Part 6

16 2 0
                                    

Happy Reading





Kini hari sudah mulai sore, keduanya masih terduduk menatap laut lebih tepatnya hanya Aksa karena sedaritadi Dipta hanya berceloteh tidak jelas, bahkan batu batu kecil dan pasir yang ada didepannya tidak tenang rasanya karena ulah Dipta.

"Apa yang lebih bagus dari laut Sa?"

"Kalau gue masuk kedalam laut itu kira kira gue tenggelam apa mati ya?"

"Keknya seru kalau gue ngitung pasir ini."

Begitulah sekiranya ucapan ucapan yang dilontarkan oleh Dipta, sejujurnya Dipta mengatakan hal itu bukan karena dia yang random melainkan dirinya hanya ingin menghibur Aksa, Dipta tau jika Aksa sudah diam menatap laut hanya ada kesedihan dan kerinduan dibenak Aksa saat ini.

"Udah sore ayo pulang," ucap Aksa yang akhirnya membuka suara dan mengalihkan pandangannya dari laut dan mulai menatap Dipta meski hanya sedetik.

"Baru ingat ada gue disini?" kesal Dipta yang dianggap hanya bagian dari pasir itu.

"Emang lo penting? engga kan?" ucap Aksa dengan sedikit candaan.

"Oo gitu? oke!" ucap Dipta yang langsung berdiri.

"Eitsss! baperan banget sih lo!" kesal Aksa yang mulai mensejajarkan tubuhnya pada Dipta.

"Lo sih!" ucap Dipta menatap Aksa sinis. "Udah! nanti aja lagi ngobrolnya ini udah sore banget ayo pulang," ucap Dipta yang diangguki oleh Aksa. Sebenarnya Dipta khawatir ini sudah soren dan Aksa belum pulang dirinya takut Aksa akan mendapatkan pukulan dari ayahnya.

"Gue harap lo nanti ga kena pukul Sa." batin Dipta menatap Aksa sendu, Aksa yang merasa ditatap sedikit menaikkan satu alisnya bingung.

"Woy! lo kenapa? kenapa natap gue kaya gitu?" tanya Aksa berturut turut.

"OHH! jangan jangan lo suka gue ya?" belum sempat Dipta menjawab, Aksa sudah memberikan pekikan lagi.

Puk

Satu toyoran berhasil mendarat dikepala Aksa. "Mulut! ya kali gue suka sama lo! aneh kita itu sama sama lakik!" tukas Dipta.

"Ya siapa tau? gue kan cakep," ucap Aksa.

"Najis! iya sih lo cakep, cakepnya mirip pantat babi," ucap Dipta dan langsung mendahului untuk pulang.

"Woy! gue cuma bercanda, woylah tungguin," ucap Aksa yang mulai mengejar Dipta yang sudah berjalan sedikit jauh darinya.

***











Aksa baru saja membuka pintu utama rumahnya, 'sepi' hanya itu yang bisa mendeskripsikan keadaan rumahnya saat ini, namun sedetik kemudian tubuhnya menegang, rahangnya mengeras saat mendengar suara yang ia sayangi namun juga ia takuti secara bersamaan.

"Dari mana saja?" tanya Lian dari arah kiri Aksa.

"Emm, maaf Aksa abis ngerjain tugas," ucap Aksa berbohong.

Liam mulai berdiri yang membuat Aksa takut hingga kakinya bergetar sempurna. "Mana?" tanga Liam dengan mengulurkan tangan kanannya pada Aksa, Aksa menatap bingung sang ayah, apa yang ayahnya minta?

"Papa mau apa?" tanya Aksa takut.

"Jika kamu memang mengerjakan tugas, mana tugas yang kamu sudah kerjakan," ucap Liam dingin.

Aksa yang sudah sedaritadi berbohong merasa takut, dirinya mulai merogoh tas miliknya berharap ada solusi. "Ini," ucap Aksa yang langsung memberikan buku yang ia ambil tadi.

Liam membuka buku itu, namun sedetik kemudian ia menutup buku itu dengan kasar yang membuat Aksa meneguk ludahnya takut. "Kenapa?" tanya Aksa takut, namun bukan jawaban yang diberikan oleh Liam melainkan tatapan tajam dan tangannya mulai telurur kedepan.

GREBB























Bersambung......

Ada yang nungguin? kayanya engga deh. Sorry for typo.

Babay dan trimakasih 🍒🍒

Aksa dan Laut (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang