Lola 9 🍼 Bahagia Hanya Melihatnya

143 41 8
                                    

Satu malam lagi sudah terlewati tanpa kehadiran orang yang ditunggu-tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu malam lagi sudah terlewati tanpa kehadiran orang yang ditunggu-tunggu. Lola tidak henti melihat ke tirai kalau-kalau lelaki tinggi dengan hidung mancung dan alis tebal akan muncul. Dua hari kenal dan dua hari ditinggal, Lola sudah tahu bagaimana rasanya rindu kepada sosoknya. Gadis yang sudah menjadi ibu muda berharap bisa melihat pria tampan yang berstatus suaminya tersebut.

Dokter yang bantu melahirkan anak Lola menggendong bayi laki-laki sambil bernyanyi dengan lirik lagu Haico. "Bahagia Adek udah mau pulang. Tenang hati A dalam peluk Bunda. Tetap dengan A selalu bahagia. Hingga A dewasa oh Bunda."

Masih dengan lirik Bahagia Bersamamu, dokter terus bernyanyi. "Bundanya juga senang, Adek. Boleh punya kamar sendiri. Karna ditemani Ayah A. Bukan bunda yang ini."

Sang dokter membuka tirai milik ranjang sebelah. Kemudian menyapa penghuninya dengan ceria, "Pagi, Bunda Irma. A mau pulang, yaa, semoga adik di perut Bunda Irma sehat. Nanti main sama aku."

Wanita hamil yang disapa sebagai Bunda Irma pun tersenyum lebar kepada dokter yang ramah itu. Asyik melihat pemandangan, Lola tak sadar bahwa Elbram yang dinanti telah berdiri di sebelah. Laki-laki itu juga tidak mengumumkan kehadirannya. Padahal dokter sudah menyadari kedatangan Elbram sejak tadi.

"Ayah. Ayah senang 'kan boleh bawa A pulang? Kita bisa tidur di ranjang yang empuk. Nggak bau obat kayak di rumah sakit. Yakan, Ayah?" sapa dokter, yang akhirnya menyebabkan kepala Lola tertoleh.

"Abang El," ucap Lola dengan wajah terpukau.

Kepalanya mendongak ke samping. Terlihat jelas oleh Lola leher samping hingga bawah dagu Elbram Dwizasfha yang menampakkan jejak cukuran.

"Abang udah dari tadi? Lola nggak denger langkah kaki Abang. Abang panggil Lola juga nggak? Kok Lola nggak tahu?"

"Siapa nih yang mau gendong A?" tanya dokter. "Ayah atau Bunda?"

Lola malah ragu menyambut bayi lembut itu. "A naik kereta bayi aja. Lola takut nanti Adek jatuh dari tangan Lola," jawab Lola jujur tanpa malu. Ibu muda memilih berkata yang sebenarnya daripada mempertaruhkan keselamatan bayi.

Dokter memindahkan Baby A ke dalam stroller.

"Abang jemput Lola sama Adek?"

Lola merasakan kebahagiaan yang sempurna. Kuntum dalam dadanya merekah. Meskipun sang suami tidak menoleh ketika diajak bicara, Lola sangat bersuka cita hanya dengan merasakan keberadaan si pria di sampingnya.

Elbram membawa tas perlengkapan Lola. Segala keperluan Lola datang pada malam pertama A lahir. Papa Irfan mengirim lewat jasa angkut setelah membelikan semua yang Lola perlukan secara online, termasuk stroller yang sangat berguna.

Langkah-langkah lebar kaki Elbram membuat Lola ketinggalan jauh. Ia yang harus mendorong kereta A dalam keadaan habis melahirkan menambah keleletan cara jalannya. Namun, dari belakang ini Lola dapat melihat punggung lebar Bram dan langkah tegapnya. Mata Lola hanya dipenuhi oleh lelaki itu saja. Seolah-olah ia terkena sihir sehingga begitu senang hanya melihat Elbram tanpa berharap lebih.

About Lola (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang