Kutukan di Balik Batu

410 55 4
                                    

(POV Clopeh sekkah)




'Jam berapa sekarang?'

Aku melirik untuk mencari tahu jawabannya. Pukul 7 malam adalah waktu yang ditunjukkan oleh jam dinding tersebut. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan putra dari dewaku. Seharusnya sebentar lagi mereka tiba disini.

Seperti apa rupa dari putra dari dewaku itu? Aku penasaran sekali.

Detik demi detik waktu yang bertambah membuat hatiku semakin gelisah. Sebenarnya, aku ingin sekali menjemput dirinya oleh diriku pribadi. Namun, mereka akan langsung mengetahui keberadaanku yang telah memiliki jejak sihir Raon, sang naga itu. Mereka mungkin akan langsung membunuhku jika mengetahui motif yang aku miliki saat ini. Karena sebelumnya, aku telah membuat kesalahan yang cukup fatal dengan memaksa dewaku kembali ke posisi yang seharusnya.

Aku tidak sadar seberapa besar rasa kasihnya pada daratan ini, meski beliau telah menusuk jantungnya dan melimpahkan seluruh rahmatnya untuk benua ini. Oleh sebab itulah, dia menunjukkan kemurkaannya pada diriku yang tidak menyadari kehendaknya. Awalnya aku benar-benar tidak mengerti, dan mempertanyakan keputusannya untuk tetap tinggal disini. Namun, sekarang aku sudah mengerti semuanya.

Jadi aku ingin melakukan sesuatu yang dapat aku lakukan untuk mewujudkan segala kehendaknya.

'Kau harus sabar, Clopeh!'

Aku menenangkan diriku sendiri.


"Tuan, Raven telah kembali kesini."

Aku terkesiap kaget.

"Benarkah?"

"Benar, tuan."


Aku mengutus Raven, seseorang yang dapat menggunakan sihir ilusi untuk menjemputnya. Bibirku sumringah penuh kegembiraan. Aku memastikan bajuku dalam keadaan rapih, dan mulai pergi ke luar untuk menemui mereka.

'Halo, tuan muda Cyrillo! Saya adalah Hamba setia ayahmu.'

'mm.. Sepertinya itu terlalu biasa?'

Aku lupa memikirkan soal perkenalan. Kesan pertama itu penting. Aku harus bisa membuatnya terkesan.

'Bagaimana bisa aku melupakan hal sepenting itu?'

Sangat disesalkan, kalau saja aku lebih sabar dan berpikiran dengan tenang pasti hal ini tidak akan terjadi. Aku penasaran dengan reaksi yang akan diberikannya. Dia masih kecil. Aku tidak boleh sampai membuatnya membenciku. Aku harus mengambil hatinya. Ini akan membuat semuanya jauh lebih mudah.


'Aku...'


"!!!"


Jantungku berhenti berdetak.

Dia ada disana.

Raven, bawahanku itu sedang menggendongnya sekarang.

Tapi...

Bukan ini rencanaku!

'Bawahan sialan!'

Putra dari dewaku itu datang dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Tubuh pucatnya lunglai dalam bopongan tangan kotor itu.

'APA-APAAN!!!'

Kemarahan membludak di hatiku. Kepalan tanganku mengerat. Aku menggertakkan gigiku kuat-kuat.

'BERANINYA DIA!!!'

'BERANINYA MENYENTUH PUTRA DARI DEWAKU!!!'

Aku melotot tajam ke arahnya, si bodoh itu tersentak dan mundur ke belakang.

keberuntungan/kesialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang