Isakan tangis memilukan lolos dari seorang gadis yang kini tengah meringkuk memeluk tubuhnya. Matanya mulai terasa panas namun gadis itu tak sedikitpun berniat untuk menghentikan tangisannya.
Seorang pelayan yang mencoba menenangkannya pun, tak mampu mendekat karna gadis itu akan berteriak dan tak membiarkan siapapun mencoba mendekati tubuh ringkihnya.
"Bagaimana keadaan putri Alexa, Alene?"
"Ampun ratu, putri Alexa masih terus menangis sesenggukan, ia tak membiarkan siapapun mendekat ke arahnya. Ia bahkan akan menendang dan mecakar siapapun yang mencoba untuk mendekatinya.
Ratu Sprela sedikit bernafas kasar. Saat pertama kali melihat Alexa ia sudah dapat menebak jika gadis itu begitu keras kepala.
"Baiklah, biar aku yang menghadapinya."
Ratu Sprela masuk, arah pandangnya langsung tertuju pada seorang gadis berumur 12 tahun yang tengah menangis tersedu. Langkah itu terdengar begitu tegas, bahkan aura yang tercipta sesaat setelah kedatangannya membuat bulu kuduk Alexa sedikit meremang.
Entah mengapa tangis Alexa seketika berhenti, jantungnya berdetak begitu kencang saat mengetahui siapa yang kini datang untuk mengunjunginya.
"Bangun! Kau tak bisa terus menangis di sini sedangkan di kerjaan Xapier semuanya tengah berjuang mengorbankan nyawa mereka hanya demi memberikanmu kehidupan! Berhenti menjadi gadis egois yang hanya mementingkan rasa sakitmu!"
Nada suara itu terdengar begitu dingin dan menusuk bahkan tubuh Alexa kini teras bergetar akibat rasa takut yang ia rasakan.
Alexa berusaha untuk bangun saat langkah kaki ratu Sprela semakin mendekat. Nafasnya yang terlihat masih sedikit tersenggal akibat tangis yang begitu hebat.
Kini mata Alexa dapat sepenuhnya melihat seperti apa rupa seorang gadis yang memiliki darah sepertinya. Ratu dari segala raja, bahkan hampir seluruh klan begitu segan terhadap gadis itu. Umurnya yang terlihat masih terbilang muda namun kekuatan yang ia miliki jauh di atas rata-rata pemimpin setiap kerajaan.
Dahulu, apa yang saat ini Alexa rasakan pernah ia rasakan juga. Namun berbeda dengan Alexa yang hanya bisa menangis meratapi nasibnya, ratu Sprela saat itu memanfaatkan waktu bersembunyi untuk berlatih. Mengasah kekuatan yang saat itu bahkan belum mampu ia rasakan. Namun tekad dan keteguhannya untuk berlatih bela diri begitu besar. Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit saat kekuatannya mulai bermunculan, ratu Sprela tak sedikitpun merasakan kesulitan untuk menguasai kekuatannya.
"Lihatlah, dirimu begitu menyedihkan! Jika kau terus bersikap lemah maka sampai kapanpun kau akan tetap menjadi hewan buruan. Kehidupan bebas yang selama ini kau impikan hanya akan tetap menjadi mimpi semata!"
Ratu Sprela mencengkram rambut Alexa, bahkan gadis itu sampai meringis merasakan tarikan yang begitu kuat di kulit kepalanya.
Saat kedua pasang bola mata itu bertemu, entah mengapa tatapan ratu Sprela seketika berubah. Mata tajam itu sedikit melebar bahkan berangsur melunak. Meski dengan kelopak mata yang terlihat cukup bengkak namun keindahan yang terpancar pada bola mata biru tersebut tak sedikitpun surut.
Jantung ratu Sprela seakan ingin berlari dari tempatnya. Cengkraman pada rambut Alexa mulai terlepas bahkan ratu Sprela mampu merasakan rasa sesak memenuhi rongga dadanya.
Setelah ia rasa cukup mampu mengendalikan dirinya, ratu Sprela berdehem pelan lalu menatap Alexa dengan tatapan lebih lembut tak setajam seperti tatapan yang ia berikan sejak awal.
"Beristirahatlah, besok aku akan mengurus jadwal berlatihmu. Jadilah kuat untuk orangtuamu bahkan untuk rakyat di kerajaanmu!"
Ratu Sprela berlalu meninggalkan Alexa yang sedikit termenung akibat ucapan ratu iblis setengah malaikat tersebut.
Setelah mendengar ucapan tersebut dada Alexa bergemuruh. Ratu Sprela benar, jika dirinya harus menjadi kuat. Namun Alexa tak ingin menjadi kuat untuk siapapun, ia ingin menjadi kuat untuk dirinya sendiri agar semua orang tak harus mengorbankan nyawanya demi memberikan kehidupan untuk dirinya.
Sesuai ucapannya, ratu Sprela benar-benar mengatur jadwal pelatihan untuk Alexa. Alexa terlihat berbeda dengan dirinya sehari yang lalu yang terlihat begitu menyedihkan.
Hari demi hari ratu Sprela terus memantau perkembangan pelatihan bela diri yang dilakukan oleh Alexa.
Gadis kecil itu sampai saat ini tak mengetahui jika kerjaannya hampir sepenuhnya hancur akibat serangan yang terjadi saat bulan purnama berlangsung. Bahkan Careline tak sadarkan diri akibat penusukan yang dilakukan oleh raja Corgio.Semua yang tersisa berhasil di evakuasi dan di tempatkan di tempat aman, bahkan seluruh tempat itu dibaluti oleh sihir yang diberikan oleh ratu Sprela. Takan ada satu iblispun yang mampu merasakan keberadaan tempat tersebut.
Ratu Sprela sempat meremehkan Alexa, nyatanya saat ini bibirnya tersungging senang melihat kemajuan demi kemajuan yang diperlihatkan oleh anak gadis Sentio tersebut.
Nafasnya terlihat terengah, namun ayunan pedang yang terus ia hujamkan pada sebuah jerami yang dibentuk sedemikian rupa membuat ratu Sprela merasa kagum. Kepintaran serta rasa peka yang begitu tinggi membuat Alexa dengan mudah menguasai setiap gerakan yang gurunya ajarkan.
Ratu Sprela menepuk kedua telapak tangannya memberikan isyarat untuk menyelesaikan latihan pada hari itu.
"Teruslah tumbuh untuk menjadi kuat, hewan buruan!"
Alexa mendengus, sebenarnya ungkapan itu benar-benar terdengar menyebalkan di telinga Alexa. Namun ia tak bisa melakukan apa-apa karna kalimat itu keluar langsung dari mulut sang ratu.
Ratu Sprela pergi meninggalkan tempat latihan dengan sebelah sudut bibir yang tersungging tipis. Ratu Sprela terus berusaha memancing Alexa agar gadis itu lebih bersemangat menjalankan latihan. Ratu Sprela tahu jika Alexa begitu tak menyukai panggilan sayang yang ia berikan, terlihat jelas dari raut wajah Alexa yang selalu terlihat masam saat ratu Sprela memanggilnya sebagai hewan buruan.
"Aku begitu kagum dengan kepiawaian mu saat memegang pedang, gerakan yang bahkan sudah lama aku pelajari mampu kau kuasai hanya dalam satu hari. Wow! Putri Alexa kau benar-benar hebat!"
Alard adalah salah satu anak panglima yang berada dalam satu tim pelatihan dengan Alexa, keduanya langsung terlihat akrab sehari setelah Alexa bergabung dalam tim nya.
"Bahkan tuan Antreo begitu memuji kepintaranmu! Aku yakin kau akan bisa sehebat ratu Sprela suatu saat nanti!"
Alexa hanya terkekeh lalu sedikit mengibaskan sayapnya.
"Putri Al--"
"Berhenti memanggilku seperti itu Alard!" Larat Alexa.
Alard terkekeh lalu mengusak rambut Alexa dengan gemas.
"Baiklah, Alexa. Mau melihat ikan? Di belakang istana ada kolam ikan yang begitu besar, aku biasa menghabiskan waktu dengan bercerita pada semua Ikan di sana. Jika mereka bisa berbicara mungkin mereka akan mengatakan jika mereka bosan mendengarkan ku yang terus berceloteh panjang lebar."
Semenjak perkenalan Alexa dengan Alard, Alexa tak lagi merasa kesepian. Ia benar-benar mampu menghidupkan suasana, membuat Alexa sedikit lupa dengan rasa cemas tentang kedua orang tua dan kerajaannya.
Hari itu, Alard tak lagi harus bercerita pada ikan-ikan di kolam karna saat ini Alexa duduk di sampingnya dan mendengarkan setiap celoteh yang keluar dari mulut Alard. Sesekali keduanya tertawa lalu sedikit berdebat dan kembali tertawa setelahnya.
Dari kejauhan ratu Sprela menatap kedua anak dengan jenis kelamin berbeda tersebut dengan tatapan sedikit tidak suka. Namun saat melihat Alexa tertawa, perasaan lega juga hinggap dalam hatinya. Setidaknya untuk sementara waktu ia tak harus menjelaskan apapun tentang keadaan kerajaan Xapier begitupula dengan keadaan Sentio dan Careline.
19 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel
FantasyPernikahan tanpa persetujuan yang di lakukan Putra mahkota kerajaan malaikat dengan seorang Putri dari kerajaan iblis. Dari pernikahan keduanya melahirkan seorang bayi perempuan yang dimana dalam tubuhnya mengalir kedua gen iblis dan malaikat yang b...