Chapter 3

163 27 1
                                    

Raja Corgio sangat marah saat mengetahui begitu banyak pasukannya yang gugur bahkan Angros terluka parah. Persembahan dalam perjamuan yang hanya dilakukan tujuh tahun sekali itu akan berlangsung dua hari lagi, namun ia belum berhasil membawa pulang putri Alexa untuk ia jadikan tumbal.

"Si biadab Sentio itu benar-benar membuatku murka!"

Corgio mengepalkan tangannya begitu kuat, ia tak mungkin kembali mengerahkan pasukannya karna sebagian besar telah di babat habis oleh pasukan Sentio.

Ini adalah tahun terakhir karna bulan purnama tujuh tahun berikutnya umur Alexa sudah lebih dari tujuh belas tahun, akan semakin sulit untuk mendapatkan darah gadis itu.

"Arrghhhh!!"

Corgio meluluhlantakkan semua yang berada di hadapannya. Tekadnya begitu kuat untuk mendapatkan Alexa, padahal jika di lihat dari benang merah tak kasat mata Alexa adalah cucunya, keturunan yang berhasil dilahirkan oleh putrinya-Careline.

Ia mengutuskan orang kepercayaannya untuk mencari bantuan, bahkan ia mencoba bekerja sama dengan beberapa kerajaan untuk menyerang kerajaan Sentio. Ia tak masalah jika harus berbagi beberapa gelas darah Alexa untuk pemimpin dari kerajaan lain. Toh, jika prosesi perjamuan diadakan di kerajaannya, dewa hanya akan memberikan kekuatan besar pada dirinya.

Corgio menyunggingkan senyum sinisnya dengan sesekali mengusap tanduk besar yang menyembul dari sisi kiri dan kanan kepalanya.

Corgio yakin jika kali ini Sentio tak akan mampu melawannya, pasukan yang Sentio miliki tak lebih dari seratus orang. Corgio berpikir akan sangat mudah jika ia menyatukan kekuatan dengan kerajaan lain untuk mendapatkan Alexa.

Di lain tempat Sentio tengah menatap nyalang beberapa puluh iblis dan malaikat di hadapannya yang kini berbaur menjadi satu. Mereka adalah calon pasukan yang menawarkan diri untuk bergabung dengan kerajaan Sentio.

Dengan suara lantang Sentio menjelaskan tentang perjanjian darah yang akan mereka lakukan ketika menjadi anggota dari kerajaan Xapier. Perjanjian darah yang dimana jiwa mereka akan terikat sepenuhnya dengan Sentio, bahkan jika salah satu di antara mereka mencoba untuk berkhianat maka detik itu pun, tubuh mereka akan hangus terbakar akibat hukum alam yang harus mereka hadapi.

Darah yang telah di campur dengan sihir itu akan terus mengikat mereka hingga mereka mati, bahkan takan ada yang mampu melepaskan ikatan sihir tersebut terkecuali Sentio sendiri.

Epora membawa sebuah kendi kecil yang terbuat dari emas dengan pahatan indah di sisi kiri dan kanannya, dengan wajah datar Epora mendekatkan kendi itu kepada satu persatu calon anggota untuk mereka meneteskan darahnya kedalam kendi tersebut.

Semuanya berjalan lancar dan tertib namun pasukan kerajaan tidak pernah lengah untuk menjaga proses perjanjian darah ini agar berjalan dengan lancar. Bahkan semuanya di lakukan diluar kerajaan untuk memperkecil resiko yang akan didapatkan oleh kerajaan Xapier.

Tiba-tiba teriakan menggema, salah satu iblis berteriak hingga akhirnya tubuh itu hangus terbakar.

Sentio menyunggingkan senyumnya, sedari tadi Sentio memang sudah merasakan jika iblis yang beberapa waktu lalu hangus terbakar tersebut adalah salah satu suruhan Corgio.

Suasana sempat tegang, bahkan beberapa diantara pasukan tersebut menunjukan ekspresi ketakutan yang kentara.

"Jika diantara kalian ada yang berkhianat, maka nasib kalian akan sama dengan iblis tersebut!"

Sentio berbicara lantang dan penuh penekanan. Sebenarnya, sebelum perjanjian darah diadakan Sentio memang memberi tugas kepada Epora untuk mencari pasukan tambahan. Sentio sadar pasukan yang dimilikinya begitu kecil dan ia sendiri meragukan kapasitas pasukannya dengan begitu banyak serangan yang harus ia hadapi.

Meski kerajaan yang Sentio miliki hanya kerajaan kecil yang belum banyak berkembang, tapi dengan kekuatan yang dimilikinya serta pengaruh ratu Sprela yang dimana kini menjadi tempat untuk Sentio memperkuat kekuatannya.

Awalnya ratu Sprela tak mengidahkan kedatangan Sentio ke istananya, menurutnya Sentio tak lebih dari raja-raja dengan istana kecil yang mencoba memanfaatkan kekuasan yang dimiliki ratu Sprela serta kerajaan krystal.

Tapi dengan usaha dan kegigihan yang dilakukan Sentio untuk membuktikan jika ia bisa memberikan keuntungan untuk ratu Sprela, pada akhirnya ratu itu luluh dan mau menerima Sentio sebagai muridnya.

Sebenarnya ratu Sprela telah memberikan sebagian pasukan yang kapan saja mau membantu Sentio jika di butuhkan, namun Sentio butuh pasukan yang dimana ia sendiri yang memilikinya. Maka dari itu Sentio mengerahkan Epora untuk mencari pasukan baru dengan kekuatan yang memadai.

Setelah perjanjian darah itu, Sentio memberikan sedikit kekuatan tambahan pada masing-masing pasukan tanpa mereka sadari.

Selama satu bulan penuh pasukan baru itu akan terus dilatih dengan keras oleh Eglen. Eglen adalah salah satu orang kepercayaan Sentio yang bahkan hampir sebagian kerajaan lain mengerti betapa gilanya Eglen jika sudah menyentuh pedangnya.

"Ayah!"

Alexa mengunjungi ayahnya yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur. Tubuh Sentio terlihat lemas setelah perjanjian darah yang dimana ia mentransfer sebagian kekuatannya. Namun setelah beristirahat dan meminum ramuan yang telah di persiapkan oleh Careline, tubuh Sentio akan kembali normal bahkan seperti tak pernah terjadi apa-apa pada tubuhnya.

"Beri waktu ayah untuk istirahat, Alexa bermain dengan ibu, ya?"

Careline berusaha membujuk Alexa yang terus menempel pada ayahnya.
Meski terlihat sedikit terpaksa namun gadis itu mengerti jika ayahnya harus memulihkan tenaganya.

"Ibu harap selama dua hari ini kau tetap berada di dalam kamar. Siang nanti akan banyak pasukan baru yang berlatih di hutan belakang istana. Ibu tidak mau jika ada pasukan yang mungkin saja berniat berkhianat dan menculikmu."

Wajah Alexa semakin di tekuk. Alexa adalah gadis yang begitu menyukai kebebasan, namun lagi dan lagi Alexa terpaksa harus mengesampingkan egonya untuk keselamatan dirinya sendiri.

Alexa masih ingat bagaimana ekspresi Angros saat menatapnya. Bahkan gadis itu kembali bergidik ngeri saat mengingat kejadian yang dimana dirinya hampir saja di bawa oleh Angros.

"Ibu tahu jika kau sangat keberatan dengan hal ini, tapi ibu harap kau mengerti dengan situasi yang saat ini tengah kita hadapi. Ayah begitu berjuang keras untuk melindungi kita dan tugas kita adalah patuh agar semua yang sudah di perjuangkan oleh ayah tidak berakhir sia-sia, mengerti, kan?"

Melihat sikap Careline yang saat ini, mungkin semua tak akan menyangka jika iblis cantik itu dulunya begitu kejam dan tak memiliki perasaan.

"Ibu, jika aku mati apa semuanya akan baik-baik saja? Maksud ku, apa tak akan ada lagi penyerangan terhadap kerajaan Xapier? Karna selama ini alasan mereka menyerang kita adalah untuk mengincar nyawaku."

"Alexa kembali ke kamarmu sekarang! Jangan harap ibu akan mengijinkanmu keluar bahkan hanya untuk sekedar menyapa para pelayan sekalipun!"

Ekspresi lembut yang tadi tunjukan oleh Careline seketika berubah. Ibu satu anak ini benar-benar murka dengan apa yang diucapkan oleh anak semata wayangnya, namun dilain sisi hati Careline sangat terluka karna sebagai ibu Careline merasa dirinya tak mampu memberikan rasa aman untuk anaknya

"Ibu maafkan aku."

Alexa berjalan masuk kedalam kamar dengan kepala yang tertunduk.



See you next chapter and happy reading 👋👋

22 September 2024

Dark AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang