ayo kembali!

406 45 4
                                    

  (pov orang ketiga)

     Raon dan ayah manusianya itu telah sampai di tempat tujuan mereka, di sebuah tempat yang diselimuti oleh salju beracun yang terkenal sebagai danau keputusasaan. Mereka bergerak maju tanpa menyia-nyiakan waktu untuk menemui sang pohon dunia.

     Sang naga itu menyibak rambut hitamnya tatkala badai salju menerpa dan membutakan arah pandangnya. Tentu saja, salju beracun itu tidak mampu melukai mereka karena sihir perlindungan milik Raon tiada duanya. Namun, itu masih sanggup membuat hati naga kecil itu kesal karena jarak pandangnya menjadi terbatas.

     Dia melihat ke arah ayah manusianya yang fokus berjalan ke depan. Ekspresinya datar, seperti biasanya. Namun layaknya sebuah terjemahan otomatis, Raon bisa mengartikan ekspresi datar milik ayahnya menjadi ekspresi yang sesungguhnya.

     Raon kembali fokus ke depan, meninggalkan rasa cemas yang berhasil dia temukan dari wajah ayah manusianya yang lemah itu.

     Pikirannya terus mengawang-awang kesana kemari memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi terhadap adiknya itu. Bila ini semua ternyata hanya kesalahpahaman saja, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan kembali. Namun bila sebaliknya, semuanya akan menjadi runyam.

     Sindrom yang dijabarkan oleh ayahnya itu layaknya benang yang menjerat pengidapnya. Adiknya mungkin akan terikat pada Clopeh sepanjang hidup jikalau ini bukanlah sebuah kesalahan. Namun walau demikian pun Raon tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Dia akan membunuh Clopeh meski dia harus membayar mahal untuk itu.
Meski adiknya akan menderita, meski adiknya akan menyalahkannya, dan bahkan meski adiknya membenci Raon seumur hidupnya, dia tidak akan mengubah pikiran itu. Dia tidak mungkin membiarkan adiknya menjadi boneka di tangan Clopeh.

     Raon menggelengkan kepalanya untuk menghapus segala pikiran yang tidak berguna itu. Lalu...

     Sebuah pemandangan yang tampak sangat mengejutkan muncul dihadapannya.

!!!

     Cale Henituse tersentak kaget saat dia melihat seluruh Elf di lembah keputusasaan tampak duduk bersimpuh di kejauhan dengan rapihnya. Mereka semua menundukkan kepala seperti telah melakukan sebuah dosa.
Pemandangan itu sangat mengherankan bagi sepasang ayah dan anak itu.

‘Hari apa ini? Apa ada sebuah perayaan tertentu di hari ini?'

     Mereka tidak pernah mengetahui bahwa para elf ternyata memiliki perayaan khusus seperti itu sebelumnya. Cale terus terheran-heran sampai dia menyadari sesuatu di sebelah kanan para elf tersebut.

     Sejumlah kotak-kotak kayu yang terlihat seperti kotak harta karun itu tersusun dengan rapih disana.

     Melihat hal tersebut, hati Cale menjadi semakin gusar. Jika saja dia tidak memiliki tujuan untuk berbicara dengan pohon dunia sekarang, mungkin dia akan langsung mengajak Raon untuk kembali pulang tanpa ada keraguan sedikit pun. Dia tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang akan menambah rumit hidupnya. Sayangnya, untuk berbicara dengan pohon dunia, mereka harus melewati para elf yang tengah berkumpul itu.

     Raon yang merasakan sebuah energi tidak asing dari salah satu kotak yang berada disana, berlari mendahului ayahnya untuk melihat isi dari kotak tersebut. Dia mengabaikan para Elf yang tersentak karena pergerakannya yang tiba-tiba. Dia sungguh penasaran akan isi dari kotak-kotak kayu itu.

     Pupil dari mata naga itu mengecil karena terkejut saat melihat isi dari kotak tersebut. Di dalam salah satu kotak itu, ada setumpuk batu mana dengan kualitas yang cukup baik. Pantas saja, Raon merasakan energi mana yang kuat karena jumlah batu-batu tersebut cukup banyak.
Dia melirik seluruh kotak lainnya untuk memastikan apa saja isi di dalamnya.

keberuntungan/kesialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang