi kau membuat permohonan untuk Kim? Bagaimana dengan sihirmu?"

"Kau tahu aku punya kekuatan di atas rata-rata, jadi aku membuat dua perjanjian. Satu untuk Nana, dan satunya untuk Kim."

Terlihat di tatapan tajam Dyego bahwa dia sangat marah, tapi dia masih diam menunggu Dylan melanjutkan ceritanya.

"Aku gak perlu memberitahumu apa isi harapannya, tapi kau lihat sendiri kan, salah satu harapan sudah terwujud. Kim selamat..." Dylan tidak melanjutkan kalimatnya. Wajahnya tampak dua kali lebih pucat setelah menyadari arti kalimatnya sendiri.

"Kau mau bilang Kim terlibat dalam bahaya lalu selamat?" Dyego menyimpulkan.

"A... aku gak tahu... tapi sejauh risetku... hal tadi itu akan terjadi kalau harapan sudah terwujud..."

"... Semoga apa yang kita pikirkan tidak terjadi. Apapun yang Kim lakukan diluar sana, semoga dia tetap baik-baik saja," ucap Dyego.

"....." Dylan tidak menjawab. Dia tahu betul dengan situasi saat ini. Kim berada dalam bahaya dan apapun bahaya itu, Kim berhasil selamat berkat ikan harapan Dylan. Dylan merasa senang sebab dia berhasil menolong Kim walau sedikit.

🍃🍃🍃

Sanha kembali ke kamar sesuai permintaan Dyego. Dia juga khawatir dengan kondisi Dylan dan berharap pertengkaran mereka bukan penyebab Dylan pingsan mendadak.

Di sisi lain, Sanha tidak bisa berhenti memikirkan cahaya aneh yang muncul saat itu. Tapi dia tahu Dyego dan Dylan takkan memberitahu dirinya meskipun diminta.

Sanha mengambil buku dari dalam laci meja dan membuka halaman tengah kosong. Di dalamnya ada sehelai rambut Kim yang berhasil dia dapat diam-diam.

"Haahh... semoga pilihan kami sudah benar..." Sanha berharap dalam hati kecilnya. Dia tidak ingin membuat ramuan untuk melihat ingatan Kim. Sanha tidak siap jika harus menerima fakta menyedihkan tentang asal usul mata merah Kim.

🍃🍃🍃

Beberapa hari telah berlalu sejak insiden di rumah kaca, tetapi Dylan dan Dyego sama sekali tidak menyinggung kejadian itu pada Sanha. Sanha juga tidak menuntut penjelasan apapun. Mereka sudah tidak memikirkan hal itu sebab didepan mata mereka ada hal lain yang tengah terjadi.

Di siang hari setelah insiden Dylan di rumah kaca, Echa, Dannielle, dan Theo mendapat kabar mengenai insiden Kim. Mood mereka berubah drastis sejak saat itu. Setiap hari mereka terlihat sedih dan murung. Mereka bertiga bahkan menjauhi Yuri dan Martha, menolak duduk satu meja selama makan siang. Seminggu telah berlalu sejak mereka bertiga menerima kabar Kim.

"Ada apa dengan mereka? Aku kesal lihat mereka murung gitu. Tapi setiap ditanya malah makin sedih." Dan Martha adalah orang no.1 yang paling komplain soal perubahan mood teman sekamar Kim. "Kau juga lihat kan, Yuri? Mereka aneh banget."

Yuri juga menyadari perubahan suasana hati tidak biasa dari mereka. Yuri melirik dari jauh, di mana Dannielle, Echa, Theo, dan Zenith duduk makan siang berempat. Meskipun mereka tidak mau menyapa Yuri dan Martha, mereka justru tidak mengusir Zenith dari meja mereka. Zenith berusaha mati-matian mengajak Theo mengobrol ini dan itu, tetapi Theo enggan merespon sama sekali. Echa dan Dannielle yang biasanya terganggu dengan Zenith justru malah membiarkan Zenith bersama dengan Theo.

"Haaah... Apa mereka sesedih itu ditinggal Kim pulang ke rumah?" Martha menggeleng.

"Mungkin saja, soalnya mereka teman sekamar Kim jadi kesepian kali."

Bahkan aku pun kesepian, batin Yuri melanjutkan. Tetapi dia tidak mau mengatakannya didepan Martha yang sudah mau menemaninya belakangan ini. Mereka berdua pun tidak ada pilihan selain pergi berdua kemana-mana sebab teman sekamar Kim terlalu murung untuk diajak bergaul.

Di sisi lain kantin, Dylan, Dyego, dan Sanha memerhatikan semua situasi teman-teman Kim dari kejauhan.

"Mereka... Gak bertengkar, kan?" Tanya Sanha cemas. "Aku takut ramalan sudah terjadi tanpa kita ketahui."

Dyego menggeleng sambil menjawab, "Aku juga gak yakin. Aku sudah menemui Theo dan Yuri tapi Yuri bilang mereka gak bertengkar dan Theo gak mau menjawab pertanyaanku."

"Haaah.... menyebalkan rasanya karena kita hanya diam menonton begini," ujar Dylan. Dyego melirik pada Dylan kemudian melemparkan pandangannya kearah Sanha, seakan memberi kode: kapan bicara padanya?

Dylan yang paham maksud saudaranya hanya bisa menggeleng. Menemukan ikan harapan sama saja dengan membuat ikatan dengan hewan sihir. Dylan memberitahu Dyego karena dia adalah keluarganya, tetapi Dylan masih berpikir dua kali untuk menceritakannya pada Sanha.

"Apakah kalian Dyego dan Dylan dari kelas Garanyum Tingkat I?" Tiba-tiba bu Jyra tiba di kantin dan menemui si kembar.

"I-i-iya... Itu kami..." jawab Dyego terbata-bata karena kaget. Sedangkan Dylan hanya menelan ludah ketakutan.

Bu Jyra melihat sekilas nampan makan siang Dyego dan Dylan sudah kosong. Lantas beliau berkata, "Kalian berdua, ikuti saya."

Beliau berjalan lebih dulu tanpa mendengarkan keluhan kembar Dy. Dyego dan Dylan diam saling bertatapan kemudian bergegas pergi menyusul bu Jyra.

Sanha ditinggal sendiri dengan nampan makan siangnya masih penuh. Dia hendak menyusul tapi terlalu takut. Namun, sama seperti Dyego dan Dylan, Sanha keheranan kenapa mereka berdua dipanggil mendadak.

Hal pertama yang terlintas di kepala Sanha adalah ketika mereka menggunakan mantra tingkat tinggi secara ilegal untuk mematahkan mantra ilusi di gedung putih akademi ketika Black Shadow menyerang akademi.

"Apa mantranya ketahuan dan mereka diberi sanksi?" Sanha berpikir terlalu jauh dan bersikap tidak tenang.

🍃🍃🍃

Waduh, Dyego dan Dylan dipanggil ke kantor, nih. Semoga aja mereka dipanggil bukan karena perbuatan 'nakal' mereka 😨

Penasaran? Kuy langsung lanjut baca 😉

Salam hangat, Ann Mone ⚘️

Kimberly Academy 3: The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang