ZHL

42 29 8
                                    


"Hampir rampung delapan puluh persen saat ini untuk pusat perbelanjaan kita, beberapa brand terkenal juga sudah mengajukan kontrak untuk menyewa Store yang tersedia"

"Bisa dilihat disini, untuk di lantai kedua akan kita fokuskan sebagai wahana permainan-"

Jenza menatap fokus pada pantulan proyektor di depannya, mendengar bagaimana staffnya menjelaskan perkembangan proyek mereka, sebelum dirinya akan terbang ke Brazil besok. Guna melihat langsung proyek besarnya. Tangan itu menumpu dagu nya, mata almond berbentuk tajam itu sesekali berkedip.

"Ah benar, saya juga ingin menyampaikan salah satu brand terkenal di Milan dari keluarga De Ruins juga menjalin kontrak dengan kita"

Jenza dibuat salah fokus dengan nama itu, Staff itu kembali lanjut mempresentasikan perkembangan proyek besar mereka.

"De Ruins meminta dua store di lantai tiga, satu sebagai butik dan satunya lagi sebagai store perhiasan mereka, seperti yang kita tahu sekarang dibawah naungan putri semata wayang Mr. Gelano De Ruins. Lyora De Ruins"

"Kenapa aku tidak tahu soal ini?, Siapa lagi brand di Milan yang bekerjasama dengan kita?" Jenza berujar dengan alis bertautan.

"Hanya De Ruins, kebanyakan brand-brand lainnya berasal dari luar negeri dan lokal, sir", staff berjas coklat itu menjelaskan dengan mantap.

"Persiapan malam ini bagaimana?" Staff itu tersenyum formal mendengar pertanyaan atasannya.

"Malam ini acara akan dilaksanakan di salah satu ballroom hotel yang sudah di pesan oleh staff kita. Untuk acara penandatangan resmi tiap brand dan investor yang menjalin kontrak dengan ZHL, Sir"

"Pastikan semua berjalan lancar" Jenza berujar dengan nada pelan namun terkesan lugas. Aura nya sebagai pemimpin ZHL tak perlu di pertanyakan kembali.

"Apa di kotrak resmi sudah dijelaskan juga pada investor keuntungan yang mereka dapatkan lima belas persen setiap tahunnya. Jika belum aku akan jelaskan juga nanti malam"

"Kami sudah membuat kotrak resmi untuk investor, secara tersirat mereka juga sudah menyetujuinya. Hanya perlu tanda tangan resmi kedua belah pihak nanti malam Sir"

Jenza mengangguk mendengar itu, semua staff-staff ZHL memang berkompeten dan berdedikasi untuk perusahaan, cekatan, cermat dan profesionalisme nya tak usah ditanya. Itu mengapa juga ZHL menjadi perusahan paling besar di Milan dan nomor tiga di dunia, Mengingat seluruh staff juga bekerjasama membangun perusahaan ini.

"Baiklah, saya rasa sampai disini meeting untuk hari ini" Jenza berujar kemudian bangkit dari kursinya. Staff menunduk sopan sebagai tanda penghargaan.

"Terimakasih Sir Zurich"

Jenza mengangguk pelan, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan rapat bercorak cream putih itu. Melangkah lebar di ikuti sang sekretaris di belakangnya.

"Maaf Sir, tapi Miss Ruins sudah menunggu anda" ujar sang sekretaris perempuan berkacamata itu. Jenza menyerngit heran.

"Saya tidak membuat janji dengannya kan?" Jenza mencoba mengkonfirmasi, takut dia yang lupa.

"Tidak ada Sir, Miss Ruins tiba-tiba berkunjung. Katanya ada sesuatu yang ingin beliau bicarakan dengan anda" Jenza menghela nafas.

"Dimana dia?" Jenza tetap melangkahkan kakinya.

"Di ruangan anda pak" Jenza berhenti mendadak, sekretaris langsung ikut berhenti jadinya. Apa diri nya salah ya?. Jenza menoleh kebelakang sekilas.

"Jangan sembarang memasukkan orang ke ruangan saya, ada ruangan di sebrangkan?, khusus menerima tamu. Apa Damon lupa memberi tahu mu?" Perempuan berkacamata dengan rambut di ikat kuda itu semakin menunduk, sambil mengumpati dirinya sendiri dalam hati.

VELENOSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang