BAB 9

184 9 2
                                    

Brak!

Suara keras nan bising terjadi walaupun hari masih pagi. Aleyna bangun dengan terkejut dan segera keluar dari kamarnya. Papa Aleyna sedang dinas diluar kota, sehingga Aleyna hanya bersama asisten rumah tangganya dan mama.

"Ma, mama kenapa?" Tanya Aleyna menghampiri Agacia yang membanting semua barang disekitarnya.

"Pergi! Kenapa kamu masih dateng! Kamu yang salah bukan saya!" Teriak Agacia. Aleyna menghampiri Agacia dan mencegah Agacia untuk melemparkan barang lagi. Baru satu langkah mendekat, Agacia melempar sebuat fas bunga ke arah Aleyna dan mengenai pelipis Aleyna. Pusing dan sakit, itulah hang dirasakan Aleyna sekarang.

"Akh, Ma...mama kenapa?" Tanya Aleyna pelan.

"Pergi!!!!" Teriak Agacia semakin menjadi.

"Nak, ya ampun, ayo keluar aja nak. Bu Agacia sepertinya belum bisa di kontrol." Ucap asisten rumah tangga Aleyna membawa Aleyna keluar dari kamar Agacia.

"Bi, sebenernya mama kenapa? Akhir-akhir ini suka aneh." Ucap Aleyna bertanya.

"Ngga apa-apa, mungkin kecapean, mandi dulu nak, nanti bibi obatin pelipisnya. Kan harus sekolah." Ucap bibi tersenyum tipis.

Aleyna segera memasuki kamarnya dan segera mandi. Benar, ia harus sekolah jika terlambat pasti akan dihukum dan Aleyna tidak ingin itu terjadi. Asisten rumah tangga Aleyna segera memasuki kamar Agacia dengan terburu-buru.

Setelah selesai mandi, Aleyna menyiapkan kotak bekal untuk Exel. Berharap cowok itu akan senang dan memulai paginya dengan bahagia. Aleyna ingin Exel selalu senang dan ceria. Maka dari itu ia menyiapkan kotak bekal dan menghias isinya dengan lucu.

"Jadiiii!!!" Seru Aleyna senang.

"Nak, buat apa?" Tanya asisten rumah tangga Aleyna menghampiri dengan membawa kotak P3K.

"Ini, bekal untuk kak Exel bi, lucu ngga?" Tanya Aleyna antusias.

"Lucuu, sini lukanya bibi obatin dulu." Ucap Bu Cici. Aleyna duduk diam sementara Bu Cici mengobati lukanya. Ia memainkan kakinya karena bosan.

"Bi, bisa tolong kepangin rambut aku?" Tanya Aleyna.

"Bisa nak, bibi kepangin ya." Ucap Bu Cici sembari mengepang rambut Aleyna dan sesekali bertanya tentang bagaimana sekolah gadis itu.

"Selesai." Ucap Bu Cici.

"Makasih bibi, Aleyna berangkat ke sekolah dulu, salam sama mama semoga cepat sembuh ya." Ucap Aleyna berlalu dari rumahnya. Dengan langkah semangat, Aleyna menunggu angkot untuk berangkat ke sekolahnya. Ia tidak ingin menaiki gojek karena ingin irit uang saku untuk akhir bulan karena novel dari penulis kesukaannya akan segera terbit.

Setelah angkot datang, Aleyna segera menaikinya dan menikmati angin dengan tenang. Angin selalu membuatnya tenang. Saat menikmati jalan, tak sengaja matanya menangkap sebuah orang yang dikenalinya, sepertinya cewek yang waktu itu bersama Exel. Ia sedang bersama pria paruh baya yang Aleyna terka itu adalah ayahnya. Terlihat sangat bahagia. Kapan Aleyna dan papa nya bisa seperti itu?

Setelah sampai, Aleyna segera berjalan menuju kelas Exel. Masi sepi karena hari masih sangat pagi, hanya ada Attala disana sedang membaca buku sembari menutup telinganya dengan airpods.

"Ekhem, permisi kak Attala." Ucap Aleyna sembari mengetuk ringan meja Attala agar Attala mendengar. Attala melepaskan airpodsnya dan menatap datar Aleyna.

"Kak Exel belum berangkat ya kak?" Tanya Aleyna.

"Belum." Jawab Attala singkat.

"Boleh titip ini?" Tanya Aleyna mengeluarkan kotak bekalnya.

The Cuties PieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang