Camera, Roll, Action!

337 53 4
                                    


(Pov Cyrillo)

     Aku menyantap makanan penutup setelah menyantap hidangan utama malam ini. Ada beragam kue, puding bahkan pai yang tampak sangat menggiurkan bagiku.  Sayangnya, perutku tidak akan muat menampung mereka semua sekaligus. Jadi aku hanya memilih puding yang paling menarik mataku.

     Aku menatap orang-orang yang berlutut di bawah sana. Mereka mengenggam kedua tangan mereka di depan dada, sambil memandangiku dengan Penuh khidmat.

     Sebenarnya hal ini yang membuat aku sangat ingin pulang.

     Aku ingat pada hari pertama aku makan di tempat ini.

     Aku hampir tidak bisa menelan karena tatapan khidmat mereka. Seolah-olah waktu makanku adalah upacara sakral yang haram dilewatkan mereka.

     Tapi lihat aku sekarang! Aku sudah terbiasa hanya dalam waktu seminggu. Tubuhku sudah beradaptasi seolah hal ini adalah wajar. Aku bisa makan sampai kenyang tanpa peduli dengan tatapan mereka lagi.

     Jika kupikirkan ini dengan mendalam, Ini sungguh menakutkan.

‘katanya anak-anak jauh lebih mudah beradaptasi dengan perubahan. Apa aku seperti ini karena berada dalam tubuh anak-anak?’

     Jika aku lebih lama lagi berada di sini, aku takut lebih banyak lagi yang berubah dalam diriku.

     Aku sadar bahwa aku tidak boleh hanya menunggu seseorang menyelamatkanku jika ingin tetap waras. Aku harus melakukan sesuatu.

‘Apa aku bisa membunuh Clopeh?’

     Aku benar-benar ingin melakukan ini jika bisa. Ini adalah pemikiran yang paling mudah dipikirkan jika saja aku masih menjadi pembaca biasa. Namun dikehidupan sebelumnya, aku bahkan tidak tega melihat ayam yang disembelih. Aku hanya pernah membunuh serangga-serangga kecil seperti semut ataupun kecoa. Membunuh seorang manusia tidak pernah ada di dalam kamusku.

     Selain itu, aku yakin bahwa akan ada dampak lain dari kematian Clopeh karena dia orang yang berpengaruh. Dia adalah pusat dari sekte ini.

     Aku melirik ke arah Misa, gadis itu juga berlutut sambil mengepalkan tangannya.

     Aku tidak tahu jumlah pasti dari semua orang disini. Mungkin ada ratusan orang. Lalu sepertinya, orang-orang ini terbagi menjadi 2 kubu. Yang pertama adalah kubu yang mengikuti perintah Clopeh untuk menyembah Cale. Dan yang kedua adalah kubu yang menyembah Clopeh itu sendiri.

‘Kalau Clopeh mati, apa yang akan terjadi pada sekte ini?’

‘Pasti merepotkan.’

     Aku melupakan semua itu sejenak dan fokus pada makananku. Selesai makan, aku di antar oleh bawahan-bawahan Clopeh menuju ke kamar.

     Kemudian aku mengganti pakaianku dengan piyama. Aku terlentang di atas kasur sambil menatap langit-langit. Pikiranku melayang-layang tak tentu arah. Memikirkan cara terbaik untuk bisa keluar dari tempat ini.

‘Aku harus mencoba satu hal.’

Kriek—

     Pintu kamarku berderit, seseorang masuk dari sana.

“Oh paman Clopeh!”

     Aku tersenyum secerah yang aku bisa saat melihatnya masuk.

“Kau belum tidur?”

     Dia duduk di ranjangku, aku pun mendekatinya.

‘Aku ingin mencoba sesuatu.’

Dia menyibak rambutku yang berantakkan.

keberuntungan/kesialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang