Lola 18 🍼 Pengawasan

147 38 14
                                    

Miranti terheran melihat Lola yang biasa saja sewaktu ia pulang  dari kebun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miranti terheran melihat Lola yang biasa saja sewaktu ia pulang dari kebun. Si genit itu justru masih menjawab dengan wajah tanpa dosa andalannya, waktu Miranti bertanya dia mau ke mana.

"Cari toko yang jual masker. Kayak Lola, boleh minum obat flu nggak, Tante?" tanyanya.

"Minum aja, Sinting."

Dia ingin minum cuka karet pun, dengan senang hati akan Miranti dukung. Ia sudah muak melihat muka polos yang aslinya penuh tipu muslihat.

Miranti sudah sering mengingatkan Bram agar mengunci kamarnya ketika tidur. Namun, perempuan murahan itu punya beribu cara untuk masuk. Miranti bahkan mengganti jadwal tidur. Ia tidur lebih awal supaya saat putranya pulang, dia dapat mengawasi dari dalam kamar.

Miranti ke dapur untuk meletakkan tas kebunnya. Ia memasukkan pakaian kotor ke mesin, kemudian mandi.

Sebelum ke kebun, seingatnya ada baju kotor miliknya dan Elbram. Sekarang sudah hilang. Ia lalu ke belakang untuk mengecek jemuran, ternyata Lola telah mencuci semuanya.

"Mira!"

Miranti melihat Wasita, tetangga sebelah rumah, bersama putrinya mendekat.

"Apa?" jawab Miranti dengan ketus.

Hubungan mereka memang tidak terlalu baik sebagai tetangga. Miranti paling tidak suka dibicarakan. Si Wasita ini sangat suka membuat gosip, termasuk tentang Miranti dan anak-anak. Namun, mereka tetap bertegur sapa biasa, bukan bermusuhan.

"Menantumu keluar tuh," ucap Wasita dengan bibir maju, menunjuk ke arah jalan.

"Siapa?"

Miranti yakin ini hanya intrik si Wasita, sebetulnya dia tak tahu siapa Lola. Atau memang ada yang menyebarkan? Orang itu pasti Lola sendiri. Bram tidak mungkin karena ia akan menjaga status single di mata orang-orang.

"Alah nggak usah ditutupi lagi, Mir. Lola sendiri yang bilang. Sebenarnya dia sudah menikah dengan Bram, 'kan?"

"Loh Kak Bram baru gagal tunangan, Mak." Sita, anaknya Wasita, memanasi.

Miranti melirik tajam ke anak gadis si Wasita.

"Mau gimana lagi, ternyata pacarnya udah hamil duluan itu."

"Mulutmu itu dijaga kalo ngomong, ya, jangan sembarangan! Siapa bilang dia pacarnya Bram!"

Wasita mengerutkan alis. "Kalau bukan Lola siapa lagi? Kau aja yang suka nutup-nutupin. Lagian dapat menantu secantik itu, kok, malah dirahasiakan. Tuh lihat si Reza udah berapa kali kulihat datengin menantumu. Makanya kalau punya mantu cantik dijaga."

Miranti lalu melihat ke pinggir jalan. Dia harus menyipitkan matanya agar mendapatkan pemandangan yang jelas. Memang di sana ada dua orang manusia, tapi ia belum bisa memastikan itu Lola atau bukan. Kalau yang satu memang kelihatan gendut, dan pasti itu Reza.

About Lola (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang