Il Destino è Una Scelta

20 2 0
                                    

Ille mendengar semua penjelasan tentang barang-barang ilegal temuan Morgan malam kemarin, saat Morgan dan unit-unitnya melakukan kegiatan rutin menyisir pelabuhan seperti biasanya.

Ille mendengar nada melas Morgan untuk pertama kalinya di sambungan telepon, ternyata pria itu kelaparan dan ingin memakan masakannya.

Perempuan itu tak habis pikir, tapi karena Ille tidak tega mendengar nada Morgan yang nampak kasihan di telefon saat itu. Akhirnya disini dia sekarang, Naval Base San Diego. Mengantar makan malam untuk Morgan,

"Dan mereka mati, aku jadi harus mencari jalan yang lain" Morgan memotong omlet berhias sayuran dalam wadah. Kemudian melahap nya kembali. Morgan memberitahu tiga tersangka itu sudah mati tak bernyawa ketika di ketahui keracunan sianida saat memakan makanan mereka.

"Kenapa bisa kecolongan lagi?, Maksud ku pasti ada cctv kan?" Morgan menatap Ille dengan mulut masih menguyah.

"Memang, tapi sepertinya sistem kami di sabotase. Sudah jelas ini bantuan orang dalam. Ingin sekali aku mengumpat Ille tapi ada kau" Ille mendelik, ada-ada saja.

"Lalu sekarang bagaimana?" Morgan melepaskan alat makanannya karena sudah selesai. Pria itu membuka botol air mineralnya.

"Memulihkan cctv jika masih bisa, dan mencari informasi kemana saja transit kapal yang di gunakan. Itu satu-satunya cara sekarang" Ille mengangguk ia melirik wadah makanan yang isinya telah habis tak tersisa.

Kasihan Morgan kelaparan, Ille ingat tadi pria itu mengatakan hanya sarapan dengan kopi. Kemudian mengurus mayat para tersangka. Masalahnya nampak pelik jika ille mencoba merangkainya.

"Masakan mu enak sekali Ille, aku seperti babi saja" Ille tersadar dari lamunannya kemudian menggeleng keheranan, padahal hanya omlet dengan daging panggang dan sedikit salad dari selada dan tomat.

"Bisa tidak sehari saja kau tidak menggoda ku Morgan" Morgan tersenyum jahil,

"Hemm?-" Morgan menggelengkan kepalanya, "tidak bisa, aku suka sekali menggoda mu" Morgan bangkit dari sofa kemudian berjalan mendekat pada Ille, mengulurkan lengannya.

"Ayo aku antar pulang, ini sudah malam. Kau juga pasti lelah pulang dari bekerja, Maafkan aku mengganggu mu" Ille menyambut tangan besar itu. Mengulas senyum hangat, genggaman yang erat sekali. Ille merasa terlindungi dengan adanya Morgan.

"Bukan masalah, kita teman jadi aku harap dengan bantuan kecil ini bisa membantu mu"

Kenapa perempuan ini benar-benar susah di taklukkan? kenapa?. Morgan hampir putus asa berkali-kali, tapi layaknya pria tolol pertama kali jatuh cinta. Morgan terus memacu langkahnya seperti prajurit sejati. Tunggu, Morgan kan memang seorang prajurit.

"Aku merasa di lindungi jika kau disisi ku" Morgan langsung menoleh, sedikit kaget mendengar ujaran tiba-tiba itu, ia bisa melihat wajah Ille yang memandang nya rumit, keduanya masih melangkah bersama keluar dari ruangan kerja Morgan.

"Bukannya profesi kedua ku memang menjadi pelindung mu Ille-" Morgan menatap wajah cantik itu. Ia semakin mengeratkan genggaman mereka. "Setelah menjadi seorang tentara" lanjut pria itu lagi.

Kedua berjalan bersisian, siulan para rekan Morgan menggema. Menggoda sang letnan dan si dokter yang terlihat layaknya sepasang kekasih. Ille tersenyum ramah padahal dia juga malu disaat bersamaan. Berusaha mempertahankan postur tubuh yang tegap dan terkesan santai, padahal dalam hati ia merasa tidak enak pada Morgan.

"Berhentilah menggoda kami" Morgan berujar dengan menahan senyum, godaan para rekannya itu seolah memacu semangat Morgan untuk tak berhenti mengejar perempuan di sisinya ini.

VELENOSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang