001🐇

461 48 0
                                    

Semasa kuliah Jeno dan Selena memiliki julukan Pagar Ayu Couple oleh-oleh teman-teman maupun yang hanya mengenal mereka. Selena memang sempat bingung dengan julukan tersebut, pasalnya terdengar sangat aneh. Karena kepalang penasaran, Selena mendesak teman-temannya untuk menjelaskan maksud dari sebutan aneh tersebut. Akhirnya setelah susah payah mendesak mereka, Selena mengetahui maksudnya, dan menurut Selena itu tetap aneh.

Pagar, dimaksud mereka karena Jeno terlihat tampak kokoh dengan postur tubuhnya yang menggambarkan seperti dinding yang bisa menjaga apa yang seharusnya dijaga, seperti Jeno selalu menjaga Selena. Lalu Ayu, Selena tidak yakin, tapi mereka bilang itu karena dia cantik yang sering orang-orang sebut dengan paras ayu. Dan jadilah Pagar Ayu Couple, tidak ada yang spesial menurut Selena, dan dia membiarkan hal itu. Bahkan Jeno saja tidak protes, hm, soal Jeno, Selena rasa Jeno malas mengurusi hal semacam itu.

Jeno dengan Selena memang sering bersama setelah mereka melewati satu semester ganjil pada tahun pertama mereka kuliah, lalu semester berikutnya Selena mulai menempel dengan Jeno karena mereka cukup sering terlibat kerja kelompok. Keduanya yang merupakan sama-sama anak tunggal yang berarti mereka adalah calon pewaris, sudah seperti wajib untuk mengambil jurusan yang berbau dengan bisnis.

Di fakultas mereka hampir menyeluruh merupakan anak-anak dari kalangan pengusaha. Namun jika diurutkan perusahaan keluarga siapa yang lebih besar dari semuanya, maka urutan pertama adalah milik keluarga Kalingga, lalu diurutan kedua keluarga Wirakma, dan seterusnya.

Sebenarnya dalam hal menyangkut pewaris dan minat, Selena tidak bisa disamakan dengan Jeno. Karena Selena seorang perempuan dan merupakan anak tunggal, yang mana kehadirannya tidak terlalu diterima oleh kedua orangtuanya. Jadi Selena selalu ditekankan untuk tidak berhubungan asmara dengan laki-laki manapun, karena dia akan menjalin pernikahan bisnis nantinya. Karena hal itu terkadang Selena memberontak atas rasa ketidakadilan yang diterimanya.

Namun naas, hampir sepanjang masa perkuliahan Selena selalu saja berakhir terhianati. Para laki-laki diluar sana hanya tertarik dengan kecantikannya, jika sudah mendapatkan mereka dengan mudah meninggalkan Selena dengan banyak alasan. Berakhir Selena menumpahkan rasa kekecewaannya dengan bercerita panjang lebar dengan Jeno. Walaupun Jeno hanya mendengarkan tanpa ada kalimat penenang untuknya, tetapi Selena tetap suka bercerita dengan Jeno.

Ya, itu hanya sampai pada semasa mereka kuliah. Tapi rasa nyaman Selena berubah menjadi rasa takut dan was-was kala dia kembali bertemu dengan mantan pacarnya yang Selena putuskan karena laki-laki itu memaksanya untuk having sex, sedangkan Selena tipe having sex after marriage, dia tidak ingin menanggung resiko apabila terjadi kecelakaan.

Selena masih sering cerita dengan Jeno perihal hubungan asmaranya setelah mereka lulus kuliah. Kebetulan Jeno sedang di luar kota saat itu ketika Selena menceritakan mantannya yang kurang ajar itu. Ngomong-ngomong laki-laki itu bekerja di bank swasta yang sama dengan Selena yang tengah mengikuti program bakti, tetapi berbeda cabang di mana Selena ditempatkan. Setelah putus beberapa Minggu dari Selena, laki-laki itu kembali menemui Selena, berniat meminta maaf tetapi tetap memaksa Selena dengan keinginan bejatnya.

Kalau Selena punya riwayat sakit jantung, mungkin saat itu juga Selena dilarikan ke rumah sakit saking terkejutnya melihat mantannya tersungkur menghantam kerasnya lantai. Saat itu di parkiran mall hanya ada mereka bertiga, tadinya hanya berdua, tetapi entah sejak kapan Jeno datang langsung menyerang mantannya itu. Tidak lama cairan merah pekat nampak membasahi lantai tepat dimana mantannya tergeletak dengan rintihan yang keluar dari belah bibirnya.

Selena menoleh melihat Jeno dengan tatapan dinginnya dengan santai memutar-mutar pisau lipat ditangannya, terlihat sangat mengerikan di mata Selena.

"Dia mengganggu kan? Bagaimana kalau dibunuh saja?" Seringaian mengerikan itu menghiasi bibir Jeno, membuatnya semakin menyeramkan. Selena tidak bisa berkata apa-apa, dia tidak pernah berada dalam situasi seperti ini, jelas dia ketakutan.

"Diam berarti jawabnya iya, kan, Selena?"

Bagaimana ini? Nyawa seseorang ada ditangannya, tapi dia kesulitan untuk menenangkan dirinya.

"Kau menangis? Jangan membuang air mata berhargamu hanya karena laki-laki seperti dia." Jeno bergerak mengusap pipi Selena dengan ibu jarinya. Dia diam memperhatikan wajah Selena yang menutup matanya erat. Jeno semakin maju menghilangkan jarak keduanya. Kemudian dia membisikkan sesuatu yang membuat Selena sontak membuka matanya. "Cukup bermain-main. Mulai hari ini kau adalah milikku, sampai matipun kau tidak akan lepas dariku." Tegas Jeno.

~🍃~

Setelah kejadian itu Selena selalu menghindari Jeno. Dia tidak ingin jika suatu saat menjadi saksi mata apabila Jeno dengan wajah datarnya menghabisi nyawa seseorang lagi. Apalagi setelah dia tahu bagaimana nasib para mantan pacarnya yang ternyata selalu babak belur ketika Selena mengadu kepada Jeno. Selena tidak pernah mengetahui hal itu, dia hanya tahu para mantannya hanya tidak ingin saja bertata muka dengannya, walau hanya menyapa atau tersenyum kecil jika mereka tidak sengaja bertemu. Mereka menghindar seperti melihat setan apabila berpapasan dengannya, Selena sempat tersinggung saat itu.

Namun nasib berkata lain, tepat sebulan dari kejadian itu, Jeno beserta anggota keluarga Kalingga sudah berada di rumahnya kala dia baru pulang dari bank. Wajah lesunya seketika tegang memandang setiap orang yang ada di sana, termasuk memandang kedua orangtuanya yang kini menampilkan raut wajah senang mereka.

Pirasat Selena tidak enak, sungguh.

"Sayang, kemarilah. Lihat siapa yang datang." Panggil nyonya Wirakma.

Selena tersenyum canggung mendekati sang mama. Selena duduk diantara papa dan mamanya yang otomatis berhadapan langsung dengan keluarga Kalingga.

Baik keluarga Kalingga maupun Wirakma sendiri tahu tentang kedekatan anak mereka. Keluarga Wirakma pada awalnya memang berencana untuk menjodohkan keduanya, tetapi mengingat bagaimana wakta keluarga Kalingga, mereka mengurungkan niat tersebut. Jadi sekarang kedua orangtua Selena itu tampak sangat bahagia mengetahui maksud kedatangan keluarga Kalingga.

Diam-diam Selena melirik Jeno yang sejak dia masuk atensi laki-laki itu beralih padanya, menatap terang-terangan tanpa perduli dengan keadaan sekitar. Selena memperhatikan anggota keluarga Kalingga, semuanya datang kecuali Jevian yang Selena tahu dia adalah sepupu Jeno.

"Karena mereka sudah saling kenal cukup lama, saya rasa tidak ada alasan lagi untuk menunda. Segala persiapan pernikahan saya pastikan sudah selesai sampai akhir bulan ini."

Setelah perkataan itu keluar dari kakek Kalingga, Selena tidak bisa menutupi rasa terkejutnya. Matanya melotot sempurna dengan detak jantung tidak beraturan. Pirasatnya tidak pernah salah, ini sungguh nasib sial menimpanya. Di keluarga Kalingga hanya Jeno dan Jevian yang merupakan cucu dari dua bersaudara anak kakek Kalingga. Karena Jevian sudah menikah, dan kenal dengannya cukup lama tidak lain adalah Jeno.

Otak Selena mulai bekerja keras untuk menghindari nasib sialnya. Hingga dia memiliki keberanian untuk kabur. Karena dia tengah magang bakti di bank, dengan mudah dia memindahkan semua uang yang dia punya ke masing-masing kartu ATM baru, dan beberapa uang cash, bahkan dia sudah memesan tiket pesawat untuk kabur keluar negeri, serta cadangan rencana lainnya apabila rencana pertama gagal. Setakut itu Selena untuk tinggal satu atap dengan Jeno nanti.

~🍃~

Posesif or Obsesi ^ GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang