ekspektasi dan realita

877 85 1
                                    

(Pov orang ketiga)


Cale memandangi anak di sampingnya yang berumur 4 tahun itu. Sang dewi yang memutuskan demikian, entah apa sebabnya. Dia tidak menjelaskan alasannya pada Cale dan Cale pun tidak keberatan dengan hal itu.

Mungkin terdengar aneh, tapi selama anak itu sehat-sehat saja Cale tidak masalah dengan berapa pun usianya. Dia puas hanya dengan itu.


"Namamu Cyrillo Henituse."



Anak itu hanya mengerjapkan matanya dengan polos. Terlihat bingung dan tidak mengerti apapun.


'Cyrillo Henituse.'

Henituse.

Henituse adalah sebuah nama keluarga yang jelas harus dia dapatkan. Itu berlaku untuk ketiga anaknya yang lain.


Cale kembali mengingat masa lalu, di saat dia mengumumkan status On, Hong, dan Raon sebagai anaknya di perjamuan sosial. Lebih tepatnya, sebagai peringatan dan ancaman agar tidak ada yang berani macam-macam pada anak-anaknya yang merupakan bagian dari Henituse.

Tapi memangnya, bangsawan gila mana yang berani menyerang naga? On dan Hong bahkan masuk ke dalam pasukan elit Henituse, bersama dengan Lily.

Namun sekarang akan berbeda.

Dia memandangi anak di sampingnya lagi dengan saksama. Rambut merah, mata coklat, kulit yang pucat dan kurus tubuh miliknya telah diturunkan ke keberadaan mungil dan polos tak berdosa itu.

Sekarang, perasaan khawatir datang menyelimuti hatinya. Pikirannya terlempar ke ingatan-ingatan tidak menyenangkan yang telah dilalui.


Cale terpaku pada ingatannya sendiri.

'Dunia ini berbahaya.'

Dia baru menyadari hal itu sekarang.


Mungkin seharusnya dia berpikir dua kali untuk menerima berkah dari sang dewi.

Tentu saja, itu sudah terlambat.


Cale dengan hati-hati mengelus rambut si sosok kecil di hadapannya.

"Ayah. Aku ayahmu."

Ucap Cale sambil menatap penuh, jernih mata anak itu.

Anak itu membuka mulutnya dengan ragu.

"A- aayah?"


Tersenyum.

Senyuman Cale mengembang.

"Ya, Aku adalah ayahmu."

Anak itu terperangah sesaat lalu mengulangi ucapannya dengan lantang.

"Ayah!"

Tampaknya dia memahami kata tersebut.


"Iya, anak pintar."

Cale mengelus-elus lembut rambutnya.


"Ayah! Ayah! Ayah!"

Anak itu mengulang-ulang kata tersebut dengan senyum cerahnya.

Matanya yang berbinar-binar membuatnya tampak menggemaskan, lalu tiba-tiba dia melompat ke dalam pelukan Cale.

"Ayaaah!"


"!!!"


Cale tersentak ke belakang karena pelukan Cyrillo yang tiba-tiba. Dia membelalakkan matanya karena terkejut.

Waktu di sekitarnya tiba-tiba melambat. Cale bisa merasakan bobot tubuh putranya dalam dekapan itu. Cale juga bisa merasakan napas hangat milik putranya itu. Dan terakhir...


Deg-


Deg-


Deg-



Suara detak jantung kecilnya.



'Haah.... Ya... Keputusan ini tidak salah. Aku hanya perlu melindunginya lebih keras.'



*****



(Pov Cyrillo)



Aku memeluk Cale Henituse dengan erat. Aku tidak peduli ini mimpi atau bukan. Aku tidak ingin bangun jika ini hanya mimpi.

Mari kita urutkan apa yang terjadi. Jika kita mengambil referensi dari komik dan novel...

Aku pasti sudah mati.

Tapi bagaimana bisa? Apa aku telah ditabrak oleh truk kun?



Tapi jika mengingat semua kebiasaanku di sana. Kecil sekali kemungkinan aku mengalami kecelakaan.

Sebagian besar hari-hariku hanya dihabiskan di dalam rumah (nolep). Tidak mungkin hal tersebut dapat terjadi. Kemungkinan paling besar, aku mati di saat tidur.

keberuntungan/kesialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang