Happy Reading
🍒🍒
Udara terasa begitu dingin seakan matahari sedang tidur saat ini, udara dari pagi hingga siang ini tidak ada rasa hangat hangatnya sedikitpun dikulit remaja laki laki yang sedang menatap laut dengan deburan ombak yang begitu berisik. "Mama," gumamnya dengan arah pandang tak lepas dari laut itu.
Aksa terus bergumam menyebut mamanya kelopak matanya mulai meneteskan air mata satu persatu hingga kulit pipinya terasa basah. "Aksa rindu mama, papa jahat ma," ucapan itu berhasil lolos dari mulut Aksa.
Namun rasa sedih itu tidak berselang lama saat sebuah pesan baru saja masuk kedalam handphonenya dan tertulis dengan nama 'papa'. Aksa menghela nafas sebentar sebelum akhirnya mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Aksa mulai berjalan dengan mengelus ngelus tangannya berharap bisa memberikan sedikit rasa hangat saat ini.
**
Baru saja Aksa menginjakkan kakinya didepan rumahnya sebuah teriakan berhasil membuatnya terhenti. "Dari mana aja lo? bolos pastinya!" ucapan itu membuat Aksa sedikit memejamkan matanya dan mulai membalik badannya menatap siapa pemilik suara itu.
"Aksa ga bolos tenang aja," ucap Aksa dengan menatap seorang remaja laki laki yang lebih dewasa darinya.
Raja adalah orang yang diyakini sebagai abang dari Aksa itu sedang berdiri didepannya dengan tas ransel di punggungnya.
"Lo pikir gue percaya? gue akan aduin sama papa," ucap Raja yang berjalan melewati Aksa yang hanya diam.
"Mau bohong lagi?" pertanyaan dari Aksa sukses membuat Raja berhenti dan kembali menatap Aksa yang memunggunginya. "Sampai kapan mau bohong bang?" ucap Aksa melanjutkan.
"Sampai lo benar benar tersiksa dan gue bisa puas!" sentak Raja dan kembali melanjutkan jalannya menuju kedalam rumah, arah tujuannya saat ini adalah ruangan sang papa.
Aksa hanya menghela nafasnya dalam sekarang ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Aksa mulai masuk kedalam rumahnya dilihatnya Raja sudah berada diatas anak tangga trakhir sudah dipastikan arah tujuannya adalah ruangan sang papa, entah apa lagi yang akan dikarang oleh Raja, Aksa tidak tau dirinya sudah biasa seperti ini semenjak sang ibu tiada.
"Aksa!" teriakan itu terdengar sampai kegendang telinga Aksa yang membuat anak itu menoleh keatas.
"Papa," ucap Aksa pelan saat menatap sang ayah sudah berada diatas dengan tatapan siap untuk memberi pukulan.
"Kemari kamu! cepat!" sentak Liam yang membuat kaki Aksa melangkah untuk naik keatas.
"Siapa yang menyuruh bolos?!" pertanyaan dan sentakan itu menjadi satu saat ini yang membuat Aksa hanya diam berbeda dengan Raja yang tersenyum smirk dibelakang Liam.
"Siapa bilang? papa sudah liat Aksa bolos? belum kan pa?" tanya Aksa namun matanya tak lepas dari Raja.
"Haha kamu ini, tanpa papa lihat papa sudah tau Aksa! dasar pembunuh yang terus membuat ulah!" sentak Liam yang membuat hati Aksa seakan teriris dengan ucapan yang dilontarkan oleh Liam.
"Papa tidak akan memukulmu hari ini tapi kamu tidak boleh makan malam ini," ucap Liam dan membalik tubuhnya dengan segera merangkul Raja dan membawanya bersama, Aksa menatap kepergian sang ayah dan abangnya yang membuatnya iri sampai keujung kepala.
Bersambung.........
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa dan Laut (HIATUS)
Teen FictionKebencian hanya membuatmu rugi, kebencian hanya menghasilkan penyesalan dikemudian hari. Dan bagaimana jika yang membenci itu adalah keluarga sendiri? mari tanyakan pada Aksa, mari berkelana dalam kisah Aksa dan Laut ini. Aksa dan Laut. (On going)