Chapter 05

357 50 4
                                    

🔞

Taehyung keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Norman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Taehyung masih menimbulkan memar-memar di sana-sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" tanya Taehyung dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan... Anda sendiri, Tuan Taehyung, anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu..."

Taehyung melirik pada Norman dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah. "Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa anda menyelamatkannya?"

Taehyung membalikkan tubuhnya dan menatap Norman dengan mata menyala-nyala. "Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati," mata cokelat Taehyung bagaikan berbinar di kegelapan. "Dan kau... Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Norman menatap Taehyung, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar. "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" suara Taehyung menajam, setajam tatapannya. "Kau adalah pengawalku yang paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya."

Norman menelan ludahnya. "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita."

Taehyung melempar handuknya dengan marah ke sofa. "Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik, Norman," suara Taehyung dalam dan mengancam, "sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku bisa!"

Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji Iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.

***

Ketika Jennie terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal." Suara Taehyung membawa Jennie kembali pada kesadarannya.

Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Taehyung sedang duduk di tepi ranjangnya. Jennie beringsut sejauh mungkin dari Taehyung dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Taehyung.

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" nada geli tersamar dalam suara Taehyung.

Kurang ajar. Batin Jennie dalam hati. Dia berjuang meregang nyawa, dan lelaki ini malah duduk di sini menertawainya. Tetapi, apakah benar Taehyung yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Taehyung sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya, aku memang menyelamatkanmu," Taehyung bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Jennie, "tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Jennie menatap Taehyung geram. "Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Jennie bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat," senyum di bibir Taehyung tampak kejam, "kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

Ketika Jennie menyadari maksud Taehyung, sudah terlambat. Lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan. Kekuatan Jennie tidak sebanding dengan kekuatan tubuh Taehyung yang besar dan kuat di atasnya. Dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang.

Sleep With The Devil || TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang