004🐇

278 41 0
                                    

Selena dan Geya saling lirik ketika cukup banyak bodyguard sudah siap masuk ke dalam mobil yang sudah berbaris seperti siap pergi. Geya memang sudah diizinkan oleh Jevian berpergian dengan mobilnya sendiri, tetapi tidak boleh mengeluh jika ada yang mengawasinya dari dekat ataupun dari jauh. Selama ini Geya merasa tidak masalah sama sekali karena dia tahu maksudnya, tapi sepertinya Selena memang senang mengusik ketenangan seorang Jeno Kalingga. Lihat saja sekarang, Selena yang membawa mobil dengan Geya yang sibuk berdoa duduk di samping Selena yang menyetir bak orang kesurupan.

"Aku masih mau melihat matahari besok, Selena! Kamu buka Jevian yang membuat aku merasa aman." Serta celotehan tak luput mengiringi aksi kebut-kebutan yang Selena lakukan.

"Ini termasuk latihan ketika diserang musuh di jalan. Kamu jangan khawatir." Ucap Selena dengan santai.

"Aku akan menertawakan mu jika Jeno marah nant—yak!" Kepala Geya hampir membentur dashboard kalau saja tangannya tidak ikut menahan tubuhnya, padahal Geya sudah menggunakan seat belt.

"Siapa itu?" Mata Selena menyipit memperhatikan mobil siapa yang tiba-tiba menghadang mobilnya. Cari mati kah? Pikir Selena random. Untung saja dia sempat mengelak tadi.

"Selamat!" Geya menghela napas lega walaupun jantungnya berdetak tak karuan sekarang. "O'ow." Mata Geya membulat mendapati Jevian dan Jeno yang keluar dari mobil yang sama. Mereka sudah berdiri angkuh di depan sana bak bos tirani yang siap menghukum bawahannya.

"Kok Jeno ada di sini?" Tanya Selena bingung.

"Harusnya jangan kebut-kebutan. Aku mau melihat Jeno membujuk mu, eh malah aku juga kena getahnya kalau begini." Desah Geya frustasi. "Ayo turun. Wajah mereka semakin kehilangan kunci kotak tersenyum nanti."

"Memangnya kenapa? Kan cuma kebut-kebutan, bukannya mau kabur lagi." Dumal Selena.

"Tapi gelagat mu seperti ingin kabur."

"Oh." Selena mengerjab tidak yakin.

Geya menarik tangan Selena membuat Selena memekik hampir terjatuh.

"Kami cuma mau ke mall kok, Jev." Ucap Geya menjelaskan lebih dulu.

"Dengan kecepatan tinggi?"

"Selena yang bawa mobil. Aku sudah mengingatkannya tadi, tapi dia tidak mau dengar." Adu Geya yang membuat Selena melotot.

"Aku salah injak tadi kok." Alasan Selena. Seram juga berhadapan dengan sepupu Kalingga yang memasang wajah lebih datar dari biasanya.

"Bukannya aku sudah bilang jangan keluar rumah hari ini. Apa kau sudah tua hingga mudah sekali lupa?" Mata tajam Jeno seakan menusuk wanita yang berdiri kikuk dihadapannya, tadinya, tapi kini ekspresi wajahnya terlihat kesal.

"Memangnya setelah aku menikah denganmu aku harus berdiam diri di rumah terus begitu? Aku hanya keluar untuk berbelanja. Lagipula kau lebih mementingkan pekerjaan dari pada berbicara sebentar denganku. Bagaimana kalau tadi aku menelpon karena terjadi sesuatu hal yang mendesak? Aku berniat baik ingin meminta izin keluar, tapi kau menyambutku dengan kata-kata seperti itu. Sebenarnya kau menikahi ku karena apa?"

Jeno tidak menanggapi perkataan Selena. Dia menggenggam tangan Selena, lalu menariknya ke arah mobil yang Selena tumpangi tadi.

"Aku tidak menyukai orang sepertimu. Aku hanya menyukai Jeno ku yang dulu!" Teriak Selena memberontak tidak mau masuk ke dalam mobil.

"Kau ingin aku menggunakan kekerasan agar kau patuh?" Ancam Jeno.

"Itu jauh lebih baik daripada yang kau lakukan tadi malam. Kau pikir aku ini j*lang yang kau beli apa?! Sialan!" Maki Selena.

Geya berniat memisahkan keduanya kalau saja tidak dihalangi oleh Jevian.

"Masuk!" Perintah Jeno tegas dengan moncong pistol yang mendarat di kening Selena. Seringai terbit di bibirnya seolah siap melubangi  kepala Selena saat ini juga.

Selena mendengus dengan wajah penuh amarah memasuki mobil sesuai perintah Jeno. Memang sudah benar keputusannya untuk kabur. Hidup dengan pria seperti Jeno hanya akan merasa tertekan seumur hidup.

Sepanjang perjalanan hawa dari pasangan suami istri itu terasa menyesakkan. Berbeda dari yang terjadi terakhir kali, Selena tidak merasa takut sama sekali, egonya sebagai seorang wanita menguasai dirinya. Perlakuan Jeno padanya tidak dapat dibenarkan, apa itu? Jeno beniat membunuhnya?

Sesampainya di rumah Selena keluar lebih dulu dari mobil. Dia menghampiri Jeno yang juga ikut keluar. Tanpa mengeluarkan suara sepatah kata pun, Selena menampar wajah Jeno sekuat yang dia bisa. Kejadian itu di saksikan oleh semua bodyguard Kalingga yang menjaga kediaman sang pewaris, mereka semua syok.

"Kau sama saja seperti para pria brengsek itu. Tidak usah sok-sokan melindungiku dengan menghajar mereka semua. Nyatanya kau lebih para dari mereka."

"Baguslah kalau kau sudah sadar. Aku dengan senang hati melakukannya secara terang-terangan." Tutur Jeno masih dengan ekspresi datarnya. Jeno maju selangkah lebih dekat dengan Selena, menyisakan beberapa centi jarak keduanya. "Aku pastikan kau memohon ampun setelah kelancangan yang kau lakukan hari ini. Tunggu aku pulang, Sayang."

Selena meremat tangannya merasakan perasaan aneh pada rongga dadanya. Ada apa ini? Kenapa dia tiba-tiba merasa cemas?

~🍃~

Posesif or Obsesi ^ GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang