Kepastian?

7 0 0
                                    

~Part 1

"Bukannya kata Zio, dia pacar lo?.."

Kata itu terus terngiang-ngiang dipikiran Garen, tak luput dari rasa cemas dan bingung.

"Gua gak suka sama tuh cewek, tapi entah kenapa rasanya gua kesel denger ucapan mereka waktu itu.."

"Apa iya gue naksi-"

Garen bergidik dan menggoyang goyangkan kepala cepat. "Gak!gak! gila , masa gue .."

Brak!!!

"Bang, lo serius diem aja?.." tanya Grazio menarik kerah kemeja Garen kasar

Garen yang terkejut malah terdiam. Ekspresi bingungnya jelas terlihat, pikirannya tengah mencerna ucapan Grazio barusan.

Grazio masih bicara dan menarik-narik kerah kemeja sang kakak yang terdiam membeku. "Gue tau lo tuh cowok keras kepala yang gengsinya segede planet. Tapi, masa iya lo mau ngorbanin perasaan lo sama Audrey cuman gara-gara gengsi? menurut gue itu keterlaluan.."

"Gue gak suka apalagi cinta-"

Grazio mendekap wajah Garen dengan kedua tangannya. "Mata lo gak bisa bohong, gue gak bego Garen! lo tuh cinta sama Audrey, lo sayang sama dia. Masalahnya ada di diri lo sendiri, gengsi lo terlalu besar!.."

Garen terkekeh "Tau apa lo soal perasaan gue? hah?.."

"Lo abang gue, gue tau sifat lo. Audrey cewek baik, dia ramah, gak neko neko, sopan. Bahkan, mama aja menyukainya. Lo dapet lampu hijau bang, kesempatan lo ini!.." Grazio menekan kata katanya

Garen sedikit mencerna ucapan Grazio, lalu menatap sang adik jengah. "Keluar! gue gak mau debat apapun sama lo. Apalagi soal 'Audrey' . FAHAM!!.."

"Cih! pria konyol, lo pecundang dalam menanggapi perasaan lo sendiri bang. Lo bukan pria, tapi Garen si tukang gengsi.."Timbal Grazio pergi dengan tergesa gesa

"A-apa tadi katanya? pria konyol? siapa yang konyol? .."

"Dan gue tau tentang perasaan gue Zet! lo cuma anak ingusan yang terlalu naif.."

Garen mengambil ponselnya. Keningnya berkerut kencang, bibirnya tak henti berucap. Ya, dia membaca sebuah berita di ponselnya.

Dengan teliti dan pokus Garen menelaah setiap kata yang tertera disana. Sedetik kemuadian wajahnya tampak tegang dengan tangan keras mengepal.

"Sial! ternyata selama ini benar, Audrey menjadi target selanjutnya!.."

Garen bergegas mencari kunci motor sport kesayangannya sembari menyambar jas yang dia lempar tadi.

Dengan pakaian rapi, dia pergi menuruni anak tangga dan tampak terburu-buru.

Garzio bingung, kenapa kakaknya itu? apa dia ada janji? atau hal lain?..

"Lo keman-"

"Jaga rumah, jangan berisik!.." pungkas Garen berlalu

Grazio mengacuhkan bahunya tanda tak perduli, ya pria itu kembali menonton film kartun jamur lucu warna biru sambil memakan camilan kecil.

Cerita Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang