Go to The Hell?

390 82 5
                                    


"No babe, we should go to heaven this night."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yeonjun menyadari ada yang salah sejak pria yang menangkapnya tidak menghentikan laju mobilnya ke tempat yang seharusnya. Pria itu nyatanya tidak membawanya ke kantor polisi!!

Sekarang pikirannya sudah tidak jernih. Bagaimana jika pria ini ternyata adalah penjahat?? Tunggu dulu, tapi dirinya juga bukan pria baik. Buktinya ia mencuri 🥲

Kepala merahnya memikirkan banyak hal. Bagaimana jika ia telah berbuat kesalahan dengan mengambil arloji seorang bos mafia?? Atau lebih parahnya seorang kartel narkoba?? Atau seorang psikopat? Atau seorang pembunuh?

Tiba-tiba saja bayangan mengerikan berputar apik di kepalanya. Pria yang menangkapnya memang terlalu tenang. Dan itu membuatnya takut.

"Kita sampai."

Soobin menoleh. Melihat Yeonjun yang sedari tadi diam dengan raut wajah pucat.

"Apa kau ini penjahat?"

Suara kecil Yeonjun bisa ia tangkap dengan mudah. Soobin memangkas jarak mereka. Melihat Yeonjun lebih dekat dan menatap mata rubah yang terlihat begitu cantik dari jarak sedekat ini.

"Apa wajahku terlihat demikian?"

"Kau ini pembunuh ya? Atau kau ini penjual organ dalam?"

Soobin tertawa. Sial, sepertinya ia menyukai pencuri.

"Memangnya kenapa jika aku pembunuh? Kau takut sekali ya?"

"Tentu saja!!! Jika aku mati aku akan ke neraka! Aku belum siap!"

Gelengan Soobin berikan pada sang pencuri. Ia melepas sabuk pengaman yang Yeonjun kenakan. Berbisik dengan lancang di telinga kiri Yeonjun yang berhiaskan pearcing.

"No babe, we should go to the heaven this night."

----🐺🐺🐺🐺----

Soobin melihat bagaimana mata rubah Yeonjun nampak mengamati sekitar. Kediamannya hanya dihuni olehnya. Soobin tidak punya keluarga.

"Bisa lepaskan aku? Borgol ini menyakitkan!"

"Kenapa harus? Kita bahkan belum mulai sesi interogasi."

Yeonjun mendesah kesal. Dirinya tengah dipaksa berjalan memasuki rumah besar yang benar-benar sepi. Persis seperti tempat tinggal seorang psikopat di bayangannya.

"Kau bukan polisi!"

"Lantas kenapa?"

"Kau tidak boleh menahan orang di rumahmu—aww!!"

Yeonjun terantuk karpet dan terjatuh. Lututnya nyeri dan ia kesulitan bangun sebab kedua tangannya masih terborgol dengan apik.

"Yak!!"

Detik berikutnya, tubuhnya melayang sebab pria yang menangkapnya telah menggendongnya seperti sekarung beras.

"Aduh!"

Pria tinggi itu mendudukkannya pada sebuah kursi. Menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Yeonjun merasa menggigil di tatap sedemikian rupa. Meski ia adalah alpha, tapi tetap saja rasanya menyeramkan jika sosok di depannya sungguhan seorang psikopat gila.

"Don't look at me with your creepy eyes."

Yeonjun menyadari bahwa ia telah berada dalam sebuah ruangan. Seperti kamar pribadi dengan banyak furnitur mahal.

"What eyes?"

Soobin mendekat dalam jarak yang Yeonjun tidak bisa bayangkan. Pria itu tengah berdiri tepat satu langkah kaki darinya.

Menatapnya dengan mata hitam jelaga yang begitu tajam. Yeonjun rasa, ia belum pernah merasa terintimidasi sebegininya oleh alpha manapun. Bahkan gerakan pelan yang Soobin buat membuatnya mau tak mau harus waspada. Ia tak mau tiba-tiba dipukul atau ditusuk tanpa sempat menghindar.

"Alpha."

Pria yang lebih tinggi darinya itu mundur dan membuka coat mahalnya. Menampilkan tubuh atletis yang terbalut pakaian rajut turtleneck berwarna hitam.

Bisepnya tebal dan otot punggungnya lebar. Membuat Yeonjun membayangkan bagaimana jika ia dipukul dengan sekali hantam. Apakah ia masih bisa bangun esoknya?

"Little alpha."

Yeonjun menggeretakkan giginya. Bagaimana bisa ia dikatai kecil?? Bahkan tubuhnya termasuk tinggi diantara teman-temannya. Ia tidak sekecil itu dengan tinggi 181.5 cm

Meski demikian, Yeonjun benci ia harus mengakui pria yang menangkapnya jauh lebih besar dari tubuhnya. Ah, maksudnya benar-benar besar.

Soobin nampak menggulung lengan pakaiannya. Memilih duduk di depan Yeonjun dengan gaya khas orang sok berkuasa menurut Yeonjun. Pria itu meminum segelas champagne dan terlihat hanya diam. Memandang Yeonjun dalam hening sampai Yeonjun sendiri bergidik.

'Apa yang sebenarnya sedang dipikirkannya?'

"Little alpha, apa kau tahu bagaimana caranya menginterogasi seseorang?"

"Dengan dipukul?" Yeonjun sedikit ragu mengatakannya. Ia hanya menjawab sesuai dengan beberapa orang teman yang ia kenal pernah mencicipi jeruji besi.

"Benar."

Ah shit! Yeonjun belum siap untuk dipukul sekarang.

"Tapi sayangnya aku tidak menyukai metodenya. Terlalu kasar untuk menginterogasi seorang pencuri kecil. Bagaimana kalau hanya penggeledahan?"

Yeonjun tidak mengerti arah pembicaraan ini. Ia hanya melihat Soobin yang mendekat hingga ujung hidung mereka menempel.

"Menjauhlah!"

Wajah Soobin yang terlalu dekat ini membuat Yeonjun gemetar. Entahlah, Soobin seperti sosok predator yang bisa menelannya bulat-bulat. Meski ia akui, Soobin benar-benar tampan sekali. Wajah khas Korea dengan mata tajam dan rambut hitam.

"Seperti inilah aku menggeledah pencuri. Aku mencari barang ku padamu."

Tangan besar Soobin dengan lancang membuka jaket putih yang Yeonjun kenakan. Menampilkan tubuhnya yang hanya dibalut kaus tipis berwarna senada.

Bisa Yeonjun rasakan hawa dingin dari pendingin ruangan menusuk kulitnya yang terbuka.

"Lepaskan tanganmu bajingan!"

Soobin menyadari perubahan raut wajah Yeonjun yang menggelap. Belum lagi aroma feromon pria itu semakin kuat menusuk indranya. Tak apa, semakin garang Soobin semakin suka.

"Bersikaplah baik padaku selagi aku masih sabar."

Ucapan Soobin diiringi senyuman. Namun nyatanya Yeonjun dibuat semakin kalang kabut ketika Soobin dengan lancang menarik rambut merahnya hingga kepalanya mendongak.

Pria aneh itu berbisik lirih sambil mencium aroma tubuhnya.

"Kau tahu? Musuh alami alpha yang tidak beretika bukanlah polisi atau hukum negara—

Soobin menjeda kalimatnya. Menghirup dalam-dalam aroma mawar dan kayu manis milik Yeonjun sampai tak bersisa.

—tapi Enigma."







ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang