Tak terasa sudah dua tahun lamanya Alexa berada di kerajaan ratu Sprela. Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang hebat dibawah didikan ratu Sprela secara langsung. Bahkan saat ini ia sudah mampu terbang meski belum mampu terlalu tinggi dan cepat namun itu sudah menjadi kemajuan yang begitu pesat.
Selama dua tahun itu pula Alexa tidak pernah mendengar kabar apapun tentang orang tuanya, untuk bertanya pada ratu Sprela pun, rasanya begitu segan. Jangankan untuk bertanya memandang matanya saja Alexa tak berani.
Alard menghampiri Alexa yang kini tengah duduk menghadap kolam ikan, tempat dimana keduanya selalu menghabiskan waktu untuk mengobrol panjang lebar.
"Sedang memikirkan apa?"
Senggol Alard dengan mengepakan sedikit sayapnya, Alexa yang saat itu sibuk melamun sedikit terperanjat.
"Ish! Jangan mengagetkanku!"
Alard terkekeh lalu mencubit pipi Alexa membuat si empunya protes dan menepis tangan Alard dengan kuat.
"Sakit, sialan!"
"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan? Akhir-akhir ini aku selalu melihat kau melamun seperti ini, rindu orangtuamu, hm?"
"Kau sudah mengetahui jawabannya, Alard!"
"Mereka pasti baik-baik saja, Alexa. Aku yakin ratu Sprela tak akan tinggal diam, ia pasti mengerahkan seluruh pasukan untuk menyelamatkan keluargamu."
"Namun mengapa sampai detik ini ratu Sprela tak pernah mengatakan apapun tentang keluarga ku? Ia hanya menginginkan aku menjadi kuat dan hebat! Namun ia tak pernah menjelaskan kemana perginya orangtuaku, mengapa mereka tak pernah mengunjungi ku bahkan setelah dua tahun lamanya!? Alard, aku sungguh merindukan mereka!"
Raut sedih terpampang jelas di wajah ayu Alexa, gadis itu tak pernah sehari pun, tak memikirkan tentang kedua orangtuanya. Kemana mereka pergi? Dimana mereka sekarang? Baik-baik saja atau terjadi sesuatu terhadap mereka? Bahkan Eglen dan Epora pun, tak ada salah satu dari mereka mengunjungi Alexa meski hanya sekedar untuk memberi kabar.
"Putri Alexa, aku yakin mereka memiliki maksud baik. Mereka memiliki alasan mengapa membawamu ke kerajaan ini, mengapa mereka tak pernah mengunjungi mu, mengapa mereka seolah menghilang. Dan alasan ratu Sprela yang menginginkanmu menjadi kuat pun, pasti memiliki maksud dan tujuan. Umurmu belum genap tujuh belas tahun, kan? Berarti selama itu pula kau adalah hewan buruan yang akan selalu di incar!"
"Cukup ratu Sprela yang memanggilku seperti itu, Alard! Itu menyebalkan!"
"Mengapa tidak pernah protes jika yang memanggilmu itu ratu Sprela?"
"Kau gila!? Menatap matanya saja rasanya seperti aku akan di bunuh!"
Alard tertawa kencang membuat Alexa semakin kesal. Laki-laki itu entah mengapa sangat mudah tertawa bahkan karna hal-hal kecil sekalipun.
"Alard?"
"Ya, Alexa?" Akhirnya Alard bisa menghentikan tawanya lalu menatap serius ke arah Alexa yang kini tengah menatap ikan-ikan yang sedang berenang saling bertabrakan.
"Jika kau berada dalam posisi ku, apa yang akan kau lakukan?"
Alard terdiam untuk beberapa waktu berusaha menimbang jawaban apa yang akan ia berikan.
"Aku akan terus bekerja keras dan berlatih agar menjadi semakin kuat setiap waktunya. Aku akan berusaha keras untuk menguasai semua jurus bahkan jurus tersulit sekalipun. Lalu setelah kekuatan yang aku miliki sudah cukup, aku akan mendatangi siapapun yang sempat memburuku. Sebelumnya mereka menginginkan nyawaku, bukan? Dan saat itu akulah yang akan merebut nyawa mereka. Jika sebelumnya mereka menginginkan darahku, maka saat itu aku yang akan bermandikan darah mereka."
Alexa menatap Alard dengan tatapan tak percaya. Laki-laki yang terkenal tidak pernah bisa serius itu mampu mengeluarkan ucapan dengan nada yang begitu serius bahkan ekspresi konyol di wajahnya pun tak terlihat.
"Itu terdengar mengerikan, Alard!"
Alard lagi-lagi tertawa lalu melempar sebuah batu kerikil yang entah darimana ia dapatkan kedalam kolam.
"Dan hal mengerikan itu yang pernah dilakukan oleh ratu Sprela."
Alexa membulatkan matanya. Ratu Sprela memang terkenal kejam namun Alexa tak pernah mendengar perihal pembalasan dendam yang pernah ratu Sprela lakukan terhadap iblis-iblis yang pernah memburunya.
"Ratu Sprela menghancurkan semua kerajaan iblis yang saat itu ikut andil untuk memburunya. Ia membunuh semua raja dengan sangat brutal, ia membunuh raja-raja itu secara perlahan, ia tak membiarkan iblis itu langsung mati bahkan hingga cipratan darah memenuhi seluruh tubuhnya, maka dari itu aku menyebutnya bermandikan darah. Namun, ada satu kerjaan iblis yang lolos dari bantaian ratu Sprela."
Alexa mulai tertarik dengan alur cerita yang Alard ceritakan. Ia memutar tubuhnya hingga kini menghadap Alard yang masih menatap jauh ke depan.
"Satu-satunya kerajaan yang lolos dari bantaian ratu Sprela adalah kerajaan Sovtionus. Dahulu sebelum raja Corgio memimpin, kerajaan Sovtionus di pimpin oleh raja Igrone, beliau adalah raja iblis yang mencintai kedamaian. Namun setelah raja Igrone mati dan raja Corgio memimpin, ia tak jauh berbeda dengan raja-raja iblis yang lain. Kekuasan dan kekuatan hanya itu yang ada dalam pikiran mereka."
"Lalu seluruh kerajaan yang pernah di bantai oleh ratu Sprela apa mereka kembali membangun kerajaannya?"
"Sebagian kembali membangun kerajaan mereka dari awal dan sebagian memilih untuk tidak, karna raja yang mereka agungkan telah mati. Mereka berpikir hidup mereka tidak akan aman selama masih menempati tempat yang sama. Akhirnya mereka berpindah dan bersatu dengan kerajaan lain."
"Kau dan ratu Sprela memiliki kemiripan yang sangat banyak, aku yakin kau akan mampu menjadi hebat seperti ratu Sprela. Namun, kebaikan dalam hatinya pun, harus ikut kau tanamkan." Lanjut Alard, anak laki-laki berumur tujuh belas tahun itu mengulas senyum lalu mengusak kepala Alexa.
"Mengapa semuanya mengatakan jika ratu Sprela itu memiliki hati yang baik? Mengapa denganku tidak begitu? Bahkan rasanya seperti setiap ia melihatku tatapan membunuh itu seolah menguliti tubuhku!"
Alard tak menjawab ia hanya memberikan seulas senyum lalu mengajak Alexa bercengkrama tentang hal lain. Belum saatnya Alexa tau banyak tentang ratu Sprela karna seiring berjalannya waktu Alexa pasti akan mengetahui semuanya dengan sendirinya.
Sedangkan di lain tempat, ratu Sprela mengetahui tentang perbincangan yang dilakukan oleh Alexa dan Alard. Ekspresi datar masih setia hingga ia melangkah pergi menjauh. Namun dalam otaknya apa ia seburuk itu di mata Alexa? Selama ini ratu Sprela memang belum mampu bersikap baik pada anak gadis Sentio itu bukan karna tak ingin, namun saat berdekatan dengan Alexa entah mengapa jantung ratu Sprela seperti tak bisa dikendalikan. Gadis itu selalu mampu menyita perhatiannya bahkan bola mata kebiruan itu selalu mampu membuatnya tak berkutik.
"Sebenarnya ada apa dengan perasaanku!?" Monolog ratu Sprela dengan kesal pada dirinya sendiri.
"Dia hanya seorang gadis kecil lemah yang hanya bisa menangis, namun entah mengapa setelah melihat bola matanya kala itu, jantungku tak pernah berhenti berdebar saat menatapnya."
Bola mata ratu Sprela sedikit membola saat ia menyadari tentang suatu hal.
"Ini gila! Mana mungkin aku bisa merasakan perasaan seperti ini pada seorang gadis!"
Ratu Sprela terlihat gusar, bahkan ia terus berjalan mondar mandir di depan tempat tidurnya.
Bayangan tentang Alexa terus memenuhi kepalanya. Senyum Alexa, tatapan Alexa, bahkan tawa gadis itu seolah berdengung di telinganya.
"Sepertinya aku harus menemui tabib untuk meminta obat."
Ratu Sprela merasa jika dirinya memiliki penyakit dan saat meminum obat yang diberikan oleh tabib maka dirinya akan kembali normal seperti biasa, namun tanpa ia sadari jatuh cinta adalah hal yang tak pernah mampu di raba oleh logika bahkan obat dari tabib terhebat sekalipun takan mampu mengobati seseorang yang tengah dilanda jatuh cinta.
See you next chapter and happy reading guys 👋 👋
2 November 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel
FantasyPernikahan tanpa persetujuan yang di lakukan Putra mahkota kerajaan malaikat dengan seorang Putri dari kerajaan iblis. Dari pernikahan keduanya melahirkan seorang bayi perempuan yang dimana dalam tubuhnya mengalir kedua gen iblis dan malaikat yang b...