GO 五

11 2 0
                                    

"Aku mohon biarkan aku masuk ke kelas!! Kalian boleh menghabiskan semua uangku tapi aku mohon biarkan aku masuk!!" Denji mencoba meronta-ronta mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Makima.

"Kau mau menyombongkan dirimu?? Lagi pula aku tidak butuh sepeserpun uangmu!" Makima tidak mempedulikan ucapan Denji dan terus menyeretnya menuju ke suatu tempat.

"B-bukan begitu" Denji merasa ketakutan ketika Makima membawanya ke pojokan lorong yang sepi.

"Kalau kau tidak mau ikut aku akan memanggil Arai sekarang!" Makima yang merasa sebal karena Denji terus meronta-ronta akhirnya mengancamnya dengan ancaman yang membuat Denji menjadi trauma kembali.

Denji mulai terlihat luluh dan tidak meronta-ronta lagi setelah Makima mengancamnya ingin memanggil Arai.

"Bagaimana?! Aku bisa memerintahkannya untuk menghajarmu lagi!!" Seru Makima.

"Kau tidak perlu memanggilku Makima, aku berada di sini"

Entah suatu kebetulan atau kesialan lagi bagi Denji. Dalam sekejap mata, Arai sang laki-laki berbadan besar langsung muncul dari belakang Makima.

"Hmm, kebetulan sekali" Makima tersenyum senang ketika melihat Arai datang.

Sebaliknya, bak berkah bagi Makima namun musibah bagi Denji. Wajah laki-laki berambut pirang itu semakin pucat setelah melihat Arai berjalan menuju ke arahnya.

"Beraninya kau membantah Makima! Dan berani-beraninya kau masih berada di kampus ini!" Arai mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Bukan begitu, tapi aku sudah berjanji kepada kakak dan kedua orang tuaku untuk berkuliah dengan rajin" Denji menurunkan tubuhnya hingga posisi jongkok untuk meminta ampunan kepada Arai dan Makima.

"Lagi-lagi kau menyombongkan keluargamu?!" Makima semakin merasa murka dengan Denji.

"Baiklah aku sudah muak denganmu, Arai bunuh dia sekarang!" Makima menunjuk Denji sembari memerintahkan Arai untuk menghajarnya kembali.

"Baiklah!!" Bagaikan anjing yang menurut kepada majikannya, Arai langsung melayangkan pukulannya ke arah Denji.

Denji pun reflek melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Walaupun sebenarnya itu sia-sia saja karena pukulan Arai sangatlah kuat.

Namun, sebelum tinjuan itu menghantam tubuh Denji, tiba-tiba ada sebuah tangan yang muncul dari belakang Arai dan menahan pukulannya agar tidak mengenai Denji.

"K-kau?!!" Arai reflek menoleh ke belakang.

"Aki! Jangan ikut campur!!" Makima berteriak ke arah laki-laki yang berdiri di sebelahnya.

"Pilihlah lawan yang setara denganmu!" Ucap Aki dengan nada yang dingin.

Denji kembali membuka tangannya ketika mendengar suara Aki, ia merasa sedikit lega ketika melihat tangan Arai yang di tahan oleh Aki.

"Menyingkirlah atau..."

"Atau kau akan mati sekarang!!" Aki memotong dan meneruskan kalimat yang akan di ucapkan oleh Arai.

"Sialan kau!!!" Makima benar-benar merasa kesal karena Aki yang tiba-tiba datang dan ikut campur dengan urusannya.

"Hmm? Dimana letak keangkuhan mu tadi, Arai?" Tanya Aki.

"Aki! Andai saja kau tidak berteman dengan Yoshida aku pasti akan membunuh mu sekarang!" Arai melepaskan genggaman Aki pada tangannya.

"Mau satu lawan satu sekarang??" Tantang Aki kepada Arai.

"Jangan pernah mengganggu urusanku dengan anak itu!" Makima menunjuk ke arah Denji yang masih berjongkok di lantai.

Arai sebenarnya tidak ingin mencari masalah dengan Aki sekarang. Namun, ia merasa gengsi kepada Makima kalau ia tidak menerima tantangan dari Aki tersebut.

Chainsaw Man : Your Beauty Never Ever Scared Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang