013🐇

197 33 1
                                    

"Sepertinya Mama memang harus mencarikan kamu calon yang lain—"

"Ma, Mama sudah janji sama kedua orang tua ku kalau aku kan menjadi bagian Kalingga, bagaimana Mama mau mencarikan laki-laki dari keluarga lain." Elsa memotong ucapan perempuan yang ia panggil mama itu dengan raut tidak senangnya.

"Lalu mau bagaimana? Dari dua tahun yang lalu kamu masih tidak ada kemajuan, sampai Jevian menikah dengan gadis yang baru ditemukannya bahkan belum genap enam bulan dia sudah melamar Geya, lalu setelahnya Jeno menyusul. Jeno jelas sudah mengincar Selena sejak awal tahun masa kuliahnya. Memangnya kamu mau melakukan apa? Mama tidak mungkin merusak rumah tangga anak Mama."

"Bagaimana kalau Mama bantu aku dengan Jevian?" Elsa masih tidak menyerah.

"Memangnya kamu punya kekuatan untuk melawan Geya?

"Mama ada. Keluarga Mama punya kekuasaan tersendiri."

"Tidak. Mama tidak mau menjadi musuh keluarga besar. Jika kamu mau pakai kekuasaan kamu sendiri." Putusnya final.

"Mama Soraya, aku tidak punya siapa-siapa lagi kalau Mama lupa."

~🍃~

"Jeno!" Selena memasuki ruang kerja Jeno dengan langkah terburu-buru. Jeno hanya balas dengan gumaman dengan fokusnya tidak teralihkan sama sekali. "Aku mau pergi ke Korea pokoknya. Kau tidak boleh melarang aku pergi."

Mata Jeno menajam mendengar ucapan Selena.

"Orang mau kabur mana ada yang pamitan dulu." Selena memukul lengan Jeno kesal. Apa-apa tatapan itu?!

"Tidak boleh." Jeno memutuskan tanpa mengetahui alasan Selena pergi.

"Hei, kau tahu hewan peliharaan berwarna pink dengan ekor kecil pendek itu?" Jeno mengerutkan alisnya tidak mengerti. Apa sangkut pautnya dengan dia. "Itu kau, Jen!" Pekik Selena.

"Dalam otak kau pasti sudah tersusun rencana untuk kabur. Sudahlah, tidak ada yang bisa kau sembunyikan dariku." Jawab Jeno masih dengan ekspresi seriusnya.

Selena memajukan wajahnya hingga tersisa beberapa centi dari wajah Jeno. "Kau sebenarnya terobsesi padaku atau kau hanya suka membuat aku kesal saja?"

Sudut bibir Jeno terangkat membuat wajahnya terlihat agak mengerikan di mata Selena. Istri Jeno itu buru-buru menjaga jarak dari Jeno. Oh sepertinya otak mesumnya kambuh lagi.

"Tidak usah banyak tanya." Jeno balik mengurusi pekerjaannya, membiarkan Selena yang masih menatapnya waspada.

"Serius aku mau ke Korea. Keponakan ku baru saja lahir, aku mau lihat langsung." Kata Selena menjelaskan tujuannya.

Jeno mengangkat kepalanya menatap Selena balik. Alisnya mengerutkan tanda ia bingung. "Kau tidak ada keluarga yang tinggal di Korea."

"Memang bukan keluarga, tapi kami sudah sangat dekat sejak aku kecil. Aku akan bilang padanya kalau suamiku tidak mengizinkan dan mengurungku di rumah terus-menerus. Ingat ini ya, jangan menyesal kalau aku diambil paksa sama mas ku itu. Bahkan Wirakma tidak bisa melawannya, kau akan berjuang sendiri kalau kau memang menginginkan kan aku kembali." Selena berkacak pinggang seolah menantang Jeno.

"Kapan?"

"Kalau bisa sih lusa." Selena duduk di kursi depan berhadapan dengan Jeno.

"Akhir minggu ini kalau kau memang mau pergi." Selena masih menunggu karena sepertinya masih ada yang ingin dikatakan oleh Jeno. "Aku akan mengurus cuti dulu, sekalian kita pergi bulan madu."

"Eh!" Selena melotot kaget tidak berekspetasi kalau Jeno akan berpikir demikian.

~🍃~

Selena pergi ke kamarnya dengan perasaan bahagia. Rasanya ia tidak sabar untuk pergi liburan sekaligus bertemu keponakannya yang lucu.

"Karena Jeno sudah baik hari ini, kira-kira kasih hadiah apa ya?" Selena tiduran di kasur dengan otak yang berpikir keras. Kira-kira apa yang paling disukai oleh Jeno.

Turun dari kasur Selena berjalan masuk ke dalam walk in closet. Matanya menyusuri barang-barang di sana yang mungkin saja memberikannya ide, atau ada barang yang bisa ia beli untuk Jeno. Jarang-jarang sekali dia memikirkan kesukaan Jeno setelah kemusuhan selama mereka menikah. Mata Selena berhenti pada kotak hitam kecil agak memanjang yang terpajang di samping aksesoris miliknya.

"Ini barang yang Jeno pesan itu." Gumamnya. Tiba-tiba saja pikirannya melayang membayangkan kejadian di ruang kerja Jeno, benda ini dia coba pertama kalinya di sana dan belum pernah dicoba lagi.

Selena berbalik ke arah lemari yang mengisi pakaian cukup terbuka yang mana tidak pernah dipakainya apabila ada Jeno di rumah, sampai bibi kucing-kucingan dengannya memberikan laporan kepada Jeno. Menarik satu pakaian baru yang belum pernah dipakainya, tanpa pikir panjang Selena mengganti piyamanya dengan pakaian itu.

"Tidak apa-apa hanya malam ini saja aku akan berbaik hati padanya."

Setelah mengganti pakaiannya Selena memfoto dirinya lalu mengirimkannya kepada Jeno yang masih sibuk.

~🍃~

~🍃~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🍃~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🍃~

Bab depan dengan bab berbayar terakhir, termasuk dalam rekomendasi dariku.

Posesif or Obsesi ^ GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang