“Assalamu’alaikum. Jika surat ini sampai di tangan Pradita Dwi Avishka, berarti saatnya aku ucapkan Selamat Datang di Dunia yang Baru. Dunia yang setiap harinya bernilai ibadah, cinta dan pembelajaran. Aku yakin seorang Dita pasti sudah paham dunia ini, jadi nggak ada lagi kekhawatiran gimana menjalaninya. Terlebih pendampingnya adalah orang yang paling baik yang pernah aku kenal.
Ya, mungkin Dita heran, tapi Arya bagiku, orang yang sangat baik terlepas dari sikapnya yang sedikit urakan. Ia memiliki rasa empati yang besar dan suka menolong, aku salah satu orang yang punya hutang budi paling besar sama Arya. Jadi, aku tak mau lagi merebut cinta satu-satunya dalam hidup Arya.
Aku sudah pernah berusaha merebut cinta itu, tapi sepertinya Allah tak ridho, karena itu jalanku tak mulus dan akhirnya menyerah. Mungkin Dita nggak percaya, tapi memang Arya-lah yang pertama kali mengenal Dita. Bahkan saking seringnya menyebut-nyebut nama Dita, rasanya pengen kusumpal mulutnya dengan kertas hehe.
Aku yang waktu itu sibuk mempertahankan nilai demi beasiswa akhirnya terusik. Padahal selama ini biarpun kita ada di kelas dan organisasi yang sama, aku hampir nggak kenal Dita. Arya lah yang bikin aku sadar akan keberadaan Dita sampai akhirnya ketularan jadi sering perhatikan Dita diam-diam. Alhasil, karena tak ingin keduluan Arya, aku langsung mengajukan ta'aruf pada Mbak Sari.
Dan seperti yang kita ketahui, ta'aruf itu akhirnya terjadi. Bahkan aku sudah mempersiapkan diri untuk proses lamaran, sayangnya ketentuan Allah yang berlaku kemudian. Musibah datang seperti yang kita tahu, sampai aku benar-benar harus menyerah. Mungkin ini balasan karena persaingan yang nggak adil, menikung sahabat sendiri. Meskipun Arya sudah mengikhlaskan, tapi jalur langit sudah terlanjur dia tempuh.
Sekarang, giliran aku yang belajar mengikhlaskan karena aku percaya seorang Arya mampu menjaga dan membahagiakan Dita. Apalagi kalau Dita tahu sepak terjang Arya selama ini yang menyebalkan, haha, mulai dari lahan parkir, menu di kantin, kios fotokopi, perpustakaan, sampai coffee shop. Ya, kami sempat menjalankan bisnis kafe dan coffee shop bersama yang saat ini sudah aku lepas untuk dikelola Arya sepenuhnya. Dan Dita harus melihat betapa menyebalkannya kafe tersebut, haha! Oh, tolong catat, kafe itu ada di jalan Gunung Sahari, tepat di sebelah toko buku.
Jadi, mohon ikhlaskan semua yang sudah terjadi ya, seperti aku yang sudah belajar terlebih dulu. Memang nggak mudah, aku akui, tapi bukan hal yang mustahil. Seperti Arya dulu juga yang mengikhlaskan saat melihat bukti ta'aruf kita. Nyatanya kondisi berbalik dan pilihan Allah tetap yang terbaik.
Aku percaya jodoh nggak akan ke mana, apalagi kalau jodoh itu pemberian Allah. Dan aku percaya, Dita pasti bisa! Dita akan menjadi istri dan ibu yang baik nanti. Sekali lagi selamat dan barakallahu fiik. Rudi Prasetyo.”
Entah apa yang aku rasakan setelah selesai membaca surat dari Rudi ini. Surat yang dititipkan pada Mila ini membuat gadis itu rela menunda kepulangan dan diam-diam mendekat ke pelaminan lagi. Kala itu Arya masih menemani teman-teman teaternya.
Dan malam ini saat resepsi telah selesai dan aku masih sendiri di kamarku yang sudah dirias sedemikian rupa, aku sempatkan membacanya secepat kilat. Sayangnya, semua yang tertulis malah membuatku pusing.
Ya, semuanya terasa membingungkan. Banyak hal yang tak aku mengerti dan rasanya sulit dipercaya. Tapi tak mungkin Rudi berbohong karena dia bukan orang seperti itu. Dan Arya? Siapa dia sebenarnya? Kenapa Rudi berkata-kata seolah sangat mengenal Arya?
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk pelan diiringi salam dan sejurus kemudian pintu terbuka. Sosok Arya yang masih mengenakan jas hitam muncul. Pelan tapi pasti lelaki yang kini resmi menjadi suamiku berjalan mendekat. Seperti juga aku yang pelan tapi pasti menyembunyikan surat tadi ke bawah bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] JODOH
JugendliteraturKisah Dita, seorang gadis yang dilanda kebimbangan saat seorang pemuda yang jauh dari bayangannya, datang melamar. Sementara di saat yang sama, ia tengah menanti sang pujaan hati yang berjanji akan kembali.