Happy Reading
🍒🍒Malam hari terasa begitu panjang saat ini, Aksa hanya terus mengganti posisi tidurnya, tubuhnya terasa sangat ngilu rasanya, ingin sekali dirinya menangis di pelukan sang ibu, namun itu hanya impian yang tidak akan pernah terjadi.
"Sakit..." Lirih Aksa yang berusaha mendudukkan tubuhnya. Aksa hanya menatap dinding kamarnya yang terdapat foto sang ibu denga dirinya dulu, setelahnya dirinya hanya tersenyum remeh.
"Mama ninggalin Aksa cepet banget," lirih Aksa dengan kepala menunduk. "Harusnya Aksa dulu ga ketengah laut," lirih Aksa melanjutkan.
**
Aksa tidak bisa tidur jam juga sudah menunjukkan pukul 11 malam , entah apa yang ada dipikirannya anak itu keluar dari kamarnya dan menuruni beberapa anak tangga, keadaan ruang tamu terlihat sepi, bagaimana tidak sepi dirinya hanya tinggal bertiga di dalam rumah yang besar ini, lagipula ini sudah malam bukan?.Aksa mulai berjalan melewati ruang tamu arah tujuannya saat ini adalah taman yang berada di depan rumah, anak itu mulai berjalan ke taman yang ada dirumahnya dengan menggunakan kaos tanpa jaket, tapi untung saja dirinya menggunakan celana panjang jadi tidak terlalu dingin. Aksa mulai mendudukkan tubuhnya di kursi kecil yang terletak di taman itu, tidak ada rasa takut sedikitpun di benaknya hanya ada kesedihan.
Matanya mulai menatap keatas dimana terlihat bintang bintang yang berjejer dengan kilau yang sangat menawan. "Ma diantara bintang itu, Aksa yakin mama adalah salah satunya," ucap Aksa yang masih menatap ke atas.
"Ma Aksa selalu kangen mama, rumah terasa sepi tanpa ada mama, bahkan hidup Aksa rasanya kosong," ucap Aksa tanpa mengalihkan pandangannya dari atas langit.
"Ma, mama tau? Setiap hari Aksa selalu takut untuk pulang, Aksa selalu takut untuk natap papa, seakan setiap kali Aksa natap papa hanya kebencian yang ada di diri papa," ucap Aksa, namun kali ini air matanya ikut turun.
"Ma ingatan Aksa saat masih umur 2 tahun, masih teringat jelas dipikiran Aksa dan masih ingat jelas saat mama narik tangan Aksa dari dalam laut," ucap Aksa sendu.
**
Beberapa menit sudah Aksa duduk di taman itu dan rasa dingin juga terasa semakin menyengat, Aksa memilih untuk kembali ke dalam rumahnya tidak lupa untuk menatap langit sekali lagi. "Ma Aksa masuk ya?" Ucap Aksa dan setelahnya dirinya berjalan masuk memasuki rumahnya.
*
*
*
Pagi ini kicauan burung terdengar sedikit serak di telinga Aksa, anak itu hanya mengerjap ngerjapkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke kelopak matanya, mata yang seperti bulan itu saat ini berhasil membulat sempurna saat melihat jam yang ada di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul setengah 7.
Aksa tanpa pikir panjang melompat dari atas ranjangnya meski kepalanya sedikit pusing karena pergerakan itu dirinya tidak peduli, ia tetap melanjutkan menuju ke kamar mandi, pikirannya saat ini hanya 'telat.
Sorry for typo
Jangan lupa vote dan komen, trimakasih🍒🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa dan Laut (HIATUS)
Teen FictionKebencian hanya membuatmu rugi, kebencian hanya menghasilkan penyesalan dikemudian hari. Dan bagaimana jika yang membenci itu adalah keluarga sendiri? mari tanyakan pada Aksa, mari berkelana dalam kisah Aksa dan Laut ini. Aksa dan Laut. (On going)