Pemulihan

159 20 3
                                    

(pov orang ketiga)


“Cukup! Tidak perlu khawatir, kami mengerti. Jadi cepatlah kembali!”


“Baiklah, Kakek!”

Panggilan video dimatikan dari sisi Raon.

Duke Deruth menatap wajah semua orang yang berada di ruangan tersebut. Tanpa aba-aba, mereka mulai menghela napas panjang penuh kelegaan.

“Oh terima kasih dewa!”

Puji syukur seraya diserukan dalam benak mereka masing-masing. Seluruh ketegangan yang dirasakan selama ini pun luruh, mereda.

Choi Han yang berdiri di samping jendela memandang keluar, memperhatikan Cyrillo yang berada di taman ditemani oleh Clopeh dan juga Mary. Dia memperhatikan senyuman Cyrillo yang mengembang secerah mentari pagi.

Ron yang memperhatikan Choi Han, menepuk-nepuk bahunya lalu kakek tua itu berjalan ke tengah ruangan.

“Kalau begitu saya akan mempersiapkan kepergian Clopeh!”


“Tentu. Persiapkan dengan cepat!”

Ron mengangguk kecil kemudian mengundurkan dirinya dengan segera.



******

(POV orang ketiga)


“Paman, Hati hati di jalan!”

Cyrillo memandang Clopeh dengan sedikit kekhawatiran disana.

Pikirannya telah membayangkan berbagai skenario yang buruk sehingga kecemasannya tak kunjung memudar.

“Ya! Paman—“

Clopeh menahan kalimat yang ingin dia ucapkan di ujung lidahnya saat bertatapan dengan sang master pedang.

“Paman akan berhati-hati.”

Wyvern mekanik yang dia tunggangi mulai mengepakkan sayapnya. Dia perlahan-lahan naik ke angkasa dan menjauh dari kediaman Henituse.

Cyrillo memperhatikannya sampai Clopeh benar-benar tidak terlihat dari jangkauan penglihatannya. Dia berharap bahwa semua ini benar-benar telah selesai.

“Tuan muda!”

Pria berambut hitam di sampingnya memanggil.

Cyrillo menatap pria itu dengan tatapan bertanya.

“Mari kita masuk!”

Dengan langkah kecilnya, dia berjalan maju diikuti oleh Choi Han dibelakangnya.

Bisa terlihat di depan sana, On dan juga Hong melambaikan kedua tangannya pada Cyrillo. Cyrillo menyambut mereka berdua dengan senyuman lebar dan langsung berlari ke arah kakak-kakaknya itu.

Setelah bersenda gurau beberapa saat. Mereka kemudian masuk ke kediaman Henituse. Lalu masih belum berakhir sampai di sana, Seluruh anggota keluarga besar Henituse menyambut Cyrillo dengan suka cita.

Mereka merayakan kepergian Clopeh dengan rasa penuh kelegaan dan kebahagiaan.

Tetapi ada ruang yang kosong.
Raon dan Cale masih absen dari hadapan anak berambut merah tersebut, mereka belum menampakkan ujung hidung mereka barang setitik pun di hari ini.

Kebingungan jelas nyata adanya, tapi Cyrillo menyambil-lalukannya agar perasaan itu tidak tumpah ruah dan lantas menghancurkan suasana suka di hadapannya.



*****

(Pov Choi Han)


Suhu perlahan-lahan turun dan dingin mulai meresap ke kulitku. Dingin ini barulah permulaannya saja karena puncak suhu terendah terletak di antara pukul 4 sampai pukul 6 pagi. Sedangkan kini baru waktunya orang-orang dengan gaya hidup yang baik mulai terlelap. Yaitu, pukul 10 malam.

Aku berjalan menuju ke sebuah kamar. Sampailah aku di depan pintu kamar itu kemudian aku mengambil posisi di sampingnya.

Ini adalah waktunya bagi diriku untuk berjaga.


Kriieett—

Pintu tiba-tiba saja terbuka. Seorang anak keluar dari dalam kamar.

“Oh!”

Dia terkejut akan kehadiranku.

“Kemana kau akan pergi, tuan muda?”


Dia tersenyum canggung atas pertanyaanku.

“Aku tidak bisa tidur, jadi... aku ingin jalan-jalan.”


Aku menghela napas.

“Baiklah. Biar saya temani!”

Dia terlihat senang akan respon yang aku berikan. Kemudian kami berdua langsung berjalan menuju ke halaman depan.

Tuan muda Cyrillo memperhatikan langit yang terbentang luas di hadapannya. Lalu kekecewaan mulai tampak pada raut kecilnya itu.

“Bintang dan bulannya tidak terlihat!”

Dia merengut sedih.

Aku berjongkok dihadapannya untuk menghibur dirinya.

“Jangan khawatir, tuan muda! Malam baru saja dimulai, pasti mereka akan segera terlihat.”


Dia memegang bahuku.

“Choi Han...”

Tuan muda Cyrillo tampak ragu untuk mengutarakan sesuatu.


“Ya, tuan muda?”


Dia tidak segera menjawab pertanyaanku. Aku penasaran pikiran seperti apa yang mengganggu dirinya sehingga tak dapat tidur dan membuat perasaannya menjadi buruk.

Rasa cemas mulai datang padaku.

‘Semoga alasannya bukan karena telah dia berpisah dengan bajingan itu.’


“Itu...”

Dia masih saja ragu untuk mengatakannya.

“Katakan saja, tuan muda! Aku akan mendengarkan apapun yang akan kau katakan!”

Meski aku berkata demikian, rasa gugupku terus meningkat. Aku tidak siap bila harus mendengarkan sesuatu yang tidak ingin kudengar.

“Ayah dan kak Raon kemana? Aku tidak melihat mereka...”


“huft!!”

Aku menghela napas dengan lega. Kemudian aku langsung mengatur ekspresi lega itu dan fokus menjawab.

“hmm, mereka sedang ada keperluan di suatu tempat.”

Tuan muda Cyrillo kemudian turut berjongkok dan memainkan kerikil – kerikil kecil di dekat kakinya.
Sepertinya jawaban dariku tidak membuat perasaannya membaik sama sekali. Jadi aku harus mengucapkan hal yang membuat perasaannya tenang.

“Tidak perlu khawatir! Seperti halnya dirimu yang pergi bermain sebentar bersama paman Clopeh, Cale nim dan Raon nim juga akan segera pulang! Yang perlu tuan muda lakukan sekarang, hanyalah menunggu dengan sabar!"


“!!!”

Wajahnya mendongak kaget ke arahku, Kemudian dia berdiri dan menatapku lekat-lekat.


‘Apa aku salah bicara?’


“...”


“Choi Han...”


“Iya?”


“Maaf!”

Cyrillo menggenggam baju di bahuku.


“Ka-kau tidak perlu minta maaf, tuan muda! Wajar saja bila kau khawatir pada mereka!”


Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Bukan! Bukan itu!”


“???”


“Aku pergi... tapi aku tidak bilang-bilang ke Choi Han dahulu...”


“!!!”

‘Oh, dia membicarakan tentang hari dimana dia menghilang.’

Tatapanku melunak. Aku tidak tahu apa yang Clopeh lakukan hingga Anak ini terbujuk begitu saja, tapi yang jelas kejadian tersebut sama sekali bukan kesalahan anak polos ini.

“Itu sama sekali bukan kesalahan tuan muda!”

Aku memeluknya dengan ringan.


“Tapi..”


“Tidak ada tapi. Orang dewasalah yang harus menanggung kesalahan itu.”

Clopeh dan juga diriku. Kamilah yang pantas disalahkan.


“...”


“Yang terpenting tuan muda sudah kembali lagi kesini. Dan untuk ke depannya... Tolong jangan pernah melakukan hal itu lagi ya?!”


Dia mengangguk-anggukan kepalanya, tanda bahwa dia mengerti perkataanku.

“Apa tuan muda bisa berjanji?”

Aku menyodorkan jari kelingkingku padanya.

Dia tersenyum kecil dan menyambut jari kelingkingku lalu mengaitkannya.

“Hmm.. Janji!”

Dia menganggukan kepalanya.
Setelah itu perasaan tuan muda Cyrillo tampaknya  membaik. Meski gagal melihat bintang-bintang, aku membawanya ke tempat dimana kunang-kunang biasa terlihat.

“Choi Han! Lihat... ada banyak sekali kunang-kunangnya!”


“Ya, benar! Apa tuan muda senang?”


“Hehehe... Aku senaaaang sekaliiii! Terima kasih Choi Han!”


Setelah itu kami kembali pulang karena malam semakin larut dan angin menambah hembusannya. Jangan sampai tuan muda Cyrillo terkena demam esok hari.

Aku menemani tuan muda di kamar sampai dia benar-benar terlarut di dalam mimpinya.



~Bersambung~




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

keberuntungan/kesialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang