Tolong yang gemas sama Lola, kumpul sini. Menyalalah Lola. 🍭🍭🍭
🍼🍼🍼
"Bang El."
Tanpa permisi Lola masuk ke kamar Elbram. Sengaja ditunggunya Elbram pulang pukul empat pagi. Akibatnya kepala Lola sakit karena menahan rasa kantuk. Malam ini demam Aqbal sudah turun. Bayi itu lelap di kasur. Makanya Lola bisa mendatangi sang suami di kamarnya.
Seperti biasa, Elbram tidak menanggapi panggilan Lola. Melirik pun tak dilakukannya. Elbram melepas jaket dan membuang benda itu di tempat tidur. Pria itu melompat ke ranjang dengan posisi telungkup. Jinsnya masih melekat hingga yang risih melihatnya justru Lola.
"Bang El ... Lola boleh nanya?"
Ketika Elbram mendatangi Lola beberapa hari yang lalu dengan membawa Aqbal, hati Lola sangat bahagia. Harapannya kembali mekar. Menyaksikan sikap apatis Elbram sejak tiba di sini, kerisauan Lola seketika menghilang. Ternyata Elbram masih peduli. Hal kecil seperti membeli santan saja, Elbram tidak membiarkan Lola melakukannya. Namun, sedikit kebaikan hilang dalam sekejap mata saat seorang wanita menjawab telepon. Lola hanya ingin tahu, apa saja yang dilakukan Elbram setiap malam dan dengan siapa?
Tampaknya Elbram akan tetap diam sampai tidur. Kalau bukan sekarang, Lola akan terus kepikiran.
"Abang dari mana pulangnya pagi terus?"
Suara binatang malamlah yang mengisi kekosongan di antara mereka. Tentunya Lola nggak mau berdialog sama binatang.
"Bang El. Lola mau tanya, yang waktu itu jawab telepon Lola malam-malam siapa?" Berani, tapi pelan Lola mengutarakan isi kepalanya.
Nah, yang ini bukan berani, melainkan kurang ajar! Elbram menangkap tangan Lola yang barusan menempel di punggung pria itu. Lola niatnya cuma mau menggoyang-goyang badan Bram, kayak yang biasa dia lakukan ke orang tuanya jika ingin sesuatu.
Namun, kulit Lola rasanya tersengat sesuatu. Tiba-tiba darahnya berdesir sewaktu pergelangannya dipegang. Dan ini aneh. Bram bahkan nggak balik badan, masih dalam posisi pamer punggung ke Lola.
"Bang." Maksud Lola, Elbram tidak tidur, tolong jawab pertanyaan Lola.
"Nggak usah ngelunjak."
Ucapan Elbram yang datar disertai tindakannya, menjauhkan tangan Lola, menyebabkan hati Lola terluka. Tak disangka laki-laki yang ia klaim sebagai orang baik, memperlakukannya seperti itu.
"Keluar kau."
Lola merasa seluruh sendinya kaku untuk digerakkan. Ia pun tak bisa membendung air mata hingga rintik kecil itu menetes ke wajahnya.
Lola masih di kamar itu sampai beberapa menit setelahnya. Menunggu Elbram bersedia melihat.
"Bang El kenapa, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lola (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #2 Hamil di usia muda dan ditinggalkan kekasih, hidup Lola berubah drastis. Pernikahan paksa dengan Elbram, pria desa yang tak mencintainya, semakin memperumit keadaan. Menghadapi kebencian ibu mertua dan kesepian yang men...