Chapter 4

170 24 2
                                    

Pasukan yang dikerahkan oleh ratu Sprela sudah memenuhi titik jaga di seluruh daerah perbatasan sedangkan area kerajaan di jaga oleh pasukan yang dimiliki oleh kerajaan Xapier, hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya penghianatan.

Saat ini Epora dan Eglen tengah berdiri di depan kamar Alexa. Epora disibukan dengan anak panah yang tengah ia usap dengan begitu hati-hati, sedangkan Eglen hanya berdiri mematung sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok.

"Eglen."

Epora yang masih asik dengan anak panahnya tiba-tiba memecah keheningan.

"Aku yakin malam ini akan terjadi pertempuran hebat. Raja Corgio pasti sangat murka karna begitu banyak pasukannya yang gugur dan Angros yang terluka hebat di tangan tuan Sentio."

"Lalu?"

Epora sempat terdiam sebelum melanjutkan kalimatnya dengan sedikit ragu.

"Jika aku gugur dalam pertarungan malam ini... Bagaimana?"

Epora mengalihkan tatapannya sampai kedua pasang bola mata itu bertemu. Hening, keduanya masih saling pandang sampai tiba-tiba suara yang berasal dari perut Epora memecah keheningan. Eglen terkekeh sedangkan Epora berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan tetap berekspresi datar.

"Daripada terus berpikir akan mati dengan pedang menghunus jantungmu, lebih baik pergi mengambil makanan sebelum rasa lapar yang akan membuat mu terbunuh."

"Kau sudah makan?"

"Belum, pergilah lebih dulu. Aku akan berjaga di sini."

Epora mengangguk lalu meletakkan anak panah pada sebuah kantung di punggungnya. Eglen menatap kepergian Epora dengan tatapan khawatir. Entah kenapa ia merasa ucapan yang di ucapkan oleh Epora bukan hanya sekedar bualan semata.

Setelah perutnya terasa kenyang, Epora bergegas berjalan meninggalkan dapur. Eglen masih pada tempatnya bahkan terlihat seperti tak bergerak sedikitpun.

"Pergilah, aku yang akan berjaga."

Eglen sedikit mengibaskan sayapnya lalu berjalan berbalik meninggalkan Epora, namun saat langkah ke empatnya Eglen berhenti lalu berbalik, membuat Epora menaikan sedikit alisnya.

"Ada apa?"

"Tetaplah hidup untuk mencintaiku, Epora."

Dengan seutas senyum manis dengan suara yang begitu lembut mampu membuat Epora berdiri kaku. Bahkan mata kecilnya sedikit terbelalak mendengar ucapan manis yang keluar dari mulut Eglen.

Epora sempat mengungkapkan perasaannya pada Eglen beberapa tahun silam, namun pria itu hanya tersenyum sambil mengusak pelan puncak kepalanya tanpa berucap sepatah katapun.

Sudut bibir Epora tertarik begitu lebar, bahkan saat ini ia tak sadar tengah tersenyum begitu bodoh.

"Sepertinya suasana hatimu terlihat begitu baik."

Epora terperanjat ketika tersadar jika Careline kini tengah berdiri di hadapannya.

Epora langsung membungkuk memberi hormat dengan wajah yang tertunduk menahan malu.

"Sepertinya perasaanmu mulai terbalas, Epora. Teruslah berjuang!"

Careline menepuk pundak Epora seolah memberikan semangat kepada malaikat yang tengah dimabuk asmara tersebut.

Epora terlihat sangat malu bahkan sempat beberapa kali membenturkan kepalanya ke tembok berusaha membuat perasaan malu tersebut hilang, namun saat Eglen kembali dan berdiri tak jauh darinya membuat Epora entah mengapa merasa semakin malu.

"Ada apa, Epora? Mengapa kau terus menunduk seperti itu?"

Tiba-tiba suara benturan keras terdengar dari belakang istana. Keduanya langsung berada pada posisi siaga, bahkan pedang milik Eglen sudah bersiap bermandikan darah meski ternyata waktunya lebih cepat dari yang mereka perkirakan.

Dark AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang