🍼 Prolog

630 72 5
                                    

Hay, Kasev bawa cerita baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hay, Kasev bawa cerita baru. Selamat mengikuti.

🍼🍼🍼

"Anak dalam perut ini anak babi."

Sepasang bibir Lola menganga. Matanya menatap ngeri ke arah perut Sonia yang besar. Jika anak yang di rahim itu anak babi, lalu ibunya apa? Tidak mungkin kucing?

Sonia berdiri dengan hati-hati akibat kehamilan tuanya. Kakinya kelihatan bengkak. "Sampai perut gue sebesar ini, dia masih suka ngerayu gue buat buka selangkangan. Terus babi itu tiba-tiba pergi tanpa jejak. Dua malam yang lalu, dia ngilang. Anjing!"

"Apakah pria itu pandai menggonggong?" pikir Lola.

Lola sangat mengkhawatirkan anak yang akan dilahirkan Sonia. Jika sewaktu hamil ibunya berkata sekasar itu, bagaimana kalau anaknya juga menjadi orang yang tidak pandai berkata lemah lembut?

Lola pun menanggapi Sonia kali ini. Sedikit mengerikan mendengar Sonia menyebut-nyebut hewan berkaki empat berulang kali.

"Terus kamu nyari dia ke mana lagi?" Lola menelan ludahnya sambil menunggu jawaban Sonia.

Sonia terdiam. Ia menatap jalanan di balik pagar kontrakan. Malam baru saja turun. Penjual nasi goreng lewat dengan memukul wajan sebagai tanda kehadirannya. Pedagang sate mengipas-ngipas daging tusuk hingga meninggalkan kepulan asap yang wangi sampai ke hidung Lola. Menggugah selera sampai yang mencium aromanya menjadi berselera. Tadinya Lola duduk di teras menunggu mereka, tetapi kedatangan Sonia telah mengganggunya. Mendengar umpatan demi umpatan yang berlompatan dari bibir Sonia, selera makan Lola pun hilang.

Sonia mengangkat bahu, membelakangi Lola. "Jangan sampai elo mengalami apa yang gue alami sekarang. Gue nggak kuat, apalagi elo." Sonia menatap lama Lola.

"Jangan tiru kejelekan gue. Lo udah gue anggap sebagai adek gue sendiri di kota ini. Kita saling menolong selama ini. Gue harap setidaknya dari seluruh keburukan gue, ada sedikit kebaikan yang bisa lo ambil. Salah satunya, jangan pernah menyesal kayak gue. Jauh-jauh lo dari laki-laki. Yang mereka sukai dari lo hanya ketika elo membuka paha di bawah mereka."

Setelah Sonia beranjak, Lola menarik napas panjang, menerima nasihat Lola. Kedua tangan Lola kini gemetar. Tubuhnya luruh ke lantai. Rambatan rasa sesal menggelayuti pundaknya. Pelan dan hati-hati jemarinya mengusap perut.

"Semuanya udah terlambat," lirihnya.

🍼🍼🍼


Deritan pintu terdengar nyaring tatkala kayu jati itu terkuak. Hening menyambut pendengaran Lola ketika kedua kaki ia langkahkan ke dalam. Gadis itu berjalan ke dapur dan menekan warna merah pada dispenser serta menampung gelas di bawah keran. Dia minum dengan cepat. Entah kenapa perasaannya dijangkiti waswas. Kaki bertungkai pendek itu melangkah ke sebuah pintu di sebelah kamarnya. Ada dorongan yang besar untuk bertemu dengan Sonia. Si mahasiswi mulai mengurung diri semenjak berbadan dua.

Tak ubahnya seperti daun pintu depan, kamar Sonia juga menghasilkan bunyi kriet panjang. Tidak terdengar suara dari dalam kamar. Lola pikir Sonia mungkin sedang keluar. Perlahan ia tutup kembali kamar Sonia sebelum sudut matanya menangkap sesuatu yang membuat kuduknya merinding.

Pekikan lolos dari bibir Lola melihat tubuh Sonia yang besar akibat kehamilan tergantung di depan jendela. Seluruh raga Lola gemetaran. Nyawa bagai dicabut paksa dari raganya, campuran takut, ngeri, kaget, dan sedih. Dia berlari ke halaman meminta pertolongan.

Seperti biasa, jika melihat suatu kejadian, selain banyak yang membuat video, pasti banyak yang berkomentar.

"Dia bunuh diri karena hamil di luar nikah lalu kekasihnya tidak mau bertanggung jawab," kata seorang perempuan.

"Orang tuanya susah-susah mencari uang, anak bisanya membuat malu orang tuanya," komentar yang lainnya.

"Sudah jelas sex tanpa menikah itu dosa, ditambah dengan bunuh diri. Pasti matinya akan masuk ke neraka yang paling panas." Yang baru datang tak ingin diam.

"Orang tuanya pasti sedih. Anaknya dikuliahkan supaya berhasil, justru berhasil menciptakan malu kepada orang tua."

Hujatan demi hujatan mampir ke telinga Lola.

Banyak sekali tetangga yang mengatai Sonia sehingga Lola memilih pergi. Dia juga tidak ingin ditanyai apa-apa karena memang ia tidak tahu perihal bunuh diri tersebut. Untuk alasan Sonia, Lola pikir pasti tidak jauh-jauh dari menghilangnya pacar sekaligus ayah biologis anak yang dikandung Sonia.

Tangan Lola dengan refleks bersarang di atas perut. Saat pandangannya menyapu area taman yang mulai sepi karena senja telah turun, pikirannya berkelana ke masa depan. Dia takut hal yang sama terjadi kepada dirinya. Lola segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan teks kepada seseorang.

Besok pengumuman kelulusan

🍼🍼🍼

Bersambung....
Palembang, 15 September 2024

Palembang, 15 September 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About Lola (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang