JUUSAN 十三

10 1 0
                                    

Di siang hari yang cerah, Makima sedang asyik bersantai di kamarnya. Biasanya, di hari libur seperti ini Makima suka pergi jalan-jalan bersama kedua temannya yaitu Power dan Himeno.

Tapi untuk hari ini, rasanya Makima ingin bermalas-malasan saja di atas kasur empuknya.

Waktu demi waktu Makima habiskan untuk menatap layar ponselnya, ibu jarinya terus bergerak dengan lincah mengganti setiap reels yang muncul di sosial medianya.

Kegiatan yang terasa seperti di surga bagi Makima, tidak ada di dunia yang lebih nyaman dari berbaring di atas ranjang sembari bermain sosial media. Andai saja Makima tidak berkuliah, mungkin ia akan melakukan kegiatan bermalas-malasan ini setiap hari.

Terlebih lagi, tidak ada orang yang melarangnya. Sama seperti Denji, Makima hanya hidup berdua bersama dengan kakak perempuannya.

Tapi bedanya, kedua orang tua Denji pergi karena pekerjaan sementara kedua orang tua Makima pergi untuk selama-lamanya karena kecelakaan tragis yang mereka alami saat Makima masih kecil.

Kematian orang tuanya secara mendadak membuat mental Makima sedikit terganggu. Dulu, Makima hanyalah gadis kecil lugu yang selalu ceria.

Tapi setelah kedua orang tuanya meninggal, Makima berubah menjadi gadis yang dingin dan nakal. Rasa sakit di hatinya benar-benar merubah Makima.

"Ck! Kenapa tiba-tiba kepikiran lagi sih!" Gerutu Makima sembari melempar ponselnya.

Makima pun mengambil bantalnya dan membenamkan wajahnya. Ia memeluk erat bantal yang sedang menutupi wajahnya tersebut.

Bayang-bayang hari kematian kedua orang tuanya kembali menghantui Makima. Hal ini kerap Makima alami, dan Makima sangat membenci hal ini.

Ia masih bisa mengingatnya dengan jelas dimana Makima kecil menggenggam erat tangan ibunya yang sudah tidak bernyawa di rumah sakit.

Di balik sosok Makima yang terlihat sangat anggun dan angkuh, ternyata ia juga memiliki sebuah rahasia yang cukup kelam. Saat Makima kembali teringat dengan orang tuanya seperti saat ini, dia pasti akan menangis.

Tak terasa, bantal yang menutupi wajah Makima sampai basah karena terkena air matanya. Makima menangis dalam diam, hatinya terasa seperti di sayat saat ia mengalami momen ini.

"Makima!"

Sebuah suara panggilan dari luar kamarnya membuyarkan tangisan Makima. Buru-buru Makima langsung mengusap air matanya dan langsung menuju ke pintu.

"Ada apa?" Tanya Makima pada kakaknya.

Sosok gadis cantik berambut putih yang merupakan kakak kandung Makima berdiri di ambang pintu kamarnya.

Quan Xi, dia tahu kalau adiknya itu baru saja menangis, namun ia enggan menyinggungnya. Terlihat jelas kalau mata Makima masih nampak sembab meskipun dia sudah mengelap air matanya.

"Ada orang yang ingin bertemu denganmu" ujar Quan Xi.

"Siapa?" Tanya Makima.

"Lihat saja sendiri, dia ada di ruang tamu, aku mau membuatkan minuman" sahut Quan Xi sembari berjalan pergi.

Makima menatap punggung kakaknya yang berjalan pergi dengan tatapan heran. Tidak biasanya ada orang yang mencarinya di siang hari seperti ini.

Orang yang biasanya mencari Makima adalah teman-temannya sendiri, dan tentu saja Quan Xi sudah mengenal teman-teman Makima termasuk juga Arai.

Tapi kali ini, Quan Xi enggan mengatakan siapa nama orang yang sedang mencari Makima. Itu berarti, orang yang mencari Makima bukanlah temannya.

"Hah, membuatku penasaran saja" desah Makima.

Chainsaw Man : Your Beauty Never Ever Scared Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang