Lola 20 🍼 Pulang

170 49 37
                                    

Baca judulnya, apa yang kalian pikirkan? Apakah kalian senang?  😚😚😚😚😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca judulnya, apa yang kalian pikirkan? Apakah kalian senang?  😚😚😚😚😚

🍼🍼🍼

Aqbal menangis dengan kencang. Elga marah-marah. Lola tak sanggup menenangkan Aqbal. Sementara, Elbram pergi entah ke mana sejak tadi siang. Suara Aqbal melengking serta tubuhnya seperti orang dewasa melakukan peregangan. Semua itu menyebabkan isi kepala Lola campur aduk. Seakan ada palu yang memukul. Kepanikan menjalar ke syaraf matanya. Wanita itu menangis dengan bibir digigit. Berlomba dengan bayinya.

"Heh, Lonte! Kalau nggak bisa diemin anak, keluar dari sini! Jangan pulang sebelum dia diam! Bikin sakit kepala aja suara bayi."

Lola mengayunkan Aqbal semakin kencang dengan lengannya.

"Ssst. Ssst, Aqbal. Bal," katanya mengusap bibir bayinya dengan lembut.

"Keluarga bukan, sanak saudara bukan, tiba-tiba numpang di rumah ini, berisik lagi! Heh, Perek! Sana kau pergi, keluar!!!" Elga mendorong tubuh Lola ke arah pintu.

"Ini udah mau Magrib, Kak. Kasian Aqbal," pinta Lola mengiba.

"Gue nggak kasihan tuh." Elga mengibaskan tangannya. "Kapok! Bocil kegatelan, nggak bisa ngurus bayi." Lantas Elga tertawa. "Rasain kau diserbu nyamuk!"

Lola menatap daun pintu dengan nanar. Dipandanginya ke halaman yang mulai kelabu. Matahari telah menghilang dari langit. Tidak ada satu pun manusia yang tampak melintas di depan rumah. Lola merasa sendirian bersama bayinya yang menangis tak tentu sebab. Wanita itu berusaha melupakan ketakutan yang mulai meraba dalam dada.

"Jauh-jauh dari rumah!" teriak Elga dari dalam rumah.

Lola pun turun ke halaman hanya dengan Aqbal. Tidak membawa ponsel apalagi uang. Bahu wanita berambut sebahu itu naik turun. Ia memeluk anaknya erat-erat. Air matanya terus mengalir di pipi.

"La!"

Lola sangat terkejut ketika seseorang menyentuh bahunya. Hari sudah gelap. Hampir saja Lola berteriak histeris.

"Eh, La, ini mamaknya Sita," ucap wanita berjaket hitam dan kacamata itu.

"Oh," balas Lola dengan bibir bergetar. Ia sangat senang ada orang lain.

"Ayo ke rumah Ibu. Kasihan anakmu dari tadi kudengar nangis-nangis." Bu Wasita menarik tangan Lola ke arah rumahnya.

"Kenapa anakmu?" tanya Bu Wasita setelah Lola dipersilakan masuk rumahnya.

Lola hanya bisa menggeleng.

"Sini. Baringkan anakmu di kasur."

Lola pun mengikuti perintah itu.

"Sudah dari tadi, 'kan? Aduh, adik iparmu itu emang mulutnya ceplas-ceplos. Egois juga itu anak. Keponakannya menangis, nggak ada niat untuk menolong. Justru ngomel-ngomel, saking kerasnya kedengaran sampai sini."

About Lola (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang