Happy Reading
🍒🍒Buku buku yang mulai Aksa masukkan ke dalam tas ransel yang terdapat jahitan di bagian talinya itu sedikit kesusahan karena buku bukunya terjatuh bahkan Aksa terus bedecak karena bukunya seperti menolak untuk masuk ke dalam tasnya, bisa dibilang tasnya sudah tidak layak dipakai.
Aksa mulai menuruni anak tangga terlihat ruang tamu lagi lagi sepi. "Ini masih pukul 6.47 apa papa sudah berangkat?" Heran Aksa dengan menatap jam yang berada di dinding ruang tamu tepat di sebelah foto sang bunda.
"Bang Raj..." Ucapan Aksa terhenti saat tubuhnya ada yang mendorong dari belakang.
"Minggir bodoh!" Kesal Raja sedangkan Aksa hanya diam dengan lutut yang terdapat goresan karena tersungkur tadi.
"Maaf," ucap Aksa menunduk, sedangkan Raja hanya berdecih kesal dan berlalu pergi.
Aksa hanya melihat tubuh Raja yang mulai menghilang setelahnya ia tersadar bahwa dirinya telat. "Astaga gue lupa, ini udah telat," ucap Aksa dengan segera berdiri hal itu berhasil membuat lututnya yang tergores sedikit perih.
Aksa mulai berlari ke luar rumahnya, disetiap jalanan yang ia lewati banyak mata yang menatapnya heran bahkan Aksa sesekali berlari pincang, entah kenapa saat ini kakinya terasa sangat perih. "Kenapa kakinya makin perih? Padahal tadi cuma kegores dikit kok," batin Aksa sambil terus berlari.
Gerbang sekolah masih terbuka sepertinya satpam lupa untuk menutupnya, Aksa tanpa ragu langsung masuk kedalam dan melanjutkan larinya di koridor sekolah untuk menuju kedalam kelasnya. "Permisi, pak," ucap Aksa sopan saat sudah membuka pintu kelas itu, semua pasang mata mulai tertuju pada pintu kelasnya saat mendengar suara Aksa, setelahnya mereka hanya memutar bola matanya malas.
Dipta yang melihat Aksa baru saja sampai sedikit bernafas lega, namun ada rasa kesal juga dilubuk hatinya, bagaimana tidak? Dirinya sempat ingin menjemput Aksa seperti janjinya kemarin, namun baru saja dirinya sampai di depan rumah Aksa Liam sudah berada di luar hendak mengambil mobilnya.
*******
"Om, Dipta mau jemput Aksa, Aksanya ada?" Tanya Dipta yang turun dari mobilnya dan segera menghampiri Liam.
"Aksa?" Tanya Liam sekali lagi dan langsung mendapatkan anggukan dari Dipta.
"Anak itu sudah berangkat, kamu segeralah berangkat sebelum telat," ucap Liam menjawab Dipta.
"Tapi om kemarin Dipta udah bilang mau jemput Aksa, ga mungkin dia lupa," ucap Dipta kukuh.
"Om sudah bilang dia sudah berangkat, apa kamu tidak mengerti juga?" Ucap Liam yang sepertinya kesal. Dipta hanya mengangguk dan kembali masuk kedalam mobilnya.
*****
Guru yang mengajar di kelas tersebut segera menoleh dan langsung menatap Aksa dengan tatapan tidak bersahabat. "Masuk," tegas guru tersebut yang membuat kaki Aksa melangkah mendekat pada guru tersebut. "Apa kamu tidak berniat sekolah? Sampai kamu telat seperti ini Aksa?" Sentak pak Romi menatap Aksa kesal, sedangkan Aksa hanya menunduk.
"Maaf," hanya itu yang mampu dikeluarkan oleh Aksa untuk menjawab ucapan sang guru.
"Ck! Berdiri di lapangan sekolah, menghadap tiang bendera," ucap Romi yang akhirnya menyelesaikan masalah itu, Aksa hanya mengangguk dan mulai berjalan keluar, Dipta yang melihat itu merasa kasihan, seharunya dirinya tadi tidak mempercayai ucap Liam.
Bersambung......
Sorry for typo
Jangan lupa vote dan komen.
Trimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa dan Laut (HIATUS)
Teen FictionKebencian hanya membuatmu rugi, kebencian hanya menghasilkan penyesalan dikemudian hari. Dan bagaimana jika yang membenci itu adalah keluarga sendiri? mari tanyakan pada Aksa, mari berkelana dalam kisah Aksa dan Laut ini. Aksa dan Laut. (On going)