Tubuh Lola sungguh lemas. Tangan serta kakinya gemetaran. Kepalanya sakit sekali akibat flu yang mulai meradang. Lola yang telah berjam-jam terkurung di kamar kini hanya pilih berbaring. Terakhir kali ia mengetuk pintu, memanggil nama Elbram dengan suara lemah, tak mendapatkan tanggapan.
Lola mengatupkan mata dengan hidung yang sulit bernapas. Kepalanya terasa panas dan matanya berkunang-kunang jika dibuka.
Sementara itu, Aqbal tidak henti menangis. Sekitar satu jam yang lalu Aqbal sudah menyusu. Seharusnya dia kenyang. Lola-lah yang sangat kelaparan saat ini. Suara bayi itu membuat kepala Lola semakin pusing.
"Maafin Bunda, ya. Bunda janji malam ini kita udah keluar. Kamu pasti gerah di kamar terus, 'kan?"
Lola mengipasi Aqbal dengan kain selimut. Ia pun merayu tangisan bayi itu dengan puting susu. Aqbal tak berminat. Lola menjadi bingung bagaimana cara membuat Aqbal diam.
"Kok Bang El nggak bantuin kita, Dek? Kalau dulu, pasti kamu langsung digendong, ya kan?"
Lola menggendong bayinya dengan kekuatan yang tersisa. Walaupun kepalanya begitu sakit.
"Sssst, sayang Bunda. Ssst Aqbal Bunda."
Wanita itu mengayun bayinya di tangan. Kepalanya ingin meledak mendengar tangisan bayi. Supaya tak ikut menangis, Lola menggigit bibirnya kuat.
"Ssst. Sayang."
Lama sekali hingga Aqbal dapat tertidur. Lola yang begitu capek akibat tak ada asupan nutrisi dari pagi, juga berbaring di sebelah sang anak. Tak berapa lama, mereka berdua berlomba-lomba tidur.
🍼🍼🍼
"Oh, Kak Bram takut dipenjara. Kenapa nggak dari dulu takutnya? Waktu kabur bawa duit mantannya, emang nggak takut dilapori polisi?"
Elbram baru mendengar suara Elga lagi sejak menjemput gadis itu di kos-kosan.
Tadi waktu baru muncul di depan Elga, Bram langsung ditodong dengan pertanyaan, "Kenapa Kak Bram bodoh banget?"
Elbram langsung menjawab karena kenal watak adiknya. Elga orang yang takkan menyerah ketika memiliki rasa ingin tahu.
"Kamu sudah dengar alasannya."
Elga mengadang Elbram, padahal travel sudah menunggu mereka.
"Kak Bram itu laki-laki! Kamu kan bisa nolak apa kata ayah mertuanya Elsa."
"Dengan melawan Dygta? Berarti kamu belum tau siapa mereka, Ga."
Percakapan itu terhenti karena supir membunyikan klakson dan membukakan pintu untuk Elga. Pertanda mereka harus menyudahi cerita. Elga menahan luapan kata-katanya selama di dalam travel. Kalau saja posisi duduk mereka sebelahan, besar kemungkinan Elga akan terus mencecar Bram. Namun, Elga sendiri yang minta duduk di depan. Dia tak mau berbaur dengan bau orang lain katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lola (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #2 Hamil di usia muda dan ditinggalkan kekasih, hidup Lola berubah drastis. Pernikahan paksa dengan Elbram, pria desa yang tak mencintainya, semakin memperumit keadaan. Menghadapi kebencian ibu mertua dan kesepian yang men...