Tidur Selena terusik mendengar suara-suara disekitarnya. Matanya terbuka perlahan memperhatikan sekitar kamar yang lumayan terang kala golden jendela sedikit terbuka. Selena menggeliat sebelum memutuskan beranjak dari ranjang. Ia hampir saja memekik menyadari keadaannya yang tanpa sehelai benang menutupi permukaan kulitnya.
Jeno yang sudah kembali rapi dengan pakaian formalnya, menghampiri Selena yang tampak syok. Dia membawa handuk yang tadi digunakannya yang tergeletak di sofa, lalu ia sodorkan kepada Selena.
Selena yang mengerti langsung mengambilnya. Ia segera melilitkan handuk itu ke tubuhnya. Selesai dengan kegiatan itu Selena menyingkirkan tangan Jeno yang tengah sibuk memasang dasi. Dengan telaten Selena memasang dasi Jeno seperti tidak pernah terjadi apa pun tadi malam.
"Tidak sarapan dulu?" Tanya Selena.
"Aku sudah sedikit telat." Timbal Jeno. "Jangan kemana-mana hari ini, tetap di rumah." Setelah mengatakan itu Jeno keluar dari kamar meninggalkan Selena yang masih terdiam ditempatnya berdiri.
"Ada suami seperti itu?" Selena bergumam. Tidak ingin berpikir macam-macam Selena beranjak untuk membersihkan dirinya.
~🍃~
Selena memakan sarapannya di balkon lantai atas. Hari ini masih sama, penjagaan ketat terasa tidak ada kelonggaran untuknya. "Serius aku sudah menikah sekarang? Tapi kok sepi sekali. Lebih mirip penjahat yang di penjara kalau begini." Selena terus-menerus meratapi nasibnya.
Selena meraih ponselnya. Ia menghubungi Geya, siapa tahu menantu Kalingga itu bisa menemaninya hari ini.
"Kenapa, Len."
"Apa kamu sibuk hari ini?"
"Tidak kok. Aku rencananya ikut Jevian ke kantor, malas di rumah terus."
"Ke rumahku saja kalau begitu."
"Ide bagus. Aku minta antar ke sana saja."
"Kalau sampai langsung masuk saja ke rumah kerjaku."
"Iya. Aku tutup dulu telponnya."
Bersenandung kecil Selena meninggalkan sarapannya yang belum habis begitu saja. Dia tidak nafsu makan jika tidak ada yang menemani. Selena memasuki ruang kerjanya, kembali menyibukkan diri sebelum pikiran kembali untuk kabur. Sebenarnya Selena agak dendam dengan Jeno semalam. Bisa-bisa Jeno memberikan pelajaran begitu padanya, semakin asing saja Jeno di mata Selena.
Cukup lama Selena menunggu kedatangan Geya. Pintu ruang kerja terbuka menampilkan sosok cantik dengan senyum lebarnya, tidak lupa tetengan di sebelah tangannya. Berbanding terbalik sekarang mood mereka berdua.
"Ayo kita mulai sesi menggibah!" Dengan semangat istri Jevian itu mengeluarkan semua cemilan yang dibawanya. Menata rapi pada meja di sudut ruang kerja Selena.
"Tahu sekali kalau aku memang ingin menggibah." Ucap Selena setelah ikut bergabung dengan Geya.
"Aku sudah punya pirasat tahu. Jadi, ada yang terjadi semalam?"
Selena mendengus sebelum menjawab pertanyaan kelewat penasaran yang Geya lontarkan. "Bisa-bisanya Jeno berbuat begitu. Dia tidak lembut seperti seorang suami. Dia bilang itu pelajaran untukku karena aku mencoba kabur. Tapi masa begitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif or Obsesi ^ GS
RomanceSelena terjebak dalam belenggu lekaki yang tadinya adalah satu-satunya teman laki-laki yang selalu menjadi sandaran Selena, kala dirinya berkonflik dengan kedua orangtuanya maupun para lelaki yang sering menyakiti perasaannya. Dia tampak diam, namun...