"Bang El tidurnya di kamar, ya. Lola sama Aqbal di ruang tamu aja. Biar Lola nggak capek keluar masuk kamarnya."
Elbram hanya diam mendengarkan keputusan si anak kecil. Lola Yunari Lubis mengungkapkan itu sebulan yang lalu. Tepat di malam kepulangan mereka dari rumah sakit. Elbram cuma mengikuti apa yang dimau oleh wanita itu.
Namun, ternyata rasa tahu dirinya mencuat besar-besaran. Dibanding tiduran di kamar milik Lola, Bram pilih tidur di sofa, ruangan yang sama dengan Lola dan Aqbal.
Elbram masih ingat protesan Lola yang disampaikan dengan muka merahnya waktu itu.
"Bang El! Jangan liat ke sini! Lola nggak bebas mimiin Adek!"
Jadi, alasan Lola pindah ke ruang tamu bukan karena biar gampang ke kamar mandi. Namun, karena Bram tidak mau menurutinya, Lola akhirnya terbiasa membuka dadanya di depan Bram. Itu pemandangan yang lucu untuk dilihat.
Wanita itu betul-betul seperti anak kecil. Tidurnya tidak cantik, putar kanan putar kiri. Kakinya melebar dan tangannya terangkat. Sewaktu bangun memang dia bertindak sebagai ibu yang baik. Kalau sudah terlelap, balik lagi ke mode anak-anak. Susah dibangunkan. Untungnya Aqbal ditaruh agak jauh, barangkali dia punya insting yang kuat supaya tidak menendang bayinya sendiri.
Seperti malam ini, Aqbal terbangun dan tidak mau tidur. Berbeda dengan bundanya yang seperti kuli habis kerja seharian. Tidurnya kelihatan lelap sekali. Sepertinya cuaca yang sangat panas membuat bayi itu kepanasan. Bram menggendongnya ke depan jendela. Udara dari ventilasi terasa cukup sejuk.
Suara decitan pintu menandakan mamanya keluar kamar. Pukul dua malam wanita itu terbiasa bangun untuk salat malam.
"Kenapa nggak bangunkan ibunya?" tanya Mama Mira protes tiap Bram memegang Aqbal.
Elbram hanya diam.
"Kau bukan ayah bayi itu. Nggak perlu kau repot-repot berjaga menggantikan orang lain."
"Mau solat apa mau ngomel?" sindir Bram.
"Udah capek Mama nurutin kata-katamu. Giliran kamu yang dengerin Mama. Secepatnya kita pulang. Bosan aku di rumah orang, kayak nggak punya rumah aja numpang dengan orang lain." Mama pun pergi ke kamar mandi.
Elbram malas mendengar omelan mamanya pun segera kembali ke tempat Lola. Lebih baik Aqbal dia berikan ke ibunya biar anak ini bisa menyusu.
"Lola."
Setelah meletakkan Aqbal yang masih rewel, Elbram mengangkat punggung Lola. Wanita itu duduk dengan mata tertutup. Tubuh Lola hampir jatuh hingga Bram memegangnya supaya tetap dalam posisi duduk. Dengan cara ini biasanya Lola bisa bangun.
"Bangun." Bram menarik telinga Lola.
"Ah! Ngantuk!" Lola memukul Bram dan memajukan bibir dengan sebal.
"Anakmu minta." Elbram memutarkan kepala Lola ke tempat tidur Aqbal.
Lola akhirnya membuka mata dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lola (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #2 Hamil di usia muda dan ditinggalkan kekasih, hidup Lola berubah drastis. Pernikahan paksa dengan Elbram, pria desa yang tak mencintainya, semakin memperumit keadaan. Menghadapi kebencian ibu mertua dan kesepian yang men...