Wah, Lola nggak update ya dua hari.
🍼🍼🍼
Benar feeling-nya sejak awal memasuki rumah ini, hidupnya langsung jungkir balik. Dia Lola Yunari Lubis berusia delapan belas tahun. Memiliki bayi usia tujuh minggu. Pengangguran dan tidak terampil pekerjaan rumah tangga. Sudah tiga pekan ia tinggal di rumah mama mertua. Dan untungnya pikirannya masih waras.
Setiap hari Lola harus bangun pukul setengah lima, yang mana bukan keahliannya. Duduk setelah bangun tidur, matanya seperti ditempeli perekat yang sangat kuat. Kepalanya berdenyut oleh kekurangan tidur. Anaknya sering terbangun di malam hari, susah untuk tidur kembali. Tidak seperti sebelumnya ia dibantu oleh sang suami, kini Lola menidurkan anaknya sendirian. Sementara Elbram yang sesekali Lola temui pulang pukul tiga, langsung ke kamar tanpa niat menyapa apalagi menemani Lola.
Elbram berubah seratus delapan puluh derajat sejak tiba di desa. Ia keluar membawa motornya pukul sembilan malam atau paling telat pukul sepuluh. Pagi ketika Lola mengintip ke kamar, Elbram masih tidur, dan bangun sekitar dua siang. Lalu dia akan keluar lagi. Begitulah siklus hidup Elbram yang Lola amati. Belum seberapa. Lola harus mendengar rentetan sindiran dan bentakan dari mertua. Apa pun yang dilakukannya selalu saja salah.
"Apa aja yang kau kerjakan dari bangun tidur?!"
Lola yang sedang menjemur pakaian sangat kaget. Halaman belakang ini tidak ada orang kecuali Lola. Tahu-tahu ada suara lain membuat Lola terperanjat.
"Orang udah pulang dari mana-mana, kau di rumah baru selesai nyuci?"
Mertua Lola bekerja di kebun karet, seperti kebanyakan tetangganya. Meskipun bukan milik sendiri, ibu Elbram ini mendapatkan seperempat hasil. Ia berangkat pukul setengah enam dan tiba di rumah tiga atau empat jam kemudian.
Lola tak pernah lagi menjawab apabila mertuanya murka. Lola hanya menunduk seperti pelayan yang tunduk kepada tuannya. Bukan tidak punya alasan, hanya saja ini agar kemarahan mertua tak semakin menyala. Iyain aja, selesai, begitu prinsipnya.
"Gimana dengan santannya?" tanya mama Elbram.
Seketika kedua mata Lola melebar. Nah, ia melupakan hal itu.
"Pasti tidak kau beli, 'kan?"
Ibu mertua berpesan agar Lola menyetop tukang sayur dan membeli santan murni. Mertuanya ingin memasak burgo, makanan khas yang berkuah santan.
"Dasar pelupa! Udah pasti kepalamu itu nggak ada lagi isinya karena sering berbuat mesum! Pergi kau."
Lola belum selesai menjemur baju-baju mungil milik si kecil.
"Cepat cari!" Mertuanya itu mencekal lengan atas Lola dan mendorong.
"Kalau dak dapat, kupas kelapa dan parut sendiri! Dasar, dak berguna! Tukang makan aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lola (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #2 Hamil di usia muda dan ditinggalkan kekasih, hidup Lola berubah drastis. Pernikahan paksa dengan Elbram, pria desa yang tak mencintainya, semakin memperumit keadaan. Menghadapi kebencian ibu mertua dan kesepian yang men...