•••Saat pagi buta, aku sudah pergi ke pasar dan meninggalkan Daylan yang masih tertidur lelap. Aku membiarkannya beristirahat dengan tenang tanpa ada gangguan sekecil apapun. Setelahnya aku mampir ke rumah keluarga Harrison untuk memberitahu Delilah bahwa aku memiliki kejutan untuknya.
Sepanjang perjalanan pulang aku tersenyum cerah, secerah cakrawala yang tiada ditutupi awan pagi itu. Namun senyumanku menghilang saat tiba di sekolah, melihat Gerry sudah berlarian dengan telanjang dada. Aku menghela nafas dan membatin, Apalagi yang dilakukannya?
"Mentang-mentang kakiku pincang dia malah berlari sekuat tenaga." Aku melihat Daylan yang sudah terbangun, duduk disalah satu kursi tanpa busana. Aku bisa melihat kain kasa yang sudah usang hampir menutupi sebagian dari tubuhnya.
"Kau bisa tidur lebih lama." Ucapku dan duduk disampingnya. "Aku akan mengganti ini." Daylan pasti asal-asalan memakaikan kain kasa pada seluruh lukanya. Sehingga ada luka yang masih basah.
"Apa disana tidak ada perawat cantik yang mengurus mu, Tuan Bolide? Mengapa luka mu bisa sangat parah?" Punggungnya benar-benar dipenuhi dengan luka bakar. Aku rasa ini perlu dirawat dengan lebih teliti.
"Aku tidak ingin ke rumah sakit, Ashley. Aku ingin tetap bersama mu." Kata Daylan seolah membaca pikiranku.
"Tapi lukanya sangat parah."
"Bersihkan saja, lalu tutupi kembali dengan kain kasa. Aku akan sembuh." Memang tidak heran jika seorang tentara memiliki banyak luka ditubuhnya. Mungkin aku yang belum terbiasa untuk melihat luka sebanyak dan separah ini. Sebelumnya aku hanya mengobati luka-luka kecil.
"Woah!"
"Akh!" Aku mendengar suara Delilah dan terkejut sehingga menekan luka dipunggung Daylan cukup kuat membuat sang empu merasa kesakitan.
"Siapa dia?" Tanya Daylan karena Delilah masih berdiri diambang pintu, berjalan mendekat dengan perlahan.
"Kekasih Gerry." Jawabku singkat.
"Kekasih?! Bagaimana bisa dia menyukai Gerry yang baru saja mencuri pakaianku?" Aku juga kaget awalnya, tapi kemudian mewajarkan karena aku rasa mereka berdua memang ditakdirkan untuk satu sama lain. Aku hanya mengkhawatirkan anak mereka nanti.
"Tuan Bolide?" Aku tersenyum melihat reaksi Delilah.
"Jangan menatap pria tanpa busana terlalu lama, Nona." Daylan langsung menyilangkan tangannya untuk menutupi tubuh karena Delilah tidak berhenti menatapnya dari atas hingga ke bawah. Padahal Daylan bukan monumen, tapi ia begitu detail melihat sosok didepannya.
"Ashley menceritakan banyak hal tentang mu."
"Aw!" Lagi-lagi aku terlalu kuat menekan luka Daylan menggunakan kapas.
"Ashley juga berkata suatu saat ingin memiliki anak bersama mu, Tuan Bolide."
"Kapan aku mengatakan hal-"
"Ashley! Kau mau membunuhku?" Daylan menoleh ke arahku setelah bukannya mengobati, aku malah semakin membuat dirinya merasa kesakitan. Ini semua karena Delilah berbicara hal yang tida-tidak.
"Aku... Aku akan mengambilkan pakaian untuk Tuan Bolide." Disinilah aku berakhir. Berdua bersama Daylan disituasi canggung akibat perkataan Delilah tadi. Padahal aku tidak pernah benar-benar mengatakan hal itu, hanya saja aku memang ingin menikah dengannya tapi bukan bagian itu.
"Ashley," Jantungku hampir lepas rasanya saat Daylan memanggil nama ku.
"Iya? Masih terasa sakit? Kalau begitu aku akan membeli–"
"Tidak, aku haus." Aku langsung berdiri untuk mengambilkan segelas air untuknya. Beruntung sekali Gerry kembali dengan membawa pakaian Daylan yang tadi ia curi.
"Gerry, kau harus tetap menjaga Daylan, kenapa malah berlarian diluar?" Aku tidak bermaksud untuk memarahi Gerry, namun disituasi saat ini aku terlalu canggung untuk berbicara dengan Daylan.
Lihat lah, Ashley. Berkat mu Gerry memasang raut wajah sedih dan menundukkan kepala.
"Aku... tidak perlu dijaga sebenarnya..." Daylan bergantian menatapku lalu melihat Gerry yang masih menundukkan kepala.
"Kau sudah mengisi ember?"
"Sudah."
"Kayu bakar?"
"Sudah."
Aku malah merasa iba. "Terimakasih, aku akan membuatkan pie untuk mu." Lalu keluar untuk menyiapkan sarapan.
"Aku mau lebih banyak apel!" Teriak Gerry dari dalam. Aku sudah menduga ia tidak akan merajuk, apalagi saat menyuapinya dengan pie apel.
Aku memutuskan untuk membuat acara kecil-kecilan dalam rangka menyambut Daylan. Hanya makan bersama para warga dan tentara. Aku dibantu beberapa wanita disini, termasuk Delilah yang melanjutkan gosipnya perihal kepulangan Daylan. Ia berkata Daylan terlalu tampan untuk menjadi tentara, atau bahkan ia juga berkata Daylan adalah pangeran yang berpura-puta menjadi tentara.
Saat malam tiba, seluruh warga berkumpul untuk melihat pejuang yang kini hadir dihadapan mereka semua. Salah satu pejuang yang selamat dan pulang dengan sehat. Aku senang Daylan diterima dengan baik oleh mereka yang sebelumnya bertanya-tanya kenapa kapten meninggalkan anggota corps nya bersama para warga.
Aku keluar untuk menghirup udara segar malam hari, karena di dalam sudah terlalu ramai. Rasanya sangat lega, bisa kembali melihat orang yang beberapa bulan terakhir tidak aku ketahui kabar dan keberadaannya.
"Aku mencari mu kemana-mana." Aku menoleh, mendapati Daylan berjalan menghampiri.
"Aku tidak akan kemana-mana." Ucapku sembari tersenyum. Masih tidak menyangka Daylan akan kembali berdiri dihadapanku.
"Ashley,"
"Ya?" Daylan diam beberapa saat, membuat jantungku berdetak tak karuan karena terus-terusan bertatapan dengannya.
Tiba-tiba ia berlutut. Membuat ku semakin membeku. "Jika tidak keberatan, mau kah kau menerimaku untuk menjadi suami mu?" Ia mengeluarkan cincin dengan permata kecil diatasnya, memancarkan kilauan berkat pantulan cahaya dari sang rembulan. Aku tertegun. Tangan ku mencengkram pakaian yang aku kenakan. Entah mengapa aku menjadi lebih sering mematung saat berada dihadapannya.
"Aku tidak keberatan." Itu kalimat terakhir sebelum akhirnya Daylan berdiri dan mencium bibirku. Rasanya aku ingin berlari dan berteriak untuk mengatakan kepada dunia betapa hatiku ingin meledak bagai kembang api. Semua orang harus tahu, bahwa Daylan adalah satu-satunya orang yang akan aku cintai seumur hidupku.
Malam itu, di akhir musim gugur menuju musim dingin, aku dan Daylan memutuskan untuk menikah. Sebelum itu, sebuah surat aku kirim ke Skotlandia berharap ada balasan dari kedua orang tua ku perihal berita ini sebelum akhirnya melangsungkan pernikahan, dan dengan lembut menolak perjodohan. Aku dan Daylan membeli rumah sederhana untuk ditempati berdua, sedang para tentara dan warga lainnya tinggal di sebuah penginapan yang dibangun khusus untuk mereka.
Setelah sekitar satu bulan menunggu, aku tidak kunjung mendapat balasan surat dari Skotlandia. Daylan awalnya merasa tidak enak hati karena ia pikir keluargaku tidak bisa menerima berita ini, namun pada awal bulan Desember, aku dan Daylan tetap melangsungkan pernikahan dengan sederhana. Disaksikan oleh orang-orang yang sudah kami anggap keluarga.
–to be continued–
![](https://img.wattpad.com/cover/376635397-288-k89094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Till Death Do Us Part
Ficção HistóricaSudah 1 tahun berlalu sejak perang dunia kedua dimulai. Disana lah Ashley Moonstone, seorang putri bangsawan yang hidup dalam tekanan dan menjadi boneka dalam keluarganya, bertemu dengan Daylan Bolide. Seorang pejuang negara yang bekerja untuk menju...