Setelah libur berkedok bulan madu, pasangan suami istri ini sudah kembali ke Indonesia. Mereka berdua langsung bertolak ke rumah sang kakek, rencananya malam ini anggota keluarga Kalingga mengadakan makan malam bersama. Ya, kalau tidak seperti ini mereka semua tidak memiliki waktu berkumpul karena terlalu sibuk.
"Aku perhatikan ada perubahan yang lumayan dari tingkah kau yang tidak masuk akal beberapa bulan belakangan ini."
Jeno yang baru keluar dari kamar mandi menolehkan kepalanya menatap Selena, alisnya terangkat sebelah tidak mengerti dengan maksud Selena. Tingkah yang mana yang dianggap Selena lumayan?
"Kau yang tidak terlalu mengekang ku lagi." Lanjut Selena memperjelas ucapnya tadi.
"Oh ...." Jeno berlalu ke arah lemari mengambil pakaiannya. Dengan keadaan membelakangi Selena, ia menyeringai mendengar perkataan polos itu terlontar begitu mudahnya.
Setelah selesai bersih-bersih keduanya langsung turun ke bawah untuk makan malam bersama. Semua anggota keluarga telah berkumpul, tinggal menunggu mereka berdua yang belum lama sampai di rumah.
"Bagaimana bulan madu kalian?" Tanya kakek Kalingga. Selagi makanan tengah disiapkan memang mereka membiasakan mengobrol sebentar, karena ketika makan semuanya dilarang berbicara.
"Sesuai ekspektasi, Kek. Aku sangat puas." Timbal Selena. Dari ekspresi wajah saja sudah terlihat menggambarkan suasana hatinya yang merasa senang.
"Baguslah, Kakek turut senang. Kalian sebagai pasangan memang sesekali harus meluangkan waktu berdua, jangan hanya sibuk bekerja. Kalian berdua juga." Perhatian sang kakek berpindah kepada pasangan muda yang lebih dulu menikah itu.
"Mungkin sebentar lagi kami juga akan pergi berlibur kok. Kakek tenang saja." Geya berkata tenang. Dan Jevian turut menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Geya. "Lagipula kami sudah sangat terikat dengan cinta, tidak bisa terpisahkan lagi." Lanjut Geya dengan senyum manisnya.
"Bagus kalau begitu. Tidak akan ada bibit pelakor kalau kalian sudah saling cinta." Selena ikut menimpali.
"Benar." Geya mengangguk puas.
"Kakek juga berharap pernikahan kalian sampai maut memisahkan, jangan sampai pisah karena hal-hal seperti itu. Terutama untuk kedua cucu Kakek, kan kalian yang datang melamar cucu menantu Kakek dengan tekat kalian. Jadi jangan mengecewakan."
"Oh ya, apa Mama sudah mencarikan calon suami untuk Elsa?" Pertanyaan Selena mengagetkan dua orang sekaligus. Selena tidak suka melihat orang tenang, kalau bisa membuat mereka merasa terganggu kenapa tidak?
"Mama belum menemukan yang tepat." Jawab sang mertua. Ada rasa gugup juga takut dalam hatinya ketika semua pasang mata menatap ke arahnya.
"Aku rasa aku bisa mencari sendiri nanti, Mbak. Mama banyak kerjaan, kasihan mama kalau harus memikirkan tentang calon pasanganku juga." Elsa berkata tidak enak hati.
Selena menyipitkan matanya melihat Elsa memasang wajah sedih. Apa sih wanita tidak jelas ini?
"Biar aku saja yang mencarikan."
"Eh, Tante, tidak perlu repot-repot." Elsa gelagapan ketika ibu dari Jevian menawarkan bantuan.
"Tidak apa-apa lho, Elsa. Mama mertuaku ini punya banyak list anak-anak temannya." Ujar Geya mendukung mertuanya. "Kalau mama sudah menawari berarti mama sedang senggang."
"Benar kata menantu ku yang cantik ini. Jadi jangan sungkan begitu."
Elsa yang merasa tidak bisa menolak lagi mau tidak mau mengiyakan tawaran tersebut. "Terima kasih atas bantuan Tante."
"Tolong ya carikan, Menantu." Kakek Kalingga berbicara kepada mamanya Jevian. "Kasihan kalau Elsa masih sendiri terus, sedangkan kedua cucuku tidak mungkin bisa menemani Elsa lagi."
Kedua tangan Elsa saling bertautan di bawah meja, ia genggam erat jari-jarinya, tidak kuat dengan topik yang seperti sangat menyindirnya.
~🍃~
"Mama saja ya yang mencarikan untukku, maksudnya cari lelaki bayaran saja. Aku belum siap jika harus pura-pura menyukai orang lain, Ma."
"Bukan hanya pura-pura, tapi belajar melupakan dan mencintai pria lain. Atau kamu bisa cari sendiri kalau tidak ingin di jodohkan."
"Ini agak sulit." Elsa tidak tahu apa yang akan dilakukannya untuk bisa melupakan kedua lelaki yang ia sukai sejak beberapa tahu yang lalu. Definisi aku bahagia melihat kau bahagia dengan orang lain itu tidaklah benar, nyatanya dia beberapa kali hampir bertindak melewati batas untuk menghancurkan rumah tangga orang lain. Untungnya sejauh ini ia bisa mengendalikan diri.
"Elsa, kamu kan memang hanya sendiri, bukan Mama tidak menyayangimu lagi. Tapi jika kamu tetap pada pendirian mu, Mama lepas tangan. Jangan sampai perbuatan kamu membuat hidup mu benar-benar sendiri dan dibenci banyak orang. Hidup mu masih panjang, jadi jangan gegabah." Soraya mengelus bahu Elsa sebentar sebelum meninggalkannya di kamarnya
sendiri."Begitu, ya." Elsa memandang kosong ke arah jendela yang ia biarkan terbuka.
~🍃~
"Tante serius mau mencarikan untuk Elsa?"
Setelah makan malam selesai Selena dan Geya sepakat menanyakan kepastian dengan mertuanya Geya itu. Jadi di sini lah mereka bertiga, di kamar kedua orangtuanya Jevian.
"Tentu saja Tante serius, Len. Bukan hanya rumah tangga kamu, rumah tangga anak Tante juga dalam bahaya kalau tidak segera ditangani. Mama mertua mu itu agak terikat dengan Elsa, takutnya mama mertua mu berada di pihak Elsa." Jelas mamanya Jevian.
"Tapi tidak akan terjadi apa-apa kalau pihak laki-laki nya tidak mau, Ma." Geya menimpali. Jevian bukan laki-laki gatal sepertinya.
"Kalau niat seseorang untuk merusak rumah tangga orang lain, dia bisa berpikir licik bagaimana pun caranya agar rumah tangga tersebut hancur."
"Jadi Elsa ini ancaman yang serius?"
"Sejauh ini menurut mu bagaimana?"
"Sepertinya tidak." Jawab Selena tak yakin. Apa dia terlalu dini menyimpulkan, ya?
"Dia juga tidak melakukan apa pun yang membuat aku naik darah, Ma." Kata Geya seolah pendapat Selena tepat.
"Entahlah, tapi kalian harus siap-siap saja dengan kemungkinan nanti. Entah dia tetap mengincar Jevian atau Jeno."
"Bagusnya sih kita langsung pisahkan saja Elsa, jangan tinggal di lingkungan Kalingga lagi. Bisa berikan dia pekerjaan dan sebuah rumah. Bukan berarti kita jahat dengan seorang yatim piatu kok, kita punya alasan yang jelas."
"Benar juga tuh, Tan." Selena sependapat dengan Geya. "Kenapa kita harus memusingkan masalah ini coba?"
"Kalian ini bagaimana, kakek diam karena menghormati menantunya. Elsa kan anak teman dekatnya mertuamu, Len." Ucapnya kepada Selena, "kalau Mama sih tidak masalah." Katanya lagi kepada menantunya.
"Kalau aku tidak sadar melukai Elsa karena marah bagaimana?" Selena teringat kelakuan yang mengamuk di kantor suaminya waktu itu. Bahkan luka ditangannya tidak terasa sakit karena amarah menguasai dirinya. Kalau Jevian tidak datang entah apa yang sudah dilakukannya terhadap Elsa.
~🍃~
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif or Obsesi ^ GS
RomanceSelena terjebak dalam belenggu lekaki yang tadinya adalah satu-satunya teman laki-laki yang selalu menjadi sandaran Selena, kala dirinya berkonflik dengan kedua orangtuanya maupun para lelaki yang sering menyakiti perasaannya. Dia tampak diam, namun...