Bus berhenti di pinggir jalan pukul tiga dini hari. Lola menggendong Aqbal turun dari kendaraan. Mama mertua berjalan di depan Lola dan di belakang ada suami Lola. Lola hanya menggendong anaknya. Semua kelengkapan bayi diborong bawa oleh Elbram.
Rupanya rumah Elbram berada di pinggir jalan yang dilalui oleh bus. Jadi, mereka tidak perlu naik kendaraan lagi. Tinggal jalan saja sedikit, sudah sampai di halaman luas kediaman sang suami. Malam cerah diterangi bulan. Lola berjalan di depan suaminya yang menggeret dua koper milik Lola. Ibu mertua membawa barangnya sendiri.
Tempat tinggal Elbram tidak berbeda jauh dengan kontrakan Lola. Hanya saja ini ada teras yang cukup besar. Ada satu set bangku serta meja di sini yang sepertinya harus sering-sering dibersihkan mengingat berada di dekat halaman.
Mama mertua telah membuka pintu kemudian menyalakan lampu ruang tengah. Lola masih berdiri melihat Elbram membawa barang-barang Lola masuk. Laki-laki itu menatap Lola, yang artinya Lola nggak perlu disuruh langsung masuk saja. Maka Lola pun mengucap salam sebelum memasuki rumah tersebut.
"Selamat datang, Lola," ujarnya pelan.
Ruangan tempat Lola berpijak rupanya jauh lebih luas dibandingkan kontrakan Lola. Ada rasa cemas ketika menginjakkan kaki pertama kali di rumah sang suami. Lantainya yang dilapisi keramik putih dengan corak titik-titik hijau muda terasa dingin di kaki telanjangnya.
Tak ada suara yang mengajak Lola bicara, tak ada sambutan sama sekali. Mama mertua langsung ke belakang, sepertinya kamar mandi. Lola kebingungan ia harus apa sekarang. Elbram juga hilang ke sebuah ruangan. Kini Lola terasing bersama putranya pada pukul setengah empat pagi.
Mama mertua cuma melirik Lola setelah datang dari belakang. Wajahnya basah dan bajunya telah diganti. Mama mertua masuk ke kamarnya. Jadi, ibu dan anak telah berada di ruangan sendiri-sendiri, sementara Lola tak tahu bertanya kepada siapa di mana dia harus tidur.
"Kita di sini aja, yuk, Nak." Lola lantas menepuk sofa panjang yang banyak debunya. Dia menidurkan Aqbal di atas, sedangkan Lola duduk di bawah. Koper Lola ada di dekat meja sofa ini. Dia ingin mengambil kelambu anaknya di dalam sana.
Melihat Aqbal bangun, Lola mengajaknya tertawa terlebih dahulu. Si bayi tak terlihat capek setelah menempuh perjalanan berjam-jam. Tawanya masih segar dini hari. Tentu saja sebab Aqbal kebanyakan tidur ketika dipangku.
"Bunda pasti kuat, Dek, lihat kamu senyum cerah begini." Sekali lagi Lola menggoda sang bayi.
"Ke dalam." Seseorang menyentuh bahu Lola.
Lola lalu mendongak melihat Elbram.
"Istirahat di kamar," katanya.
Lola dengan semangat langsung berdiri. Dia mengambil Aqbal.
"Kamar yang mana?" tanyanya antusias.
Elbram menunjuk ke ruangan yang tadi. Lola pun mengangguk dengan senyuman lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lola (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #2 Hamil di usia muda dan ditinggalkan kekasih, hidup Lola berubah drastis. Pernikahan paksa dengan Elbram, pria desa yang tak mencintainya, semakin memperumit keadaan. Menghadapi kebencian ibu mertua dan kesepian yang men...