JUUROKU十六

8 2 0
                                    

Denji kepayahan saat Makima terus menariknya melewati beberapa orang yang tengah asik berjoget di club. Setelah melihat semua itu, baru lah Denji sadar tempat apa itu sekarang.

"Makima berhenti! Aku mau keluar!" Seru Denji pada Makima.

Tapi percuma saja, suara musik yang terdengar sangat kencang membuat teriakan Denji tidak sampai ke telinga Makima. Di tambah lagi dengan suara orang-orang yang mungkin sedang mabuk, suasana ini benar-benar membuat Denji merasa sangat risih sekarang.

Makima terus menarik tangan Denji sembari menerobos kerumunan orang-orang yang sedang asyik berjoget.

Mungkin Makima sudah biasa dengan suasana seperti ini tapi tidak dengan Denji. Beruntungnya, ia membawa Denji keluar menuju pintu belakang club.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya Makima setelah menghempaskan tangan Denji.

"A-aku..."

Kondisi Denji masih belum stabil, ia tidak bisa berbicara dengan normal. Denji tidak percaya jika ia baru saja memasuki tempat hiburan malam yang seharusnya tidak pernah ia kunjungi.

"Mmm, kenapa tadi siang kau tidak jadi bertemu denganku? Padahal aku sudah menunggu sampai sore" ujar Denji.

Ia kembali mengungkit kejadian sore tadi dimana ia batal bertemu dengan Makima. Bukannya merasa bersalah dan meminta maaf, Makima justru marah kepada Denji dan langsung menarik telinganya.

"Otakmu itu dimana sih?! Bisa-bisanya kau menungguku di dalam cafetaria, mana pesan minuman lagi, mau aku taruh dimana mukaku kalau mereka melihat ku satu meja denganmu?!" Tanya Makima dengan nada tinggi.

"Dan satu lagi, kenapa tadi kau mau mengatakannya di depan teman-teman ku? Bukankah sudah aku katakan jangan katakan ini kepada siapapun!" Sambung Makima.

Jelas-jelas mau di lihat dari sudut pandang manapun Makima lah yang bersalah dalam hal ini. Akan tetapi karena dia adalah seorang perempuan, jadi apa boleh buat, perempuan tidak pernah salah.

Denji pun hanya bisa menyerah dan pasrah karena tidak bisa menang dari Makima. Lagi pula Denji sebenarnya juga sudah cukup muak dengan perlakuan gadis itu kepadanya.

Tapi Denji juga bingung, sekuat apapun ia mencoba untuk menghindari Makima maka Makima terasa seperti semakin mendekat kepadanya seperti sebuah magnet.

"Lalu, kenapa kau ada di sini huh? Ini bukan tempat untuk anak sepertimu" ujar Makima kembali.

Ia sudah melepaskan tangannya dari telinga Denji, terlihat jelas telinganya langsung berwarna merah setelah Makima berhenti menariknya.

"Tadi aku melihat Kobeni masuk ke dalam sini, jadi aku memutuskan untuk mengikutinya, tapi aku benar-benar tidak tahu kalau tempat ini adalah club malam" tutur Denji.

Makima merasa kebingungan dengan jawaban Denji.

"Hah? Kau ini buta apa bagaimana? Bukannya di depan terpampang jelas tulisan kalau tempat ini adalah club malam?" Tanya Makima dengan ekspresi heran.

"Ya habisnya aku tidak pernah keluar rumah jadinya tidak tahu, lagi pula kenapa kau juga berada di sini?" Tanya Denji balik.

"Aku sudah biasa bersenang-senang di sini dengan teman-temanku" jawab Makima dengan entengnya.

Denji sebenarnya sudah menduga kalau Makima sering datang ke tempat seperti ini bersama teman-temannya.

Namun yang membuat Denji merasa penasaran, tadi ia melihat Kobeni masuk ke dalam club malam ini. Apa itu artinya Kobeni sebenarnya juga gadis nakal seperti Makima?

"Makima, apa Kobeni juga sering datang ke club ini sama sepertimu?" Tanya Denji.

Makima tidak langsung menjawab, sebuah senyuman sinis terukir di bibir manisnya.

Chainsaw Man : Your Beauty Never Ever Scared Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang